NovelToon NovelToon
JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Suami Tak Berguna / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Harem / Cintapertama
Popularitas:442
Nilai: 5
Nama Author: Siti Zuliyana

Rina menemukan pesan mesra dari Siti di ponsel Adi, tapi yang lebih mengejutkan: pesan dari bank tentang utang besar yang Adi punya. Dia bertanya pada Adi, dan Adi mengakui bahwa dia meminjam uang untuk bisnis rekan kerjanya yang gagal—dan Siti adalah yang menolong dia bayar sebagian. "Dia hanyut dalam utang dan rasa bersalah pada Siti," pikir Rina.
Kini, masalah bukan cuma perselingkuhan, tapi juga keuangan yang terancam—rumah mereka bahkan berisiko disita jika utang tidak dibayar. Rina merasa lebih tertekan: dia harus bekerja tambahan di les setelah mengajar, sambil mengurus Lila dan menyembunyikan masalah dari keluarga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Zuliyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jendela Asli Menyatukan Semua

Rina menangis senang: "Sayang, terima kasih telah selalu ada di sampingku. Semua ini bisa terjadi karena kita selalu bekerja sama dan membuka jendela hati kita untuk satu sama lain."

Cinta membuka karya besarnya yang dipajang di lobi galeri: "Ini untuk semua orang yang membantu. Jendela harapan tidak hanya untuk keluarga kita—tapi untuk semua orang yang mau membukanya."

Rafi berlari ke depan jendela, memegang ponsel yang dia gunakan untuk belajar pemrograman: "Jendela ini juga untuk aplikasi yang akan aku buat nanti! Untuk membantu anak-anak!"

Angin segar bertiup melalui jendela asli, menyebarkan bau bunga melati dari halaman dan kebahagiaan yang tak terlupakan. Semua orang menyanyi bersama, anak-anak membaca buku di taman baca, dan keluarga berkumpul di depan jendela—saksi dari perjalanan yang panjang, penuh perjuangan, tapi selalu dipenuhi cinta dan harapan.

Jendela itu tetap terbuka—seperti janji yang akan selalu terjaga, hidup di antara keluarga, di antara masyarakat, dan di hati semua orang yang pernah merasakan kebahagiaan yang dia bawa.

Setelah 6 bulan rumah tua diubah jadi taman baca dan galeri seni, keluarga mereka semakin ramai dan bahagia. Ayu yang sudah hamil 9 bulan tiba-tiba merasakan nyeri perut dan harus dirawat di rumah sakit. Semua keluarga menunggu di luar ruang operasi—Cinta bawa lukisannya untuk Ayu, Rafi bawa mainan yang dia buat sendiri, dan Rina membaca doa. Tidak lama kemudian, dokter keluar dengan senyum: "Selamat! Anak perempuan sehat!"

Ayu dan suaminya memberi nama dia Luna—simbol bulan yang selalu menyinari jendela asli di rumah tua. Ketika mereka pulang ke rumah, semua orang sudah menyiapkan hiasan bunga dan makanan. Di taman baca rumah tua, mereka merayakan kelahiran Luna dengan cara sederhana—semua orang duduk di sekitar jendela asli, berbagi cerita dan makanan. Cinta menggambar Luna yang masih kecil di depan jendela, dan berkata: "Sekarang ada tiga cucu—aku, Rafi, dan Luna. Kita akan selalu bermain di depan jendela ini!"

Beberapa minggu kemudian, Cinta mendengar bahwa ada lomba seni nasional dengan tema "Simbol Kehidupan". Dia ingin mengikuti dengan karya yang menggambarkan jendela asli dan keluarga. Dia bekerja keras setiap hari setelah sekolah, menghabiskan waktu di galeri rumah tua, melukis dan merencanakan karyanya. Dia ingin membuat sesuatu yang benar-benar spesial—bukan cuma lukisan, tapi gabungan antara lukisan, kain batik, dan patung kecil yang dia buat sendiri.

Namun, masalah muncul seminggu sebelum pengumpulan karya. Cinta secara tidak sengaja menodai bagian tengah lukisan dengan cat hitam yang tidak bisa dibersihkan. Dia menangis teriak-teriak: "Semua usaha ku sia-sia! Aku tidak bisa ikut lomba lagi!"

Semua keluarga mendatangi dia. Lila memeluknya: "Sayang, jangan sedih. Kadang kesalahan bisa jadi bagian yang paling indah dari karya seni. Mari kita pikirkan cara untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang bagus."

Arif berkata: "Kita bisa membuat bunga melati dari kain batik untuk menutupi bagian yang terkontaminasi. Bunga melati adalah simbol keluarga kita juga."

Ayu menambahkan: "Aku akan membantu kamu menjahit bunganya. Dan Rafi bisa membuat patung burung kecil untuk diletakkan di atasnya—simbol harapan yang terbang."

Selama 2 hari, mereka bekerja bersama tanpa lelah. Cinta mengubah bagian yang terkontaminasi menjadi taman bunga melati yang indah, dengan patung burung yang dibuat Rafi dan kain batik yang dijahit Ayu. Hasilnya—karya yang lebih indah dan berarti dari sebelumnya. Karya itu menggambarkan jendela asli dengan cahaya bulan menyinari, taman bunga melati di depan, dan semua anggota keluarga—dari Rina & Adi sampai Luna—berkumpul bersama. Di bawahnya, ada tulisan: "Jendela ini adalah jembatan yang menyatukan kita semua."

Hari pengumpulan karya tiba. Adi membawakan Cinta ke tempat lomba, dan semua keluarga menunggu di galeri rumah tua dengan perasaan gugup. Seminggu kemudian, hasil lomba diumumkan—Cinta memenangkan juara pertama! Semua orang melompat-lompat senang. Ketika Cinta menerima piala di panggung, dia berkata: "Ini untuk keluarga ku, yang selalu membantu aku mengubah kesalahan menjadi keindahan. Dan ini untuk jendela asli yang selalu menyatukan kita!" Semua keluarga yang menonton siaran langsung menangis senang.

Hari berikutnya, mereka merencanakan acara spesial di galeri rumah tua: merayakan juara Cinta, ulang tahun Rafi yang ke-6, dan kelahiran Luna yang baru 1 bulan. Semua tetangga, teman, dan pengunjung galeri diundang. Meja dipersiapkan di halaman depan jendela asli, dihiasi dengan bunga melati dan makanan yang dibuat bersama.

Acara dimulai dengan tari yang diajarkan Ayu kepada anak-anak di sekitar daerah—tari tentang jendela asli. Kemudian, Cinta memamerkan piala yang dia dapatkan dan membacakan ucapan terima kasih. Rafi memukul lilin di kue ulang tahunnya yang berbentuk jendela, dan semua orang menyanyi "Selamat Ulang Tahun". Luna, yang sedang tidur di buaian, bangun dan tersenyum ketika mendengar suara keluarga.

Malam itu, semua orang berkumpul di dalam galeri, di depan jendela asli yang terbuka lebar. Cahaya bulan menyinari mereka, dan bintang-bintang bersinar terang. Rina berdiri dan berkata: "Hari ini adalah hari yang penuh kebahagiaan. Kita punya cucu yang pintar (Cinta), ceria (Rafi), dan cantik (Luna). Semua ini karena jendela asli ini yang telah menyatukan kita sejak awal."

Adi memegang tangan Rina: "Jendela ini sudah menyaksikan banyak hal—kesedihan, perjuangan, kebahagiaan, dan sukses. Tapi hari ini, dia menyaksikan kebahagiaan yang paling besar: keluarga yang semakin ramai dan saling mencintai."

Cinta membawa karya seni yang dia buat untuk lomba, dan menempatkannya di depan jendela asli: "Aku akan selalu menggambar jendela ini, sampai generasi depan juga tahu maknanya. Dia adalah bagian dari jiwa kita semua."

Rafi berlari ke depan jendela, memegang mainan robot yang dia buat: "Aku akan membuat aplikasi tentang jendela ini, agar semua anak di Indonesia tahu cerita kita!"

Luna, yang sedang dititipkan oleh Siti, menunjuk ke jendela dengan jari kecilnya dan berkata kata-kata yang belum jelas: "Jen... jendela!" Semua orang tersenyum, menangis senang.

Angin segar bertiup melalui jendela asli, menyebarkan bau bunga melati dan kebahagiaan yang akan selalu tetap di hati mereka. Semua orang menggenggam tangan satu sama lain, menyaksikan matahari terbenam dan bulan muncul. Jendela itu tetap terbuka—seperti janji yang tidak akan pernah pudar, menyatukan semua generasi, dan membawa harapan untuk masa depan yang lebih cerah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!