NovelToon NovelToon
Kapten Merlin Sang Penakluk

Kapten Merlin Sang Penakluk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action
Popularitas:385
Nilai: 5
Nama Author: aldi malin

seorang kapten polisi yang memberantas kejahatan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aldi malin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

penggrebekan terakhir

Malam telah larut. Di dalam gudang tua yang dingin dan lembap, cahaya bulan menembus celah-celah atap yang bocor, menyinari dua tubuh yang terbaring dalam diam.

Dika dan Merlin, dalam pelukan terakhir yang penuh rasa rindu dan kehangatan, saling menatap. Tak ada kata, hanya mata mereka yang berbicara—tentang cinta yang tumbuh dalam keterbatasan, tentang kerinduan yang dalam, dan tentang ketidakpastian masa depan.

Tubuh Merlin bersandar lemah di dada Dika, napasnya perlahan, namun damai.

"Aku tidak menyesal," bisiknya. "Jika ini akhirku, aku bahagia karena bersamamu."

Dika menyentuh lembut rambut Merlin, lalu mengecup keningnya. "Ini bukan akhir. Kita masih punya harapan."

Mereka berdua sadar, waktu tak berpihak. Tapi detik-detik bersama itu terasa abadi, seakan dunia terhenti hanya untuk mereka.

Tiba-tiba, suara langkah terdengar di luar. Mereka langsung siaga. Dari kejauhan, suara sepatu berat menghentak lantai kayu gudang. Suara itu diiringi suara tembakan senapan peringatan.

Merlin menggenggam tangan Dika erat. "Mereka datang."

Dika membalas genggamannya. "Apa pun yang terjadi, kita hadapi bersama."

Dari luar, suara-suara keras menggema. Suara senjata, teriakan perintah, dan kemudian—suara ledakan granat asap.

Serangan telah dimulai.

Dalam bayang-bayang malam yang mulai menebal, Reno merayap diam-diam di sepanjang sisi gudang. Dua anak buahnya mengikuti dari belakang, bersenjata lengkap dan mengenakan pelindung taktis. Mereka telah mempelajari peta gudang, memetakan setiap pintu masuk dan rute pelarian. Tak ada ruang untuk kesalahan.

Dua penjaga bersenjata berjaga di pintu samping. Reno memberi isyarat tangan. Dalam hitungan detik, mereka dilumpuhkan dengan senjata bius dan ditarik ke dalam kegelapan.

Reno memberi sinyal. "Masuk sekarang."

Mereka menyusup ke dalam. Di balik tumpukan peti tua, Reno menemukan pintu baja yang terkunci rapat. Dari dalam, ia mendengar suara lirih: suara Merlin.

"Aku dengar suara langkah," bisiknya pada Dika.

Reno menempelkan alat pembuka otomatis. Bunyi klik terdengar. Pintu terbuka perlahan.

Merlin dan Dika sontak berdiri. "Reno!" seru Merlin.

Tanpa banyak bicara, Reno segera menarik mereka keluar. "Kita nggak punya banyak waktu. Cadangan pasukan sedang menuju ke sini. Kita harus pergi sekarang!"

Mereka berlari melewati lorong gelap. Di luar, pasukan satuan bayangan mulai bergerak menahan serangan balik dari anak buah Komandan Zen dan Chen. Suara tembakan terdengar saling bersahutan, tapi Reno dan timnya berhasil melewati celah sempit di sisi gudang.

Baru saja Reno berhasil mengeluarkan Merlin dan Dika dari gudang penyekapan, mereka berlari menuju mobil taktis yang disiapkan oleh tim bayangan. Langkah kaki mereka tergesa, napas masih memburu setelah pertarungan melawan penjaga gudang.

Namun belum sempat mereka jauh, suara langkah kaki bergemuruh dari arah pelabuhan. Lampu sorot menerangi malam. Puluhan polisi berseragam lengkap dan bersenjata berat menghadang di depan mereka.

“BERHENTI! LETAKKAN SENJATA!” teriak pemimpin barisan itu.

Reno menggertakkan gigi. “Sial… mereka lebih siap dari yang kita kira.”

Tanpa aba-aba lagi, suara tembakan memecah udara. Tembak-menembak sengit pun tak terhindarkan. Reno dan timnya bertahan sekuat tenaga, membalas serangan dengan penuh keberanian. Tapi jumlah mereka terlalu kecil.

Satu per satu anak buah Reno tumbang. Reno sendiri terkena tembakan di bahu, dan terjatuh saat mencoba melindungi Merlin dan Dika. Dika mencoba melindungi Merlin yang hendak diseret oleh dua polisi.

Namun mereka kalah jumlah dan kalah senjata.

“JANGAN LUKAI MEREKA! TANGKAP HIDUP-HIDUP!” suara keras terdengar—perintah dari Komandan Zen yang muncul dari balik kerumunan.

Dalam hitungan menit, perlawanan mereka dihentikan. Reno, Merlin, Dika, dan anggota tim bayangan akhirnya ditangkap. Tangan mereka diborgol, tubuh mereka dipaksa berlutut di bawah todongan senjata.

Komandan Zen mendekat dengan senyum penuh kemenangan. “Sudah kubilang… kalian terlalu kecil untuk melawan sistem ini.”

Merlin menatapnya tajam. “Kebenaran akan tetap menang, Zen. Kau tak bisa membungkam semuanya.”

Zen hanya tertawa kecil. “Kita lihat saja.”

Malam itu, para pejuang kebenaran resmi menjadi tawanan. Tapi perjuangan mereka belum selesai.

Sementara Reno, Merlin, dan Dika digiring ke ruang tahanan bawah tanah yang tersembunyi di bawah gudang, sebuah mobil Alphard hitam menggelinding perlahan masuk ke area pelabuhan. Mobil itu berhenti dengan angkuh di depan gudang tua yang gelap.

Dari dalam, keluar seorang pria paruh baya dengan setelan mahal dan kaca mata hitam—Chen, bos besar jaringan judi online yang telah lama diburu.

Ia disambut langsung oleh Komandan Zen yang sudah menunggu dengan tangan di belakang punggung. Senyuman penuh tipu muslihat terukir di wajah keduanya.

“Apakah semua sudah aman, Komandan?” tanya Chen sambil melirik sekitar.

“Siap. Semua data sudah dihapus dari sistem. Bukti digital telah kami sulap. Kambing hitam sudah kami persiapkan. Semuanya akan berjalan seperti yang Anda inginkan,” jawab Zen tenang.

Chen mengangguk puas. “Bagus. Media akan segera menyorot mereka. Reno, Dika, dan bahkan Kapten Merlin... akan dicap sebagai pengkhianat negara. Setelah itu, tak akan ada lagi yang mengganggu bisnis kita.”

Zen menyerahkan sebuah tablet ke Chen. “Ini bukti manipulasi yang sudah jadi. Log server, catatan transaksi, semua mengarah ke mereka.” dua buah ransel berisi uang 800 milyar di serahkan ke komadan Zen. Komandan Zen agak sedikit kaget tetapi dengan santai bos chen berkata" ini hanya uang muka, jika kasus selesai akan saya kirim sesuai permintaan bapak" komandan Zen menghela napas " oke setuju semua akan segera aku bereskan"

Chen menyalakan cerutunya. “Sempurna. Setelah ini, kita bersulang atas kemenangan kita.”

Keduanya tertawa ringan, tak sadar bahwa di sudut atas gudang, sebuah alat perekam kecil tersembunyi di balik atap logam—dikirim secara diam-diam oleh seorang anggota tim bayangan yang selamat.

Kebenaran belum mati. Masih ada harapan... dan alat perekam itu akan jadi kunci membalikkan keadaan.

Bos chen dan anak buahnya masuk ke sebuah kamar yang disediakan tiga wanita telah siap melayaninya di atas ranjang

Di lorong sempit yang terhubung ke ruang server bawah tanah, Reno, Dika, dan Merlin digiring oleh anak buah Komandan Zen yang bersenjata lengkap. Borgol besi dingin mengikat pergelangan tangan mereka. Langkah kaki bergema di antara dinding beton tua yang lembab.

Komandan Zen berdiri di depan panel sistem server. Di sampingnya ada alat verifikasi biometrik yang terhubung langsung ke jaringan server situs judi online.

"Dika," katanya dingin. "Lakukan verifikasi wajahmu di sini. Setelah itu, semua akan terlihat jelas... bahwa kaulah pemilik situs ini."

Dika memalingkan wajahnya. Tapi dua anak buah Zen memaksa menahan kepalanya ke arah mesin pemindai. Lampu hijau menyala. Wajah Dika terverifikasi.

"Selamat," kata Zen tersenyum sinis. "Satu langkah lagi, dan kamu resmi jadi kambing hitam terbesar dalam sejarah kepolisian."

Dia berbalik menatap ketiganya. “Tapi aku orang yang adil, Dika. Daripada kalian mati sia-sia... bagaimana kalau kita bekerja sama? Paling lama sepuluh tahun kamu di penjara. Aku pastikan Reno dan Kapten Merlin masih bisa kembali ke institusi. Bahkan aku bisa bantu mengatur semuanya.”

Merlin mengerang dan melangkah maju, walau ditahan oleh borgol di tangannya. Matanya menyala penuh amarah.

“Kau manusia busuk! Kau khianati seragam, negara, dan keadilan! Kau tidak pantas jadi komandan!” teriak Merlin dengan suara bergetar.

Zen mendekat. “Tapi aku yang berkuasa sekarang, Kapten. Dan kalian hanya bidak yang mudah dikorbankan.”

Reno melirik Dika. “Jangan percaya dia. Sekali kita menyerah, dia akan habisi kita begitu selesai.”

Dika menatap Merlin sejenak, lalu mengangkat dagunya dengan tegas.

“Kalau mati memang takdirku, aku mati sebagai orang benar. Bukan alatmu.”

Zen mendengus dan memberi isyarat ke anak buahnya. “Siapkan protokol penutupan. Biar mereka jadi berita pagi besok.”

Tapi jauh di luar gudang, tim bayangan yang dipimpin oleh salah satu agen intelijen yang setia... sedang bersiap masuk.

Ruangan itu mendadak hening. Komandan Zen mendekati Merlin dengan langkah pelan namun penuh ancaman. Ia mengangkat pistolnya dan menodongkannya ke arah kepala Merlin.

"Aku tahu kau mencintainya, Dika," ucap Zen tajam, matanya menyipit. "Satu gerakanmu yang salah, peluru ini akan menjadi akhir hidup wanita yang kau kagumi."

Dika menatap Merlin—gadis yang baru saja menyentuh hatinya, perempuan yang dia kenal bukan cuma sebagai kapten, tapi sebagai Aina, wanita yang tulus dan kuat. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, tapi karena amarah dan dilema yang membakar.

"Lengkapi verifikasi server itu sekarang juga!" bentak Zen. "Kalau tidak..."

Klik.

Zen menarik tuas pistol, siap menembak.

Merlin memejamkan mata, bersiap menghadapi maut. Tapi Dika berteriak, "Berhenti! Aku akan lakukan... tapi bebaskan dia..."

Zen menyeringai. "Pintar. Itu baru pria sejati."

Dika perlahan mendekati sistem, jari-jarinya nyaris menyentuh keyboard untuk menandatangani finalisasi data pemilik situs. Tapi—

DOR! DOR! DOR!

Tembakan terdengar keras dari luar!

Lampu ruangan padam seketika. Alarm keamanan berbunyi.

"Penyerang! Ada penyusup!" teriak salah satu anak buah Zen.

Zen mengumpat dan memberi aba-aba siaga. Sementara itu, Reno yang sebelumnya dikira tak berdaya, dengan sigap menubruk salah satu penjaga, merampas senjatanya dan menembak borgol di tangan Merlin.

"Ini waktunya!" teriak Reno.

Merlin langsung mengambil senjata dari lantai, dan Dika menendang panel sistem hingga rusak. Server meledak sebagian, api kecil mulai menyebar di sudut ruangan.

"Jangan biarkan mereka kabur!" Zen berteriak geram, tapi para pasukan bayangan sudah masuk menyerbu gudang dengan gas kejut dan peluru karet.

Perang besar telah dimulai.

Pasukan bayangan yang dipimpin oleh unit khusus dari pusat berhasil membekuk Bos Chen di sebuah kamar rahasia yang tersembunyi di dalam gudang. Tanpa perlawanan berarti, Chen tertunduk saat borgol mengekang kedua tangannya. “Permainanmu selesai,” ujar salah satu anggota dengan tegas.

Sementara itu, seluruh area pelabuhan berhasil diamankan. Namun, Komandan Zen dan beberapa loyalisnya sudah lebih dulu melarikan diri lewat pintu belakang gudang, membawa tas besar berisi uang transaksi haram.

Merlin dan Reno tak tinggal diam. Mereka mengejar hingga ke dermaga.

“Berhenti, Zen!” teriak Merlin, senjata terangkat siap menembak.

Tapi Komandan Zen malah tertawa. “Kau pikir aku sebodoh itu?”

DOR!

Peluru Merlin mengenai kaki kiri Zen, membuat pria itu tersungkur sejenak. Tapi dengan gesit, Zen merangkak masuk ke sebuah kapal kecil berteknologi tinggi. Ia berdiri di tepi kapal, darah menetes dari kakinya, dan mengangkat alat pemicu kecil di tangannya.

“KALIAN AKAN MATI BERSAMA!” Zen menekan tombol itu—dan kapal melaju cepat, menghilang ke lautan gelap.

BZZZZZ—TIK… TIK…

Reno yang masih di dekat gudang melihat panel elektronik menyala di dinding belakang gudang.

"Merlin! Gudangnya... ini bom waktu!" serunya panik.

Seketika, ledakan pertama terdengar menggelegar dari sudut kanan gudang.

BRAAAK!

Dinding beton roboh menghantam arah Merlin, tapi Dika yang masih di dekatnya langsung berlari dan menarik tubuh Merlin dengan sekuat tenaga, menyelamatkannya dari reruntuhan.

"Aku tak akan kehilangan kau, Aina," lirih Dika sambil memeluknya erat.

Asap tebal mulai menyelimuti gudang. Reno memberi aba-aba cepat.

“SEMUA KELUAR SEKARANG! EVAKUASI!”

Dengan napas tersengal dan tubuh dipenuhi luka ringan, mereka semua berhasil kabur keluar dari gudang sesaat sebelum ledakan besar terakhir mengguncang tempat itu.

DUAAAARRR!!!

Gudang tempat seluruh kejahatan itu tersimpan kini hanya menjadi puing terbakar. Tapi satu hal pasti: bukti dan kebenaran telah terbongkar.

1
aldi malin
terima kasih semoga ikutin episode berikutnya
Lalula09
Dahsyat, author kita hebat banget bikin cerita yang fresh!
うacacia╰︶
Aku sangat penasaran! Kapan Thor akan update lagi?
aldi malin: oke ...dintunggu ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!