Noora Agatha William adalah seorang wanita karir dan cantik yang berprofesi sebagai model papan atas, bahkan Noora juga mempunyai suami yang tampan dan juga mapan. Bahkan rumah tangga Noora begitu terlihat sangat bahagia dan harmonis, namun seketika pernikahan yang selama ia bina bersama sang suami tidak menyangka akan di rusak oleh orang ke tiga.
Akan kah pernikahan Noora dan Adam masih bisa di pertahankan, atau malah mereka berdua milih berpisah untuk kebahagian mereka masing-masing.
Kita simak terus yuk perjalanan rumah tangga Noora dan Adam, kalau kalian suka dengan Novel ini jangan lupa tinggalkan jejak. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Devan Nugraha Perwira
Satu minggu pun berlalu, hari demi hari Noora menjalani aktivitasnya sebagai seorang Direktur, berangkat pagi, meeting bersama klaen hingga pulang larut malam, berkat jadwal di kantor yang begitu padat, Noora memutuskan untuk berhenti sejenak menjadi seorang model yang selama ini membawanya menuju ke suksesan hingga di kenal banyak orang.
Bahkan Noora jarang sekali pulang ke rumah barunya, bukan karena sibuk di kantor hingga tidak sempat pulang, tapi Noora lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat Viola temannya, Noora merasa jika berada Apartemen Viola ia tidak kesepian, beda jika Noora di rumah, kadang ia masih terbayang dengan sosok Adam mantan suaminya, dan mengingat kenangan-kenangan pahit antara Adam dan Safa, itu membuat Noora kadang merasa sesak dan sering mimpi buruk.
Pagi hari ini jadwal Noora begitu padat, bahkan dia harus menghadiri meeting dengan beberapa perusahan besar di Jakarta yang akan bekerja sama dengan perusahaannya.
"Jadwal ku hari ini apa La, selain aku harus menghadiri meeting bersama tuan Arjuno dan dan tuan Alexzo." tanya Noora yang masih duduk di kursinya terus menatap pada komputer di depannya.
"Ibu ada jadwal makan siang dengan Direkur perusahaan Devanzo Grub di lestoran Maizo." jawab Viola sebagai sekretaris Noora.
"Siapa Direktur Devanzo Grub, sepertinya aku tidak pernah bertemu dengannya?." Noora yang menatap ke arah Viola.
"Masak ibu tidak tau?." tanya Viola.
"Tidak." Noora yang menggelengkan kepalanya.
"Direktur dari Devanzob Grub adalah Devan Nugraha Perwira." jawab Viola lagi.
Noora yang mendengar nama Devan Nugraha Perwira seketika merasa tidak asing dengan nama itu, ya Noora seketika teringat dengan mobil laki-laki dua minggu yang lalu ia tabrak di jalan.
"Apakah maksut kamu Devan?." tanya Noora sedikit ragu.
"Iya benar, ibu akan makan siang bersama pak Devan."
Entah bagaimana kabar Devan setelah 2 minggu mereka berdua tidak bertemu, terkahir bertemu Noora menemui Devan di Caffe Lecci untuk membahas biaya mobil, bahkan saat Devan bilang akan menghadiri sidang percerainnya bersama Adam Noora tidak melihatnya di persidangan, dan saat Noora mengirim pesan untuk meminta nomor Rekening Devan, Devan hanya membalas dengan kata "aku tidak perlu uang untuk ganti rugi, kamu masih mengingat ku saja itu sudah cukup."
"Ternyata Devan adalah Direktur dari perusahaan Devanzo Grub, kenapa aku tidak pernah tau, padahal sudah cukup lama perusahaan ku bekerja sama dengan Devanzo Grub." ucap Noora di dalam hati, seketika membuat dia melamun sambil memainkan bolpoin di tangan kanannya. Karena Noora masih tidak percaya, jika Devan sekarang menjadi orang sukses, bahkan menjadi seorang Direktur.
Viola yang melihat ekspresi temannya sekaligus atasannya hanya tersenyum, Viola berfikir Noora pasti bahagia akan bertemu dengan Devan, bahkan Viola juga sangat setuju bila Noora bisa menjalin asmara dengan laki-laki yang dulu juga sempat mencintai temannya yang tidak lain adalah Devan.
Waktu sudah menunjukan pukul 12:30 WIB, ini saatnya para staf perusahaan beristirahat untuk makan siang, tidak terkecuali dengan Noora dan Viola. Siang hari yang tadinya terik sangat panas seketika berubah menjadi redup, langit-langit terlihat begitu gelap, bahkan petir sedikit menunjukan kilatannya, dan tidak lama hujan pun turun begitu sangat deras di sertai angin yang cukup kencang.
Viola yang baru saja masuk ke dalam ruang Direktur setelah melihat cuaca di luar, Viola terus berjalan mendekat ke arah Noora yang berdiri tepat di jendela ruangan sedang menikmati air hujan yang begitu sangat deras.
"Apa hujan masih begitu sangat deras di luar?." tanya Noora.
"Iya bu, makan siang bersama pak Devan di lestoran Maizo di batalkan karena hujan begitu sangat lebat dan di sertai angin yang begitu kencang, jadi pak Devan sudah datang dan menunggu ibu di bawah yaitu di lestoran perusahaan." jelas Viola.
"Apa Devan datang ke perusahaan?." tanya Noora.
"Iya bu, benar." jawab Viola.
Noora pun sudah berjalan keluar untuk menemui Devan, dengan Viola terus mengiringinya di belakang, entah kenapa Noora begitu sangat gugup untuk menemui Devan laki-laki yang dulu ia tolak karena sebuah bibit, bebet, dan bobot yang berbeda, alias derajat, Noora dari keluarga berada sedangkan Devan hanya anak seorang petani saja. Bukan Noora tidak bisa menerima cinta Devan yang hanya anak petani, dulu Noora juga sempat mencintai Devan sebelum menikah dengan Adam, namun karena orang tua Noora tidak merestui anaknya menjalin hubungan dengan Devan. Bahkan dulu Noora dan Adam juga begitu mati-matian untuk meminta restu menikah karena mereka juga berbeda derajat.
"Ternyata kemarin mobil mewah itu milik Devan, aku kira hanya mobil minjam, pantas saja dia tidak mau di ganti rugi, secara dia adalah seorang Direktur perusahaan." Noora yang di dalam lift terus melamun.
"Ting." tidak lama pintu lift pun terbuka, dan Noora segera menuju ke lestoran samping perusahaan yaitu lestoran privasi untuk seorang Direktur dan klaen makan bersama.
Dari kejahuan Noora sudah melihat laki-laki tampan menggunakan jas berwarna hitam, dengan rambut tertata begitu rapi sedang duduk sambil melihat pemandangan taman di sekitar lestoran.
"Selamat siang tuan Devan." sapa Viola kepada Devan.
Devan yang melihat kedatangan Noora dan Viola sedikit terkejut. "Ah.. selamat siang, silahkan duduk." ucap Devan.
Viola pun sudah menggeser kursi untuk bosnya, dan segera melangkah pergi untuk meninggalkan mereka berdua menikmati makan siang bersama.
"Kalau begitu saya pergi dulu bu." ucap Viola.
"Iya." jawab Noora lirih.
"Apa kabar nona Rara?." Devan yang mengulurkan tangannya kepada Noora.
"Baik tuan." Noora yang juga menyalami tangan Devan.
"Bukankah itu yang bersamamu adalah Viola sahabatmu dulu waktu kuliah, apa dia juga bekerja denganmu?." tanya Devan.
"Iya.. dia adalah sekretaris ku di kantor." jawab Noora.
"Wah.. kalian benar-benar saling setia, bahkan sampai detik ini persahabatan kalian semakin erat." ucap Devan.
Noora yang mendengar ucapan Devan seketika tersenyum.
"Apa sekarang anda tidak menjadi model nona Rara?." tanya Devan.
"Masih.. namun sementara ini saya vakum sebentar karena harus mengurus proyek baru perusahaan yang sebentar lagi di luncurkan." jelas Noora.
"Dari dulu anda tidak pernah berubah, begitu ulet dan pintar dalam menjalankan apapun, menjadi seorang model yang sukses, dan sekarang menjadi Direktur wanita yang begitu handal dan cerdas." puji Devan kepada Noora.
Noora yang mendapat pujian dari Devan kembali tersenyum. "Anda juga tuan Devan, kuliah di Perancis membawa tuan menuju kesuksesan, dan sekarang menjadi seorang Direktur untuk perusahaan yang luar biasa yaitu Devanzo Grub." puji Noora balik.
Noora dan Devan pun saling memuji satu sama lain, bahkan mereka sedikit bercanda di kala membahas proyek baru yang mereka kerjakan. Setelah hampir satu jam mereka berbincang-bincang soal pekerjaan dan menghabiskan makan siang, Devan dan Noora pun segera keluar dari lestoran, karena hujan sudah cukup reda.
Noora sudah berjalan lebih dulu untuk keluar dari lestoran, namun saat akan keluar tiba-tiba hujan kembali turun dengan deras, tidak mungkin Noora akan menerobos hujan begitu saja, karena jarak lestoran dan kantor lumayan jauh, namun tidak mungkin juga Noora tetap di lestoran karena jam masuk kerja sudah tiba, bukan Noora jika tidak disiplin dan tidak menghargai waktu.
"Kenapa Viola tidak kembali-kembali juga." Noora yang sudah berkali-kali menelfon Viola untuk menjemputnya namun tidak di angkat.
Saat Noora masih sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba Devan menghapiri dan mendekat di samping Noora. Noora pun seketika menatap ke atas, Noora melihat Devan sudah melepas jas yang tadi di kenakan nya untuk menutupi kepala mereka berdua.
"Ayo, aku antarkan sampai depan pintu perusahanmu" ucap Devan.
"Ah tidak usah tuan." Noora yang mencoba menolaknya.
"Tidak apa-apa, nanti bajumu basah, dan kamu masih bekerja sampai nanti sore." ucap Devan.
Seketika Noora pun menerima tawaran dari Devan, dan mereka berdua pun sudah berjalan keluar dengan berhati-hati, sedangkan Devan terus menggenggam jas untuk menutupi kepala Noora dan juga dirinya agar tidak terkena air hujan.
Di sepanjang melewati hujan yang deras Devan menatap wajah Noora yang begitu sangat cantik, dengan terdapat rintikan air hujan yang sedikit menempel pada wajah mulusnya.
Saat Devan sedang menatap ke arah wajah Noora, tiba-tiba Noora juga mendongakkan kepalanya menatap ke arah Devan, seketika membuat Devan dan Noora saling bertatapan.