Kehidupan pernikahan Tiara dan Dimas berjalan harmonis dan bahagia. Namun semuanya berubah ketika sang mertua dari desa datang ke rumah. Ibu mengkritik kebiasaan Tiara yang bangun beberapa jam dari jam kerjanya, kebiasaannya melondri baju padahal memiliki mesin cuci, juga kebiasaannya yang lebih sering jajan di luar dari pada memasak untuk suaminya. Di awal Tiara tidak terlalu ambil pusing, namun ibu mertuanya menganggap semua pekerjaan itu haruslah dilakukan oleh sang istri. Beberapa perdebatan kecil terjadi antar ibuk dan Tiara. Perbedaan pendapat dan pandangan membuat menantu dan mertua berselisih pada akhirnya. Ketegasan Dimas pun di uji. Menjadi penengah antara ibu dan istrinya tentu tidaklah mudah. Hingga Tiara memilih untuk pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danie A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chap 18
Bu Ismiyati kembali ke kamar dengan tubuh lemas. Wanita paruh baya itu mengurungkan niatnya untuk mengambil air minum. Rasa hausnya sudah menghilang. Berganti dengan perasaan tak karuan memikirkan nasib putranya.
"Kenapa semuanya jadi begini? Apa salahku sama Tiara?" gumam Bu Ismiyati tak habis pikir dengan kelakuan menantunya yang meninggalkan rumah. "Memangnya salah kalau aku minta Tiara lebih rajin? Aku cuma pengen Tiara bisa merawat suaminya dengan baik."
"Tiara benar-benar egois. Bisa-bisanya dia melukai harga diri Dimas dan mementingkan egonya sendiri," gerutu Bu Ismiyati menyalahkan sikap Tiara.
Bu Ismiyati sangat kecewa pada Tiara. Wanita paruh baya itu benar-benar tidak menyadari kalau sikapnya selama ini telah menyiksa Tiara dan membuat menantunya itu menderita. Bagi Bu Ismiyati, hal yang terjadi saat ini adalah mutlak kesalahan Tiara.
"Kenapa aku bisa mendapatkan menantu seperti Tiara? Padahal aku hanya ingin mengajarinya berbakti pada suami. Aku mengajarkan hal yang benar, kan? Kenapa justru hal ini membuat Tiara berpisah dengan Dimas?"
Bu Ismiyati terus mengoceh sendiri dan merenungkan nasib putranya yang tidak mujur. Tentunya Bu Ismiyati tidak ingin rumah tangga anak kesayangannya hancur berantakan. Tapi tak dapat dipungkiri jika wanita paruh baya itu menyesal mempunyai menantu seperti Tiara.
"Dimas, kasihan sekali kamu, Nak," gumam Bu Ismiyati. "Padahal kamu sangat berbakti pada Ibu. Tapi kenapa kamu tidak bisa mendapatkan istri berbakti? Pada Ibu adalah istri berbakti yang menjadikan suaminya sebagai raja. Tapi kenapa kamu tidak bisa mendapatkan istri seperti Ibu?"
Bu Ismiyati terus-menerus meluapkan kekecewaannya pada Tiara, tanpa melakukan introspeksi pada dirinya sendiri. "Bisa-bisanya aku mempunyai menantu keras kepala dan tidak bisa diatur seperti Tiara! Bisa-bisanya aku mempunyai menantu yang lebih mementingkan egonya sendiri dan menyiksa putraku!"
"Memangnya aku membuat Tiara tertekan? Memangnya aku membuat Tiara tersiksa? Seharusnya Dimas yang marah dan mengomeli Tiara. Tapi kenapa justru Tiara yang pergi dan memaksa Dimas untuk mengusirku? Apa sebenarnya yang ada di pikiran Tiara saat ini? Kenapa Tiara bisa tega sekali melakukan hal itu pada Dimas?"
Bu Ismiyati mengingat kembali hari-harinya bersama dengan Tiara selama ia tinggal di Tangerang. Bu Ismiyati juga sudah cukup bersabar hingga ia mendiamkan Tiara dan membiarkan wanita itu bertingkah semaunya, dengan harapan Tiara bisa sadar dengan sendirinya tanpa harus dipaksa-paksa oleh Bu Ismiyati. Tapi nyatanya cara Bu Ismiyati tidak membuahkan hasil.
"Sampai suamiku meninggal, aku tetap berbakti pada suamiku. Sejak awal menikah, aku selalu berusaha menjadi istri yang baik untuk suamiku. Kenapa istri-istri jaman sekarang tidak bisa menghargai suami dan berusaha lebih keras menjalankan peran dengan baik?" cetus Bu Ismiyati.
"Kalau begini jadinya, lebih baik Dimas nggak perlu punya istri sekalian. Apa gunanya punya istri yang nggak mau diatur dan nggak mau berbenah diri seperti itu? Kalau ujungnya aku sendiri yang harus merawat putraku, lebih baik Dimas nggak menikah sejak dulu!" geram Bu Ismiyati.
Sementara Bu Ismiyati tengah sibuk menggerutu tentang sikap menantunya, di tempat lain kini Tiara juga tengah sibuk meratapi nasibnya sendiri. Tidak hanya Bu Ismiyati saja yang terluka. Tiara juga dibuat kecewa dan tersiksa selama tinggal bersama dengan Bu Ismiyati. Tapi sampai Tiara pergi, Bu Ismiyati tidak juga sadar akan sikapnya yang terlalu menekan Tiara.
ibu selalu ingin yang terbaik buat anaknya.. ibu berusaha mendidik menantu nya buat bisa memberikan yang terbaik juga buat anaknya.. meskipun terbaik nya itu versi dirinya..
dan ibu juga rela merendahkan ego nya demi kebahagiaan anaknya..
ibuu oh ibuu... ibu kandung ataupun ibu mertua,, itu sama...
dicerita ini tuh sebenarnya salah semua.. tapi yaa juga bener semua..
terlalu syuliiitt..
nyalahin Dimas, salah.. nyalahin bu Ismiyati, salah juga.. biar bagaimanapun mertua juga termasuk orang tua kita.. nyalahin Tiara, salah juga.. yaah namanya manusia pasti ada titik lelah dan ingin dimengerti nya..
nyalahin author aja apa yak???
kamu skrg bisa ngomong gitu, nanti suatu saat kalau kamu punya anak laki, dan istrinya juga nyuruh memilih antara kamu atau istrinya, gimana hayo??
Yaa walaupun Adam nggak salah juga mau bantu istrinya.. bagus malah .. istri jd lebih merasa diperhatikan dan di mengerti..
udah siih buk,, udah nurut loh mantu nya itu.. udah nyuci baju sendiri nggak laundry. udah mask sendiri nggak beli. keasinan atau hambar dikit nggak papa kali ah.. nggak bikin ibu meninggoy mendadak juga kok.. yaa sambil minum aja bu kalau keasinan.. atau nyuap nya nasi nya dibanyakin, sayur nya dikit aja biar nggak kerasa asin nya
dari sabang sampai Merauke kayaknya permasalahan nya ini terus deh..
yaaahh gimana ya,, sbg seorang ibu yg melahirkan dan menjaga anak laki² nya dari bayi sampai dewasa, mencurahkan segenap cinta & usaha terbaik nya, wajar siih kalau ibu² agak kesel ngelihat anak nya nggak diperlakukan semaksimal dia memperlakukan anaknya.. kita juga pasti nanti gitu,, sama anak kita, kita usahakan yg terbaik, dan kita juga nggak mau kalau anak kita dapat pasangan yg apa² beli, apa² laundry. kasian pasti ngelihat anak kita, capek² kerja, tp istri keluar duit terus.. tapi yaa,, terkadang mertua juga ngomong nya kelewatan. terlalu kasar mungkin..
sama-sama introspeksi diri ajasiih kayaknya baiknya..
yg penting suami ttp syg sama kita
cerita ini bisa jadi pelajari buat readers, intinya komunikasi antara suami istri juga mertua itu penting untuk menghindari salah paham berujung kehancuran rumah tangga
Dimas tegas sedikit sama ibumu tanpa harus menjadi anak durhaka, tp klo ibumu tetap keras kepala gitu ya siap-siap aja untuk kehilangan istrimu
sabar, cari jalan keluar yg terbaik, minta bantuan ustadz atau siapa yg bisa bantu menyelesaikan masalah kalian
Bu Ismi mah komennya hanya apa yg terlihat oleh matanya aja, gak tau kan... klo dirumahnya gimana... ini Bu Ismi su'udzon bilang suami pulang kerja gak disambut pake teh hangat segala, padahal kan td si Adam bilang klo belanja skalian pulang kerja karena searah sm jalan pulang
klo gak kerja, gampang aja bilang bisa ngerjain semua kerjaan domestik seperti masak nyuci sampai beres-beres rumah karena seharian gak keluar rumah buat nyari cuan, ini posisi istri kerja, pulangnya aja lebih dulu suaminya, gimana mau ngerjain semuanya...
punya mulut jangan asal jeplak ya Bu...
jadi gemes emosi sendiri gue😖😖😖