NovelToon NovelToon
Sentuhan Cinta Gendis

Sentuhan Cinta Gendis

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Romansa-Solidifikasi tingkat sosial / Tamat
Popularitas:510k
Nilai: 4.9
Nama Author: Devi21

Peringatan!
Mengandung konflik 21+



Terlahir di tengah keluarga yang tidak harmonis. Membuat Gendis tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan tegar.

Perjalanan hidup yang jauh dari kata mudah. Tidak lantas membuatnya pasrah pada keadaan. Gendis bekerja keras membagi waktu dan tenaganya agar bisa bertahan hidup, kuliah dan membiayai sekolah adik semata wayangnya.

Pekerjaan sebagai Terapis atau tukang pijat Shiatsu pun tidak ragu dia lakukan. Selama halal dan masih di jalan yang benar.

Penilaian orang yang menganggapnya perempuan tidak benar, tidak membuatnya gamang. Gendis memilih untuk tidak peduli. Sekedar dianggap baik tidak membuatnya kenyang.

Pertemuannya dengan dua orang pria penikmat sentuhan tangannya, membawa Gendis ke dalam masalah percintaan dan hidup yang lebih rumit.

Bagaimana bisa hidupnya lebih rumit, padahal uang sudah bisa didapatkan dengan mudah? Mengapa bisa dua orang pria jatuh cinta pada seorang Gendis? Siapakah dua pria itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Devi21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apartemen Eser

"Aku tidak minta macam-macam. Tinggallah bersama Damar di tempat yang aku sediakan. Bekerjalah menjadi sekretarisku. Biarlah Damar home schooling sampai dia lulus nanti. Sesederhana itu." Eser berjongkok agar bisa beradu pandang dengan Gendis.

Gendis terdiam. Mengambil nafas dalam. Tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan, tapi tidak banyak pilihan yang dia punya. Eser benar, saat ini kemungkinan hanya ada dua. Menghadapi Bapak Gendis yang tidak akan ada ujungnya atau menata masa depan dengan mengorbankan diri sendiri dulu.

"Bagaimana? aku tidak punya banyak waktu. Aku tidak mrnyuruhmu melakukan sesuatu yang dosa. Jika kamu melihatku tidak seburuk pikiranmu selama ini. Seharusnya kamu berterima kasih padaku. Ingat Ndis, tidak hanya masalah ini yang mengikatmu denganku ada foto-foto kita. Kamu bisa mengacuhkan pandangan seluruh dunia. Tapi bagaimana dengan Damar? dia terlalu membanggakanmu." Lagi-lagi Eser menyerang Gendis melalui Damar.

Pria itu berdiri, lalu menghubungi seseorang untuk segera mempersiapkan dua mobil.

"Ambil barang kalian di kontrakan. Lalu ke tempat kalian yang baru. Hari ini manfaatkan waktu istirahatmu. Mulai besok kamu akan bekerja menjadi sekretarisku. Pakailah pakaian yang sudah disediakan di tempat barumu nanti. Kamu terlalu lama berpikir, jadi aku anggap kamu setuju." Eser langsung meninggalkan Gendis di ruangan itu sendiri.

"Tuhan, jika ini memang jalan yang harus kami lalui. Kami ikhlas, tapi tuntun kami. Rangkul kami dalam kuasamu. Kami tidak akan sanggup jika sendiri." gumam Gendis.

Gadis itu memejamkan matanya sejenak, sengaja ingin merasakan keberadaan Tuhan di hatinya. Mencari damai dan tenang untuk mendapatkan kembali sebuah kekuatan.

Gendis bangkit dan berdiri, berharap keputusan untuk mengikuti kemauan Eser adalah langkah yang benar. Dia lalu melangkahkan kaki ke tempat di mana tadi Damar berada.

Dari jauh dia melihat Eser dan adiknya itu malah berbincang hangat dan akrab. Tidak terlihat mengintimidasi, seperti saat berbicara dengannya.

"Tidak perlu menjelaskan apapun pada Damar, dia sudah paham. Kamu dan Damar akan diantar oleh driver. Ini Siti, dia akan menjaga, mengurus dan bersama kalian selama di apartemen." Eser memperkenalkan perempuan yang membukakan pintu tadi.

Eser hanya mengantar ketiganya hanya sampai masuk ke dalam mobil. Senyuman licik kembali mengembang di bibirnya.

Baru saja dia mau melangkahkan kakinya kembali ke dalam rumahnya, sebuah pukulan keras tepat mengenai rahang pipi kananna.

Pukulan mendadak dan sangat keras, sukses membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan.

Sambil memegangi pipinya yang terasa ngilu, Eser menoleh pada sosok yang sudah berani menyentuh pipinya dengan kasar. Yang tidak lain adalah adik tirinya sendiri.

"Apa maumu?!" bentak Ozge sangat emosi.

Eser hanya menjawab dengan senyuman sinis, lalu masuk ke dalam rumah begitu saja.

"Es, lepaskan Gendis dan adiknya. Berapapun uang yang kamu keluarkan, akan aku kembalikan berlipat-lipat?!" teriak Ozge.

"Aku tidak butuh uangmu. Aku tidak butuh apapun, dan aku tidak akan membuat kesepakatan denganmu. Kita lihat, dengan siapa dia akan memilih menikah pada akhirnya," ucap Eser, dengan santai.

"Tapi caramu salah, Es. Kamu menekan Gendis dan memanfaatkan kelemahannya. Sungguh kamu sangat licik."

Ozge kembali ingin melayangkan satu pukulan pada Eser, tapi kakak tirinya itu berhasil menangkisnya. Kini, Eser berbalik arah yang menyerangnya dengan satu pukulan yang tidak kalah keras. Tepat mengenai ujung bibir Ozge, hingga berdarah.

"Jika memang, Gendis menyukaimu. Kamu tidak perlu sekawatir ini. Kita lihat saja, seberapa jauh kalian akan bertahan." Eser meninggalkan Ozge sendirian. Dia sendiri menuju sebuah kamar, dan membanting pintunya dengan begitu keras.

Sembari mengumpat, Ozge berjalan keluar menuju motor sport yang di parkir di luar pagar. Lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi, menuju sebuah apartemen yang dia yakini, Gendis dan Damar pasti akan berada di sana.

*****

Surti baru saja ke luar dari dalam kamar mandi, saat melihat Damar dan Gendis masuk ke dalam kontrakannya.

Adik kakak itu langsung masuk ke dalam kamar masing-masing. Lalu tak lama kemudian sudah ke luar membawa semua barang-barangnya.

"Loh ... Loh ... apa-apa'an ini. Kalian mau ke mana?" Surti terlihat sangat kaget melihat Gendia dan Damar seperti sudah bersiap untuk pergi.

"Mbak, kami harus pergi. Terimakasih atas semua kebaikan, Mbak Titi selama ini. Tidak akan pernah, kami melupakan, Mbak. Suatu saat nanti, kalau hidup kami sudah lebih baik. Mbaklah, oramg pertama yang akan kami cari dan temui." Gendis menggenggam tangan Surti.

"Kalian mau ke mana? jangan membuat aku khawatir. Kalau untuk menghindari bapak kalian, biar mbak carikan tempat dulu. Jangan sampai kalian menjadi gelandangan begitu ke luar dari sini." Surti menatap Gendis dengan penuh kekhawatiran.

"Mbak tidak perlu khawatir, kami di tempat yang aman dan terjamin. Gendis juga berhenti bekerja. Tapi maaf, Gendis belum bisa memberi tahu, kami tinggal di mana. Nanti kalau sudah jelas, pasti kami kabari. Terimakasih ya, Mbak." Gendis memeluk Surti dengan erat.

"Hati-hati. Eh, tunggu dulu ... jangan-jangan kamu bersama, Tuan Ozge?" Surti menerka-nerka.

Mendengar nama Ozge, membuat perasaan Gendis menjadi dilema. Bagaimana nanti dia akan menghadapi pria yang baru semalam menjadi kekasinya itu.

Harusnya dia memang tidak menjalani sebuah hubungan. Hidupnya sudah cukup rumit, meskinya tidak menambah beban dengan mengagumi dan berkomitmen dengan orang lain.

"Ndis?" tanya Surti sembari menepuk pundak Gendis, seketika menyadarkan gadis itu dari lanunannya.

"Bukan, Mbak. Bukan Tuan Ozge. Ya sudah, kamu sudah di tunggu di luar. Pamit ya Mbak. Semoga Mbak Titi, segera ketemu jodoh." Gendis mencium pipi kanan dan kiri Surti.

Damar hanya menjabat tangan Surti. Lalu bersama kakaknya melangkah bersama, meninggalkan tempat pelarian mereka yang pertama.

*******

Menginjakkan kaki di sebuah Apartemen yang lumayan mewah bagi Gendis. Memang masih jauh dari kemewahan Aparement Ozge dan Eser. Tapi baginya ini sudah sangat berlebihan.

Damar terlihat tidak sanggup mengatupkan bibirnya, binar kekaguman dan rasa takjub jelas terlihat di matanya. Seumur hidup, inilah kali pertama dia berada di tempat semewah ini.

Rasa kekaguman Damar semakin menjadi-jadi dan tidak terbendung ketika memasuki room mereka. Perabotan yang ada di sana sungguh modern, lengkap dan mewah.

Wastafel, toilet semua tidak menggunakan kran yang diputar. Hampir seluruh perabotan menggunakan sensor sentuh atau gerak.

"Jika dunia saja senikmat ini, bagaimana di surga ya, Mbak?" tanya Damar dengan kepolosannya.

"Nikmatnya dunia hanya sementara, Mar. Kita nikmati yang di sini, selagi ada. Karena kita tidak pernah tahu, apakah tempat ini adalah tempat pelarian kita yang terakhir atau bukan. Mbak, sama sekali tidak tahu." Gendis menatap Damar dengan Sendu.

"Selama bersama, Mbak Gendis. Di mana pun adalah surga bagi Damar."

Kedua kakak adik itu pun saling berpelukan hangat.

"Jadilah kebanggaan buat Mbak. Apapun yang Mbak lakukan untuk kebaikan Damar. lakukan yang terbaik, angkatlah derajat keluarga kita. Buktikan, Kita bukan keluarga J4l4ng yang menyedihkan," bisik Gendis, sekuat tenaga menahan air matanya.

Tiba-tiba terdengar suara deheman seseorang di dekat mereka. Kedua kakak beradik itu pun segera melepaskan pelukannya.

1
kalea rizuky
katanya masih perjaka hadeh lah ini
senjasabdaalam
demi allah yah bukan bapak di surga
Susana
sangat bagus. 👍😍😍
Rietha Hadziq
amazing
TongTji Tea
sorry ya thor g bisa tahan dengan konfliknya .drpd darting hehhe ..sukses teruss ..byee
TongTji Tea: ashiyaap meluncuur thoor
total 2 replies
Rissa Audy
dua kali lipat ketiga = ??
Rissa Audy
wolaaa aseeekkk🙈 bakne wes gak iso joget to🤣🤣🤣🤣
Rissa Audy
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rissa Audy
🤣🤣🤣🤣
Rissa Audy
🤣🤣🤣🤣🤣
Rissa Audy
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rissa Audy
🤣🤣🤣🤣🤣
Tua Jemima
certa kayak taik nguras emosi sampai dini ja fah bacax malaaaaaaaas
Tua Jemima
ceritax dibolak balik mumut bacax
Tua Jemima
benci aq lihat gendis jadi gk simpati kekanak kanakan
Tua Jemima
aq gk suka dngan sipatx gendis udah mulai pembakang
Tua Jemima
mati aja kamu arya kamu yg punya masalh dengan eser kq mlah gendis yg dihukum qu sumpaji lumpuh seumur hidup kamu arya peot bibir mu
Tua Jemima
yg bodohx juga kenapa juga gendis gk mai dipriksa dokter klau sampao keyahuan hmil takutx jadi timbul pitnah
Tua Jemima
gendis juga bodoh mau aja diperalat oz terlalu bodoh tuh gendis
Tua Jemima
bingung aq sama ceritax ini jelas jelas gendis berhubungan badan sama ozge kq ceritax sama rser lgi binggung mumet bcax
D᭕𝖛𝖎𖥡²¹࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐: memang dibuat begitu, kak. karena akan jadi sedikit cerita di belakang.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!