Mengkisahkan Miko yang terjebak lingkaran setan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Romi Bangun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RETAK
Kesempatanku masih banyak dan terbuka lebar. Saldo di rekening bertambah, kini nominalnya sekitar delapan juta.
"Mau nganggur tiga bulan juga aman ini mah." ucapku.
Meski hari ini aku menyia-nyiakan peluang kerja, rasa sesalnya justru menguap begitu saja.
Aku percaya kedepannya pasti ada rezeki lagi.
"Udah cukup ah.. jangan main lagi dulu.." aku meyakinkan diri.
Aku tau jika terus main, ujungnya pasti nol. Makanya aku memilih untuk berhenti sementara.
Sembari menikmati hasil menang ku semalam.
Bosan duduk, aku beranjak mandi, kemudian mencuci pakaian sebentar. Setelah itu aku keluar membeli rokok.
"Mas, rokok Mentari sebungkus," dengan gagah aku menyebutkan merk rokok mahal.
"Wih, tumben mas gak kretek lagi." tanya penjaga warung.
"Yoi, kretek terus ya bosen.. hahaha..."
"...sekalian kopi nya satu renteng."
Aku membeli kopi juga, untuk persediaan. Setelahnya aku kembali ke kos.
Rasanya bosan sekali hari ini. Hanya merokok, nonton anime, scroll sosmed. Aku ingin keluar.
*Menghubungi teman di WhatsApp.
"Dimana bro?" aku bertanya.
"Ada di kosan, sini main." jawab temanku.
"Otw.."
Aku keluar menuju tempat temanku. Namanya Hendra. Dia teman dari kampung, perantau sepertiku.
Hendra sendiri masih punya sisa tiga bulan di perusahaan ku sebelumnya. Sekarang dia shift tiga.
Aku ganti pakaian, mengambil kunci motor lalu keluar.
Dua puluh menit perjalanan terasa singkat.
Sesampainya di kosan Hendra, aku melihat beberapa motor dengan plat yang sama.
"Plat AB..." gumamku sambil berjalan masuk ke kosan.
"Yo bro, sehat?" sapa Hendra.
Di sana terlihat ada dua orang lain selain Hendra. Aku tak mengenalnya, tapi firasat ku mereka sama asalnya sepertiku.
"Sehat lah... udah lama cuy gak main kita." jawabku sambil memandangi dua orang itu.
Aku mengangguk memberi salam. Mereka berdua juga mengangguk sambil tersenyum.
"Orang mana mas..." tanyaku spontan.
"Jogja mas.. masnya juga Jogja to?" jawab salah satunya.
"Loh iya mas.. satu asal kita.."
Kami berkenalan. Ternyata mereka teman satu kampus Hendra dulu. Dan sekarang bekerja di Cikarang, baru jalan dua bulan.
"Berarti baru di Cikarang mas?" tanyaku.
"Iyo mas, baru dua bulan. Kerja di perusahaan EFG mas." jawabnya.
"Mas nya kerja dimana?" tanya salah satunya.
Aku diam sejenak. Lagi-lagi pertanyaan yang pahit.
"Saya baru aja habis kontrak mas.."
"..kerja dua tahun di pabrik logam, sama kayak Hendra."
Entah kenapa aku spontan menjawab. Dan memberi tahu jangka kerjaku selama dua tahun.
Seakan aku ingin dianggap lebih senior daripada mereka.
Padahal umurku masih jauh di bawah mereka.
Tapi pikirku, aku lah yang lebih tau tentang kehidupan dewasa. Mereka baru pertama kali merantau setelah setahun lulus kuliah.
Sedangkan aku? Baru lulus SMK saja sudah merantau.
Kami pun mengobrol santai. Hendra membuatkan kopi.
Di sela-sela itu Hendra bertanya kepadaku.
"Ada saldo Mik? Seratus?"
Spontan aku menjawab, "Ada dong. Semalem abis menang gue."
Bibit.
Sesuatu yang kecil, tapi selalu tumbuh di tempat yang salah.
Kalau aku memberi Hendra seratus maka putaran kembali dimulai. Tapi jika menghasilkan? Aku pasti juga mendapat timbal balik.
Maka aku memberinya seratus. Bukan meminjamkan.
"Tuh udah gue kirim... gak usah diganti bro.."
Uangku masih banyak. Anggap saja sedekah untuk teman seperjuangan. Pikirku.
Kemudian Hendra membuka situs andalannya dan mulai bermain.
Kedua temannya hanya menonton.
Tapi di sela itu, salah satu teman menimpali.
"Ndra, coba main di Olimpus, aku Minggu lalu menang tiga juta..."
"....tapi sekarang udah habis sih." sambungnya.
Aku kemudian berpikir.
"Ternyata mereka sama..." batinku.
Tadinya aku berusaha diam tentang judol. Antara malu dan merasa tidak pantas. Ternyata mereka sama saja.
"Oh ya mas? Gacor dong.. saya semalem empat juta dari Dragon Ways." ucapku lantang.
"Saran saya kalau abis menang mending langsung di tuker tunai mas." aku menyambung memberi saran.
Permainan pun dimulai. Putaran demi putaran.
Kami bertiga menonton cara main Hendra. Bet kecil, spin otomatis. Hanya mengandalkan keberuntungan.
Tak berlangsung lama sampai saldo tersebut habis.
"Jelek banget Olimpus bro..." keluh Hendra.
"..ya tiap akun beda-beda sih, hehehe." ucap teman Hendra beralasan.
Aku diam dan tersenyum. Mereka belum tau cara mainku. Cara yang pasti menang besar tanpa waktu lama.
"Nih bro, liat cara main ku."
Deposit Rp150.000 via QRIS telah berhasil
Aku deposit. Seratus lima puluh ribu. Hanya buat tontonan saja. Kalau menang tarik, kalau kalah ya namanya judi.
"Jangan tanggung-tanggung Ndra, kalau masang Bet tuh langsung segini."
Aku menghakimi Hendra secara halus, sembari menunjukan bet yang ku pasang.
Sepuluh ribu.
Cling cling cling
Saldo naik perlahan. Sampai di suatu momen.
Menang besar Rp349.873
"Tuh kan... sekali pecah bisa gede.." ucapku.
Teman Hendra melotot tak percaya. Hendra pun begitu. Kami kemudian tertawa bersama.
Mereka nampaknya tak percaya aku begitu berani.
"Buset bro, bet segitu mah nekat namanya." ucap satu teman Hendra.
Sementara Hendra masih tertawa kecil.
"Ya namanya judi bro, kalau mau menang harus yakin." jawabku sombong.
"Kalau kalah ya udah, namanya juga judi..." sambung ku.
Aku melanjutkan permainan. Memasang bet semakin besar.
Dua puluh ribu.
"Tapi scatter belum turun lho mas.."
"Gak papa, kalau kalah yaudah.." ucapku menenangkan.
Sesaat setelah Bet ku naikkan, putarannya malah hampa. Tak ada simbol pecah sama sekali.
Sampai akhirnya saldo ikut habis. Aku tertawa puas.
Bukan puas karena menang, tapi karena sudah berani... dan disaksikan.
"Coba aja ada Yudha, pasti seru..." batinku.
Kami pun lanjut mengobrol santai. Sambil ngopi, merokok. Saling bertanya, saling menjawab.
Sampai akhirnya topik mati. Kami semua hanya duduk sambil memainkan ponsel masing-masing.
Di kala itu, aku memilih untuk bersandar. Duduk agak jauh dari mereka bertiga.
"Duh, pegel banget nih punggung..." ucapku sambil bersandar.
Mereka hanya tersenyum, sambil tetap memegang ponsel masing-masing.
Tanpa sepengetahuan mereka, aku deposit lagi.
Kalau menang akan ku tunjukan kepada mereka. Kalau kalah? Ya sudah wong mereka tidak tau.
Deposit Rp200.000 via QRIS telah berhasil
Aksiku berjalan sunyi. Volume ponsel ku alihkan sampai nol. Permainan tanpa suara pun dimulai.
Putaran demi putaran berlalu. Tapi semuanya tak membuahkan hasil. Sudah ku coba dari bet kecil sampai bet besar.
Hasilnya? Nol.
Naga hari ini cukup ganas. Aku sudah habis tiga ratus lima puluh tanpa sadar. Ditambah seratus yang kuberikan untuk Hendra.
"Udah lah.." batinku.
Namun sepertinya Hendra tau ada yang janggal.
"Ngapain Mik? Kusut amat muka... lu nerusin ya?"
Tapi tak ada bukti. Akan sangat memalukan kalau Hendra tau.
"Ya enggak lah... udah cukup tes ombak aja tadi, hehehe..." ucapku.
"..ini cewek gue rewel bro." sambung ku beralasan.
Entah kenapa, meski kalahnya kecil, hatiku terasa panas.
"Apa gue coba Roulette aja ya..." batinku lirih.
Dan anehnya, pikiran itu tidak terdengar seperti godaan.
Justru terdengar seperti keputusan.