Selby dan Bagas saling mencintai dalam diam. Saat Bagas menyatakan cinta Selby menolak karena berpikir mereka saudara sedarah.
Padahal mereka bukan sedarah. Akankah hal itu bisa terungkap?
Akankah ibu dari Bagas mengungkap rahasia yang selama ini dia simpan rapat?
Dapatkah Bagas dan Selby bersatu.(Disarankan baca lebih dulu novel Benih Kakak Iparku.)
Baca kisah mereka hanya di Mangatoon/Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Edward belum pergi jauh. Dia masih melihat Bagas dan Selby dari dalam mobil melalui kaca spion. Ia ingin memastikan perasaannya. Rasa tertarik yang ia miliki itu cinta atau hanya sekedar kagum saja dengan sifat Selby yang berani dan tidak mudah ditindas. Sifat itu mengingatkan dia pada kekasihnya yang sudah meninggal dua tahun lalu karena sakit.
Rasanya sesak jika mengingat kepergian kekasihnya. Dipisahkan oleh maut rasanya lebih menyiksa daripada dipisahkan oleh manusia. Edward memegang dadanya melihat Selby dan Bagas.
Biasa.
Tidak ada getaran apapun. Tidak ada rasa cemburu atau kesal saat melihat Selby dekat dengan Bagas.
“Ternyata hanya rasa kagum.”
Edward langsung melajukan mobilnya meninggalkan area kampus. Sedangkan di sudut lain. Rara melihat betapa hangatnya Bagas saat bersama Selby. Lelaki itu selalu melebarkan senyumnya jika bersama dengan Selby. Senyum yang tidak pernah ia tunjukkan ke wanita lain.
Sudahlah.
Rara menyerah.
Ia memang tidak punya kesempatan. Memang dari awal tidak punya. Rara saja yang terus memaksa.
Dengan berat hati Rara berbalik meninggalkan Selby dan Bagas. Sekarang ia sudah membuat keputusan.
Pergi.
Rara memang harus pergi. Sesuai dengan kesepakatan ibunya dengan Selby. Bagas memang tidak dapat berpaling dari Selby. Rara juga melihat ada cinta di mata Selby untuk Bagas. Mereka memang serasi. Dan sangat cocok sebagai pasangan.
**
Beberapa jam sebelum keberangkatan Rara
Rara menghubungi Selby. Ia ingin bertemu dengan gadis itu sebelum meninggalkan kota Paris. Beruntung Selby tidak menolak. Selby menerima ajakan Rara untuk bertemu di sebuah café.
“Mau pesan dulu?” Rara memberikan buku menu untuk Selby.
“Coffe latte 1.” ucapnya pada pelayan yang sudah berdiri di samping meja mereka.
“Ada apa?”
Rara tersenyum tidak ada wajah tidak suka yang dulu ia simpan untuk Selby. Ia melepaskan Bagas. Ia sudah Ikhlas tidak berharap Bagas lagi karena Bagas bukan miliknya.
“Terima kasih.”
“Untuk?”
“Karena kau sudah membantu ibuku. Kau pasti tahu permasalahan kami. Kau pasti juga tahu bagaimana papaku. Kau pemberani. Kau hebat. Dan kau memang serasi dengan Bagas. Aku doakan kalian bahagia. Jangan lupa undang aku jika kalian menikah nanti.” Doa tulus Rara untuk hubungan Selby dan Bagas.
“Seandainya saja kami bisa menikah. Tapi itu sangat mustahil. Kami saudara sekandung satu ayah.” Batin Selby rasanya ingin mengAmini doa Rara tetapi mustahil.
Selby hanya tersenyum mendengar ucapan Rara.
“Kau akan pergi kemana?”
“Indonesia.”
Selby sedikit terkejut mendengar negara tujuan Rara. Indonesia negaranya. Kenapa Rara memilih ke Indonesia daripada negara yang lain.
“Terkejut ya.” Tebak Rara. Ia tahu itu negara Bagas dan Selby. Tetapi ia tidak berniat mengusik mereka. Rara hanya ingin mengikuti keinginan neneknya yang ingin kembali tinggal di Jakarta.
“Kenapa Indonesia?”
“Tenang saja. Aku tidak akan mengganggu hubungan kalian lagi. Aku sudah ikhlaskan Bagas. Lelaki itu memang bukan jodohku. Sekuat apapun aku berusaha kalau dia tidak ditakdirkan untukku maka kami tidak akan pernah bersatu.”
Rara menjada ucapannya sejenak. Selby masih terdiam mendengarkan. Rara menatap Selby dalam. Kini ia tahu kenapa Bagas menyukai Selby. Mereka mirip. Dari sifat, ketenangan dalam bersikap, tatapan mata yang sama. Tajam dan menusuk walau dalam keadaan diam. Tenang tetapi penuh kewaspadaan.
“Nenek sakit. Ia ingin pulang ke Indonesia. Jika meninggal beliau minta dikuburkan di Jakarta. Kota kelahirannya. Itu permintaan terakhirnya. Mama tidak keberatan pun dengan aku juga tidak masalah. Siapa tahu di sana aku bertemu jodoh.” Canda Rara.
Selby tersenyum. Ia teringat Zean. Sepertinya Rara tipe Zean. Mungkin jika mereka bertemu akan cocok.
Selby menggelengkan kepala. Kenapa dia jadi ngurusin jodoh orang.
“Kau kenapa Selby?”
“Ah tidak. Aku hanya membayangkan kau bertemu jodoh orang Indonesia.”
Rara tersenyum. Sepertinya orang Indonesia memang tidak buruk. Contohnya saja Bagas. Lelaki itu sangat tampan dan keren. Badannya oke. Tingginya oke. Nyaris sempurna.
“Apa kau punya kenalan yang bisa kau kenalkan untukku? Sepertinya aku butuh seseorang agar cepat lupa dengan Bagas.”
Selby tampak berpikir. Apakah ia akan mengenalkan Zean ke Rara atau tidak.
Ah tidak usahlah. Jika mereka jodoh sejauh apapun pasti akan mendekat. Terlebih takut Zean sudah punya kekasih disana.
“Ehm tidak ada. Tetapi aku punya saudara yang tidak kalah tampan dengan Bagas. Mereka kembar. Namanya Zean dan Zain. Zean kuliah di Indonesia sedangkan Zain di Amerika. Mungkin kau bisa bertemu dengannya di kampus X. Siapa tahu jodoh. Namanya juga usaha kan?”
“Kau benar. Aku akan mencarinya. Semoga dia belum punya kekasih.”
“Semoga.”
Setelah bertemu Selby, Rara langsung ke bandara. Ibu dan neneknya sudah menunggu disana. Rasanya lega. Akhirnya ia bisa pergi tanpa beban. Meninggalkan kota Paris yang penuh kenangan.
**
Tiga setengah tahun berlalu
Hari ini adalah hari dimana Bagas dan Selby wisuda. Akhirnya mereka lulus dengan nilai terbaik. Selby diam-diam menjadi desainer ternama untuk perusahaannya sendiri dan berkolaborasi dengan salah satu desainer top di Paris.
Sedangkan Bagas sudah menjadi pengusaha muda yang sukses bersama si kembar. Bayu dan Cinta datang ke Paris untuk menghadiri acara penting anak-anaknya. Disana juga ada Safira. Gadis itu memaksa ikut bersama. Ia rindu dengan Selby. Sudah beberapa bulan tidak berbicara dengan kakak sepupunya itu sebab Selby sibuk dengan skripsinya.
“Kak Selby.” teriak Safira. Gadis itu langsung berlari memeluk Selby.
“Kangen.”
“Dasar manja.” Ejek Bagas.
“Biarin. Wleee.” Safira menjulurkan lidahnya ke arah Bagas. Lelaki itu tidak marah. Dia justru membelai lembut rambut Safira.
Acara berlangsung begitu meriah. Bayu dan Cinta bangga dengan anak-anak mereka. Lulus tepat waktu dengan nilai terbaik.
“Selamat ya untuk kalian. Akhirnya kalian pulang juga ke Indonesia.” Ucap Cinta yang sudah kangen dengan anak-anaknya.
“Iya Safira juga. Kak Selby udah jangan pergi-pergi lagi di Jakarta aja. Ayo pulang.”
Senyum yang tadinya menghiasi wajah Selby dan Bagas kini menghilang saat Safira mengajak mereka untuk pulang. Itu artinya mereka akan berpisah. Tidak ada lagi masak bersama. Makan bersama. Pergi bersama. Berdua, Berkencan.
Bagas menatap Selby. Pun dengan Selby. Mereka saling menatap. Tatapan yang sangat dalam. Ada rasa tidak rela untuk berpisah. Tanpa terasa empat tahun berlalu. Rasanya kenapa begitu cepat. Seandainya waktu bisa dihentikan. Bagas lebih memilih untuk terus tinggal bersama dengan Selby. Tapi tidak mungkin waktu akan terus berputar. Hari akan berganti bulan. Bulan pun akan berganti tahun. Cepat atau lambat mereka akan menikah dengan pasangan masing-masing. Rasanya sesak. Sangat sesak membayangkan Selby menikah dengan lelaki lain.
Selby berhenti nafas sejenak. Tiba-tiba dadanya terasa sakit. Meskipun ia sering melihat Bagas di dekati banyak wanita tetapi kenapa rasanya kali ini beda lebih sakit dan menyiksa membayangkan Bagas menikahi perempuan lain.
“Ayo kalian siap-siap.” Mama Cinta mengajak Safira dan Selby untuk segera bersiap. Penerbangan mereka dua jam lagi.
“Bagas nanti putri pak Samsul bernama Lili akan menjemputmu.”
“Lili?”
“Iya kau akan segera bertunangan dengan gadis itu. Bukankah dia gadis yang kau sukai selama ini.”
Deg
Ponsel Selby langsung terjatuh ke lantai saat mendengar Bagas akan bertunangan dengan Lili. Ia tahu Bagas akan menikahi wanita lain tapi kenapa secepat ini? Tidak bisakah tiga atau empat tahun lagi? Kenapa buru-buru? Benarkah selama ini Bagas menyukai Lili?
Sesak
Sakit
Tidak berdarah tapi rasanya seperti ditusuk ribuan jarum. Oh Tuhan kuatkan lah hati Selby. Kenapa ia rapuh dengan ini? Ia terbiasa kuat. Tetapi tidak dengan ini. Rasanya seperti tak bertulang. Lemas dan tidak bersemangat