Bagaimana jadinya jika wanita yang telah ia rebut suaminya menikahi Ayahnya?
Ya, Dia adalah Maya, Wanita yang rumah tangganya di hancurkan oleh Vanya Adiyaksa Abrisam, Membalas perbuatan sang pelakor dengan balasan yang tidak pernah Vanya bayangkan sebelumnya.
Dengan bermain cantik, Maya diam-diam mendekati Adiyaksa Abrisam yang tak lain adalah Ayah dari Vanya sang pelakor hingga berhasil menikahinya.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah menjadi satu keluarga?
Ikuti keseruan pembalasan istri sah terhadap pelakor yang akan tersaji dalam Novel "Menikahi Ayah Pelakor"
Karya : Noor Hidayati
Add FB : I'tsmenoor
Instagram @_itsmenoor
Tiktok @itsmenoor12
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memanas-manasi Mantan
Kini Maya berhadapan dengan Vanya.
Dengan senyum misterius Maya menjabat tangan wanita perebut suami yang kini telah resmi menjadi putri sambungnya.
"Kamu tidak ingin memberikan selamat pada ku?" tanya Maya menjabatnya erat.
Vanya yang merasa kesakitan melihat tangannya yang berlumuran darah. Ia membelalakkan matanya dan ketakutan karena mengira darah tersebut dari tangannya.
"Ayaaah..."
"Vanya..."
Maya langsung melepaskan tangannya ketika Abrisam melihat telapak tangan putrinya.
"Apa yang terjadi?" Abrisam mengusap-usap telapak tangan Vanya namun tak terdapat luka di sana. Kemudahan Abrisam menatap Maya dan melihat telapak tangannya yang juga meneteskan darah segar.
"Maya..." dengan panik, Abrisam meraih tangan Maya dan melihat telapak tangannya yang terluka.
"Kenapa dengan tangan mu?"
"Mungkin terkena kaca, Kaca rias di kamar ku pecah," ucap Maya santai.
"Ini harus segera di obati, Ikutlah denganku." Abrisam menarik tangan Maya dan membawanya ke kamar.
Alvin dan Vanya yang melihatnya cukup di buat gemetar oleh sikap Maya yang terlihat seperti psikopat.
"Apa kamu memikirkan apa yang ku pikirkan Alvin?"
"Apa?"
"Lihatlah tanagan ku, Dia seperti memberikan isyarat jika ia akan melakukan sesuatu yang mengerikan kepada kita berdua setelah berhasil menikahi Ayah ku," ucap Vanya memperlihatkan telapak tangannya yang terkena darah Maya.
"Itu tidak seberapa Vanya, Lihat lah tangan ku, Dia sengaja melukai ku dan mengancam ku!"
"Lalu apa yang harus kita lakukan Alvin?"
"Apa Vanya! Ini semua gara-gara kamu!"
"Kenapa kamu jadi menyalahkan ku?"
"Bagaimana tidak, Kita sudah sepakat menggagalkan pernikahan ini, Tapi kamu malah berbalik mendukungnya."
"Itu bukan salah ku, Jika kau tidak terus memikirkannya maka Aku tidak akan mendukung Ayah ku menikahi mantan istri mu itu, Apa kamu pikir Aku suka dia menjadi ibu ku?!"
Mereka terus berdebat dan saling menyalahkan satu sama lain atas pernikahan Abrisam dan Maya hingga membuat keduanya merasa tidak aman.
Sementara Abrisam tengah fokus membalut luka di telapak tangan Maya dengan penuh rasa khawatir.
Maya yang menatap Abrisam teihat begitu tulus memperlakukannya membuat hatinya tersentuh. Tidak ada sedikit pun niatan di hatinya untuk menyakiti Abrisam. Namun ia tidak memiliki pilihan lain untuk membalas rasa sakit hatinya atas penghianatan Alvin dan Vanya.
"Mungkin niat ku menikahi mu tidak baik, Tapi Aku berjanji padamu,
Aku akan memenuhi semua tugas ku sebagai seorang istri," batin Maya .
Seketika Maya tersentak saat tangan Abrisam kini telah berpindah ke wajahnya.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya sambil membelai lembut pipi Maya.
"E... Aku baik-baik saja."
"Kenapa kamu bisa begitu ceroboh bagaimana kalau terjadi sesuatu pada mu?"
"Apa yang akan kamu lakukan jika terjadi sesuatu pada ku?"
"Kenapa bertanya seperti itu, Aku bisa mati jika sesuatu terjadi pada mu." dengan perasaan yang begitu emosional Abrisam menangkup kedua sisi pipi Maya.
"Sulit di percaya," ucap Maya dengan tatapan dinginnya.
"Kenapa, Apa Aku terlihat seperti pria pembual?"
"E... Tidak, Maksud ku, Dari kita mengenal hingga kita menikah, Itu terbilang cepat, Jadi tidak mungkin perasaan mu sedalam itu pada ku."
"Jika kamu tidak merasa yakin pada ku, Kenapa kamu mau menikahi ku?"
Seketika itu juga Maya yang terjebak dengan pertanyaannya sendiri langsung terdiam.
"E... Bukan begitu Maksud ku..."
"Sudahlah Maya, Lupakan itu, Sekarang kamu istri ku, Intinya adalah, Rasa sakit mu juga menjadi rasa sakit ku, Begitupun dengan masalah mu, Jadi katakan apapun jika suatu saat kamu memiliki masalah apapun, Oke?"
Lagi-lagi Maya begitu tersentuh melihat ketulusan Abrisam. Namun ia tidak bisa mengatakannya sekarang sebelum membalaskan dendam nya terhadap Alvin dan Maya.
"Kamu mulai terpesona dengan ku?" goda Abrisam yang mendapat tatapan lekat dari Maya.
Maya tersenyum tipis dan menundukkan kepalanya.
"Aku hanya sedang berpikir bagaimana bisa kamu mencintai ku dengan begitu cepat, Aku hampir tidak mempercayainya."
"Ya... Aku juga sedang mencari jawabannya kenapa Aku bisa begitu mencintai mu sementara kamu tidak pernah mengatakan jika kamu mencintaiku."
"Aku tidak perlu mengucapkannya, Bukankah tindakan itu lebih penting daripada sekedar ucapan?" Maya beranjak dari duduknya dan berdiri membelakangi Abrisam.
"Ya, Kamu benar, Tapi terkadang kita juga ingin mendengarkan ucapan agar hati kita semakin meyakin jika orang yang kita cintai juga mencintai kita."
Maya menarik nafas dalam-dalam dan memejamkan mata mencoba mengucapkan apa yang bertentangan dengan hatinya. Namun belum sempat ia mengatakannya ia di kagetkan oleh kedua tangan Abrisam yang melingkar di pinggangnya.
"Aku akan sabar menanti hari dimana kamu akan mengatakannya."
dengan berbisik di telinga Maya, Abrisam mulai menelusuri tengkuk lehernya.
Maya menggeliat menahan geli akibat gesekan bulu-bulu halus yang terdapat di rahang suaminya.
Melihat reaksi Maya, Justru membuat Abrisam tersenyum dengan begitu manisnya.
"Bersiaplah, Sebentar lagi kita akan berangkat ke rumah kita." setelah membisikkan itu, Abrisam keluar meninggalkan kamar Maya.
Maya yang mendengar hal itu, Tersenyum senang karena tak lama lagi ia akan mencapai tujuan berikutnya.
"Alvin... Vanya... Bersiaplah menyambut kedatangan ku!"
•••
Beberapa menit kemudian Maya keluar dari kamar dengan membawa koper yang berisi pakaian dan keperluannya. Ia melirik tajam Alvin dan Vanya yang terlihat resah menatap ke arahnya.
Sementara Abrisam tersenyum bahagia dan langsung mengulurkan tangannya kepada Maya untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya.
Maya langsung memeluk kedua orang tuanya dengan tangis haru.
Di ikuti oleh Abrisam yang memeluk sesaat kedua mertuanya tersebut.
"Tolong jaga putri ku dengan baik, Jangan pernah menyakitinya seperti mantan suaminya dulu," ucap ibu Maya sembari melirik Alvin dengan sinis.
"Jangan khawatir ibu, Aku tidak akan pernah menyakitinya."
Setelah berpamitan, Mereka berempat masuk kedalam mobil yang sama.
Mobil mewah dengan kapasitas 7 orang itu membuat Alvin harus melihat Ayah mertua dan mantan istrinya duduk di depannya.
Hal itu tidak di sia-siakan oleh Maya yang yang langsung bergelayut manja dan menyandarkan kepalanya di lengan kekar Abrisam.
Abrisam yang cukup terkejut langsung menoleh ke arah Maya.
Ia tersenyum dan tidak habis pikir pada sang istri yang sebelumnya menghindari sentuhannya saat mereka berduaan. Namun ia terlihat begitu manja di depan anak dan menantunya.
"Kenapa AC nya dingin sekali," ucap Maya yang semakin menarik lengan Abrisam ke arahnya.
"E... Pak, Tolong di tambah sedikit suhunya, Sepertinya istriku tidak tahan dingin," ucap Abrisam pada sang supir yang kemudian mendekap tubuh Maya kedalam pelukannya. Hal itu membuat Alvin yang melihatnya merasa panas sehingga ia harus melonggarkan dasinya yang terasa mencekik lehernya.
Vanya yang duduk di samping Alvin, Melihatnya dengan kesal. Ia tau betul apa yang tengah di rasakan oleh suaminya melihat mantan istri dan juga Ayah mertuanya.
Bersambung....