bagaimana jika seorang CEO menikah kontrak dengan agen pembunuh bayaran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rahasia
Kenapa alecia selalu bergetar saat bertemu dengan amira. alecia bingung apalagi amira.
“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Alecia heran, menatap Amira dengan dahi berkerut.
“Ceritanya panjang sekali, Bu Dokter,” jawab Amira santai, menyilangkan tangan.
Alecia mengalihkan pandangan ke Renata. “Tante juga? Kenapa ada di sini?”
Renata tersenyum kecut. “Ceritanya lebih panjang dari ceritanya Amira, Cia.”
Alecia mendengus kesal. “Kalian ini penuh rahasia. Tante tahu nggak, aku sampai mendatangi makam tante, loh.”
“Makam?” Renata terkejut. “Siapa yang menguburkan aku? Aku kan masih hidup!”
“Semua orang menganggap tante sudah meninggal,” jelas Alecia pelan.
Amira ikut angkat alis. “Lho, kok aku enggak punya makam juga?”
Alecia menggeleng. “Aku enggak tahu detailnya. Yang aku tahu, Andika hanya menyelenggarakan prosesi pemakaman Tante Renata.”
Amira mendengus tajam. “Kurang ajar! Suamiku sendiri bahkan ogah-ogahan bikin prosesi buatku? Kalau aku pulang, akan aku kubur dia hidup-hidup!”
Renata menepuk tangan Amira pelan. “Sabar, sayang. Walau kadang bodoh, dia tetap anak Mamah.”
Tiba-tiba suara berat terdengar dari pintu.
“Kalian tidak akan pernah pulang,” ucap Aston datar.
Amira melirik malas. “Nah, ini dia. Baru juga tenang, datang lagi si pengganggu.”
Aston menatap mereka tajam. “Aku tidak akan membiarkan kalian pergi dari sini.”
Alecia berdiri, menahan napas. “Ka, ini sebenarnya ada apa sih?”
“Mereka ini penyusup. Kemungkinan besar mereka dikirim untuk menghancurkan kita,” tuduh Aston tanpa ragu.
Alecia memutar bola mata. “Kak, jangan terlalu paranoid. Amira ini cuma tukang ojek. Dia bahkan berjuang mati-matian demi kesembuhan ayahnya. Aku salut, loh.”
Amira menyeringai, lalu menjulurkan lidah ke arah Aston. “Tuh, dengerin kata adikmu, Tuan Bos.”
Aston menggeleng dengan wajah penuh curiga. “Kamu terlalu percaya. Amira ini pandai bersandiwara.”
Amira melipat tangan, menatap Aston tanpa takut. “Aku cuma ingin hidup tenang. Tapi kalau terus diganggu, aku juga bisa berubah, loh.”
Suasana hening sesaat, seolah badai sedang menunggu waktu untuk meledak.
......
Bianka melangkah ringan mendekati Andika yang sedang duduk membaca dokumen. Dengan manja, ia memeluk pria itu dari belakang, membenamkan wajahnya di bahunya.
“Aku kangen banget sama kamu, sayang...” bisiknya lembut.
Andika menoleh pelan, bibirnya tersenyum tipis, tapi matanya tak sepenuhnya hangat.
“Beberapa hari ini ponsel kamu tidak aktif,” ucapnya datar.
Bianka tersenyum kecil, duduk di samping Andika dan meraih tangannya. “Aku sibuk banget, sayang. Ayahku... ayahku lagi sakit.”
Andika menatapnya sejenak, lalu mengangguk pelan. “Oh ya? Sakit apa?”
Bianka terpaku sesaat, lalu buru-buru menjawab, “Radang paru-paru. Katanya sih akibat cuaca ekstrem.”
Andika mengangguk pelan, matanya masih mengunci wajah Bianka. “Aku bisa ikut kamu besok ke rumahmu. Sekalian jenguk Ayah.”
Bianka membelalak dalam hati. Duh, kenapa aku pakai alasan Ayah lagi? Dan kenapa dia ngotot banget sih pengen ketemu? pikirnya gugup.
“Sayang... Ayahku belum bisa ditemui. Masih lemah. Bahkan keluarga dekat pun jarang dikasih masuk,” ucapnya sambil mengelus tangan Andika.
Andika mengangguk, pura-pura percaya. Lalu, dengan nada ringan, ia bertanya, “Kamu di mana kemarin sore jam tiga? Aku sempat ke café dekat kantor kamu, tapi katanya kamu enggak ngantor.”
“Oh... aku... eh, aku ngurusin obat Ayah. Ke rumah sakit. Banyak antrian jadi seharian di sana,” jawab Bianka cepat.
Andika tersenyum kecil, menatapnya tajam namun tetap tenang. “Rumah sakit mana?”
“Rumah sakit... Medika Pratama,” ucap Bianka pelan, berharap cepat berakhir.
Andika menyandarkan tubuhnya. “Kamu bilang Ayah dirawat di rumah, sekarang bilang urus obat di rumah sakit. Kamu yakin kamu enggak ketemu siapa-siapa, Bianka?”
Bianka tercekat, senyumnya mulai pudar. “Tentu saja enggak. Maksud kamu?”
Andika menatapnya dalam, perlahan menarik tangannya dari genggaman Bianka. “Enggak, cuma nanya. Soalnya kemarin sore aku lihat mobil Paman Bagus parkir di hotel tua dekat bandara. Dan lucunya, ada perempuan yang mirip banget sama kamu turun dari mobil itu...”
Bianka membeku. Wajahnya pucat seketika.
Andika tersenyum tipis. “Tapi mungkin aku salah lihat, ya?”
”
“Sayang, antar aku belanja, yuk?” Bianka menyentuh lengan Andika dengan manja, senyumnya dibuat semanis mungkin.
Andika tak menoleh. “Maaf, aku sedang sibuk, Bian,” ucapnya datar tanpa ekspresi.
Bianka cemberut, lalu mendorong bahunya manja. “Sibuk apa sih? Aku butuh hiburan, sayang. Bosan.”
Andika menutup laptop pelan, menatap Bianka dengan tatapan yang dingin tapi tajam. “Aku sedang menyelidiki kematian ibuku. Terlalu banyak kejanggalan.”
Bianka menelan ludah. “Loh... bukannya sudah jelas itu kecelakaan pesawat? Sudahlah, kamu fokus aja sama kerjaan. Jangan larut dalam teori konspirasi.”
“Buat apa aku fokus kerja, sementara kamu sendiri menolak aku ajak menikah?” Suaranya terdengar getir.
Wajah Bianka menegang sesaat, tapi cepat-cepat ia tersenyum miring. Menikah dengan kamu? Lelaki bodoh mengandalkan perasan ketimbang logika. Meding sama om bagus duitnya banyak tenanga luar biasa? batinnya sinis.
“Ayah kamu masih sakit, kan?” tanya Andika, pandangannya menusuk.
“Iya. Itu sebabnya aku menunda pernikahan kita,” jawab Bianka cepat.
Andika bersandar, lalu berkata pelan tapi penuh tekanan, “Kalau ayah kamu kritis, kenapa kamu malah ngajak belanja? Harusnya kamu di rumah sakit, bukan ngider di mall. Dan kalau kamu benar-benar menghargai aku, kenapa kamu nggak pernah ajak aku jenguk ayah kamu?”
Bianka terdiam. Dadanya sesak. Kenapa Andika mulai seperti ini? Rumah sakit? Aku bahkan nggak tahu harus sebut yang mana...
“Oke deh, sayang,” katanya sambil menyembunyikan gugupnya. “Aku balik ke rumah sakit dulu, nanti aku kabari kalau ayah sudah bisa dijenguk.”
“kenapa dengan andika, biaanya dengan sedikit rayuan aku saja dia sudah luluh ada apa dengan dia” ucap bianka dalam hati.
..........
Hujan rintik membasahi atap seng sebuah rumah tua di pinggiran kota. Gedung itu dulu megah, kini dindingnya berlumut, jendela-jendelanya pecah dan tirai usang bergoyang ditiup angin. Di dalam ruangan yang remang, tiga pria berkumpul. Asap rokok melayang perlahan, menambah kesan angker suasana.
“Sebentar lagi… perusahaan Viona akan jadi milik kita,” ucap seorang pria berambut putih. Suaranya dingin, tenang, tapi menyimpan bara.
Bagus mengangguk, senyumnya tipis. “Andika juga sudah kehilangan arah. Dia tak lagi peduli dengan perusahaan.”
“Kita selesaikan dulu Viona,” lanjut pria berambut putih, matanya menyipit penuh dendam. “Setelah itu… baru giliran Andika.”
Hening sejenak. Lelaki berambut putih itu menghela napas panjang, seperti menahan beban bertahun-tahun yang menyesakkan dada.
“Bagaimana dengan Allesandro? Ada kabar?” tanyanya pelan.
“Sayangnya... kabar buruk,” sahut pria bertubuh tegap. “Ternyata Amira adalah anak Allesandro dan Helena.”
Sang pemimpin membeku sejenak. “Apa mereka sudah tahu?”
“aku sudah memalsukan hasil tes DNA amira, semua percaya dengan hasil tes DNA kecuali Helena yang percaya kalau amira aalah anaknya. Tapi dia kritis… sejak Aston hampir mengeksekusi Amira.”
Mata pria berambut putih menyala. “Cari cara agar Allesandro sendiri yang membunuh Amira. Perlahan, tanpa jejak. Dia licik, jadi pastikan jebakannya lebih licik.”
“Baik, Ayah,” jawab pria tegap itu.
Kini giliran pria tua itu menatap tajam ke arah Bagus. “Kamu, siapkan segalanya. Buat kematian Viona terlihat seperti kecelakaan. Seperti biasa, kita lemparkan kesalahan pada Allesandro. Lalu giring Andika… agar dia sendiri yang menghabisi pamannya.”
“Baik, Ayah,” jawab Bagus patuh, meski matanya tampak gelisah.
Di luar, petir menyambar. Rencana jahat pembalasan dendam sedang dirancang
kena jebakan sendiri nih...
felix ini yang jadi tangan kanan oma viona yang berusaha menyingkirkan keluarga wijaya dan bagus akan dijadikan pewaris....
wah, keren nih ceritanya 👍 makin seru
lanjut dong thor...
dipihak allesandro ada si rio....
jadi ini semua adalah jebakan mereka yang pasti ada dalang utama nya... membuat dua kubu saling berselisih paham, semoga cepat terbongkar...
kira2 siapa ya ? apa jangan2 yang disebut ayah oleh si bagus .....
lanjut dong thor❤️
allesandro tidak tahu kalau amira anaknya, tanpa disadari hasil TEs DNA sudah di sabotase....
alecia selidiki lebih lanjut tentang amira,,,
coba tes Dna ulang kembali pasti 99,9%.
siapa yang disebut bagus adalah ayah???
setiap kesalahan yang mengenai oma viona pasti dicuragai allesandro....
benarkan sudah disabotase hasil Tes DNA milik amira....
semoga secepatnya terbongkar kebusukan mereka....
tapi kenapa yah oma viona selalu menuduh allesandro setiap ada masalah perusahaan? dan bagaimana nasib andika selanjutnya