NovelToon NovelToon
Lies Of Marriage

Lies Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Romansa / POV Pelakor / Pihak Ketiga
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Poporing

Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?

"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"

"Kenapa kalian bohong kepadaku?"

"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17 : Pertemuan dengan Dimas

Liana keluar dari rumah sakit setelah beberapa hari dirawat dan dinyatakan kesehatannya sudah pulih. Ia dijemput oleh kedua orangtuanya, juga Yudis. Sebenarnya saat itu Yudis ingin membawa pulang Liana tapi langsung ditolak mentah-mentah sama ayahnya Liana. Dia gak percaya kalau anaknya diserahkan kepada Yudis lagi dan lebih memilih untuk memantau putrinya sendiri.

Yudis pun tampak tidak terlalu keberatan soal itu, justru dia kayaknya senang deh, karena artinya dia bisa punya waktu lebih untuk bersama dengan Tiara tanpa harus diganggu oleh Liana.

Liana sendiri sebenarnya ingin pulang, dia sama sekali gak bisa membiarkan Yudis bersama dengan Tiara, tapi sang ayah sudah membuat keputusan dan dia pun tak berani melawan. Dengan berar hati akhirnya Liana pulang ke ruma tanpa mengetahui kalau sang ibu sudah memiliki rencana lain untuk membawa Liana ke psikolog.

"Kamu istirahat dulu ya," ucap sang ibu seraya menggosok pelan punggung putrinya saat mereka sudah tiba di depan pintu rumah.

"Iya, Liana juga capek mau tidur di kamar sendiri, kasur rumah sakit enggak enak," balas Liana setengah bercanda.

"Biar tasnya Bibi bawakan," ujar seorang pelayan yang langsung dengan cekatan membawa beberapa tas milik Liana dari rumah sakit.

"Liana ke atas dulu ya, Bu." Gadis itu tersenyum manis ke arah sang ibu dan berpamitan untuk pergi ke ruangan kamarnya.

"Liana, tunggu!" Wanita itu tiba-tiba berteriak dan lekas menghampiri Liana yang hendak menaiki tangga.

"Ad apa, Bu?" Tanya Liana dengan wajah heran kenapa tiba-tiba sang ibu memanggilnya lagi.

"Kamu janji sama Ibu, enggak bakal aneh-aneh lagi di kamar?"

Wanita itu sepertinya masih khawatir dengan apa yang terjadi pada putrinya terakhir kali, makanya dia sampai meminta Liana untuk berjanji sekarang.

Liana tersenyum tipis kepada sang ibu, kemudian berkata, "Ibu gak usah cemas. Liana janji gak bakal melakukan hal bodoh lagi." Ia memegang kedua-tangan ibunya sebagai bentuk perhatian dan jaminan kalau ia akan baik-baik saja.

Wanita muda itu berjalan menaiki tangga diiringi tatapan penuh pengawasan dari sang ibu dari balik punggungnya.

Liana yang langsung memilih untuk istirahat enggak sadar kalau ibunya sedang menghubungi Dimas dan membuat pertemuan untuk siang itu.

...----------------...

Maka siangnya setelah makan siang ibunya Liana pergi ke kamar, alasannya hanya untuk melihat sang putri terlebih dahulu.

"Kamu sedang apa, sayang?" Ujar sang ibu begitu masuk ke dalam kamar Liana.

"Enggak ada Bu, cuma lagi iseng aja nih, liat-liatan tempat makan yang bagus-bagus," jawab Liana dengan jujur.

"Kamu mau jalan ke sana?" Tanya sang ibu dengan penasaran dan sekalian ia ingin menguji apa jawaban yang akan diberikan oleh Liana.

"Yah, Liana kangen aja dulu kita sering makan malam di beberapa restoran ini...," jawab wanita muda itu dengan senyum simpul.

Liana menatap begitu dalam pada beberapa menu yang ada di buku tersebut. Seperti ada suatu rasa rindu yang teramat lama dipendamnya. Tanpa banyak bicara pun sang ibu dapat memahami kalau anaknya terlihat begitu kesepian, pasti jarang sekali pergi berdua dengan Yudis.

"Kamu nanti siang mau gak keluar makan siang sama Ibu? Sekalian temenin Ibu, kamu mau ya?" Ujarnya mencoba untuk membujuk.

"Boleh Bu," jawab Liana yang setuju. Ibunya pun tersenyum lega.

...----------------...

Sesuai janji siang harinya Liana pun berangkat pergi dengan sang ibu. Mereka pergi menggunakan mobil dan diantar supir.

Mereka mengunjungi salah satu rumah makan yang sempat dilihat oleh Liana tadi pagi. Wanita muda itu pun terkejut saat mereka sudah berhenti di depan rumah makan itu. Liana tampak senang dengan mata berbinar.

"Bu...? Makasih, Bu...," ucap Liana dengan rasa haru. Dia gak menyangka ibunya begitu perhatian kepadanya. Ia bahkan sempat memeluk sang ibu di dalam mobil.

"Sama-sama, Nak," balas ibunya sambil mengelus punggung putrinya dengan rasa sayang. "Yuk, turun," ucapnya kemudian dan Liana pun mengangguk senang.

Liana segera turun dari mobil terlebih dahulu, yang disusul oleh sang ibu. Keduanya berjalan dengan Liana yang merangkul tangan ibunya dengan mesra dan tak henti-hentinya tersenyum.

Sang ibu bahagia melihat Liana seperti ini sekaligus cemas. Karena sebenarnya dia sudah menghubungi Dimas terlebih dahulu untuk datang ke tempat ini. Ya, dia memang sudah mengatur janji di luar pengetahuan Liana.

"Semoga saja Liana ini gak marah," ujarnya dalam hati.

Keduanya memasuki restoran tersebut. Mata Liana seakan-akan sedang mencari tempat duduk yang pas, tapi sang ibu menepuk tangannya dengan lembut.

"Ibu sudah pesankan tempat untuk kita, yuk...," ucapnya lembut dan menuntun Liana untuk mengikutinya.

"Oh, sudah dipesan...?" Gumam Liana pelan dan dia baru berpikir dalam hati gak biasanya sang ibu seperti ini kalau bukan ada hal penting atau, dia sudah ada janji dengan orang lain.

Saat itu Liana malah kepikiran mungkin ibunya ada janji bertemu dengan Yudis di sini makanya dia melakukan semuanya diam-diam.

Tapi ketika sampai di bagian atas (rumah makan ini ada dua lantai) semua dugaan Liana buyar. Karena di sana dia tak menemukan Yudis, mekain seorang pria lain yang beberapa kali ditemuinya.

"Bu, kok bisa ada...," Liana kebingungan dengan situasi ini. Bagaimana bisa ibunya kenal dengan Dimas??? Rasanya dia belum cerita apapun soal pria itu.

"Kita ke sana dulu yuk, nanti Ibu jelaskan," ujar si ibu mencoba membujuk Liana untuk ikut dengannya.

Liana tak membantah dia akhirnya setuju mengikuti ucapan si ibu meski perasaannya kurang nyaman dan aneh.

Liana dan ibunya melangkah mendekati pria itu yang sepertinya sedang duduk sendiri sambil mencatat sesuatu.

"Dimas Setya?" Ucap sang ibu begitu tiba di sana menyapa pria tersebut.

"Ah, Ibu Kusuma ya." Pria itu dengan sigap berdiri dan menyalami wanita itu.

Namun, ia terlihat kaget saat mendapati Liana berdiri di sebelah si wanita. Dia kayak enggak menyangka bisa ketemu lagi sama Liana.

"Ah, ini anak saya yang saya ceritakan di telepon," ucap sang ibu sambil melirik ke arah Liana dan tersenyum.

"O-oh..., halo, saya Dimas." Ia mengulurkan tangannya ke arah Liana.

"Saya Liana...," balas Liana dengan perasaan agak canggung harus berpura-pura kenalan lagi seperti ini.

"Mari, silahkan duduk." Dimas pun mempersilahkan kedua wanita yang masih berdiri itu untuk segera duduk.

"Sebenarnya saya sudah pernah ketemu sama Liana beberapa kali sebelum ini," ujar Dimas yang ternyata dia menceritakan fakta kepada ibunya Liana.

"Oh ya?" Kedua mata ibu Liana membulat, ia tampak terkejut, sekaligus senang. Tiba-tiba ia pun bercanda ringan, "jangan-jangan kalian berjodoh!" wanita itu tertawa renyah.

Liana yang mendengar candaan sang ibu hanya bisa tersenyum kikuk dan berkeringat dingin. "Ya ampun, kenapa malah bercanda seperti itu di depan orang yang baru dikenal...."

"Ibu saya suka bercanda orangnya," ucapnya berusaha membuat suasana gak tegang dan pria itu tak salah-paham.

"Ah, gak apa-apa kok, saya justru senang dengan orang yang suka bercanda," ujar pria itu yang terlihat rileks dan tak berpengaruh.

"Liana, Ibu pengen kamu konsultasi dengan Dimas, dia ini 'kan psikolog..., bagaimana? Kamu mau ya?" Akhirnya sang ibu mengutarakan juga niat awalnya kepada Liana dan alasannya mempertemukannya dengan Dimas sekarang.

Bagaimana tanggapan Liana, apakah dia setuju???

.

.

.

Bersambung....

1
sutiasih kasih
klo km ngotot cerai.... setidaknya punya lah hrga diri yudis.... srcara sadar keluar dri zona nyamanmu slm ini yg mmberimu ketenaran karir...
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sutiasih kasih
knapa km msih mau prtahanin laki" macam yudis....
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!