"Tapi Kek, aku tak mengenalnya. Dan dia pria kota, mana cocok denganku yang hanya seorang gadis desa."
"Kamu hanya belum mengenalnya, dia anak yang baik. Jika Kakek tiada, kamu tak sendiri di dunia ini. Jadi Kakek mohon, kamu harus mau di jodohkan dengannya."
Aruna hanya diam, dia tak bisa membantah permintaan sang Kakek. Sedari kecil dia dirawat oleh Kakek Neneknya, karena orang tuanya mengalami kecelakaan dan tewas ketika dia berusia 5 tahun. Sejak saat itu hidup didesa, dan membantu Kakek Neneknya bertani diladang adalah kehidupan bagi Aruna.
Tapi ksetelah kepergian Nenek satu bulan lalu, jujur membuatnya kesepian walaupun ada Kakek juga asisten rumah tangga yang sedari dulu sudah bekerja di tempat sang Kakek.
Waktu pernikahan tiba, dua orang asing menikah tanpa ada rasanya cinta dihati mereka. Pria itu anehnya juga tak menolak perintah dari Kakeknya, setuju dan menjalani perjodohan yang sangat mendadak.
"Kita sudah menikah, tapi ada batasan antara aku dan kamu. Dan akan aku je
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SecretThv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Banyak Diketahui
Kini keduanya ada di taman, duduk disatu bangku yang sama. Sagara mulai membuka satu lolipopnya, dan menawarkan satu ke Aruna.
"Mau." Menawarkan.
Aruna mengambil satu lolipop dari tangan Sagara, setelah mengupas kulitnya tentu benda manis itu masuk kedalam mulutnya. Lalu matanya menghadap langit malam dimana bintang-bintang berhamburan. Sagara menoleh ke arah Aruna, dia penasaran kenapa gadis itu suka sekali dengan angin malam atau suasana malam.
"Kenapa kamu sangat suka angin malam atau suasana malam?" tanya Sagara.
"Tidak perlu tau."
"Aku tanya berarti aku ingin tau, tapi jangan pikir aku perhatian padamu."
Aruna terdiam, dia belum membalas kata-kata Sagara. Dia menatap bintang-bintang dilangit dengan senyuman, seperti menemukan kedamaian dalam dirinya. Seolah dia menemukan kebahagiaan ketika menatap bintang dilangit malam, ada letak kebahagiaan yang mungkin jarang di rasakan oleh orang lain.
"Ketika menatap langit malam itu damai, jika menatap bintang seperti menatap orang tuaku. Bukan tidak salah aku memimpikan sebuah pertemuan, dan kasih sayang mereka yang aku harapkan." Jelas Aruna.
Sagara terdiam, dia tak bisa berkata-kata atau merespon apa yang di ucapkan oleh Aruna. Dia merasa Aruna sangat kesepian semenjak di tinggal oleh kedua orang tuanya, kasih sayangnya hanya di dapatkan dari Nenek dan Kakeknya saja.
Aruna termasuk gadis yang tak banyak bicara, sepertinya dia tipe gadis yang memendam semuanya sendiri tanpa memiliki teman cerita. Itulah kenapa dia mengungkapkan isi hatinya dalam sebuah tulisan, dan Sagara juga tidak mengetahui banyak hal tentang Aruna.
"Orang tuamu pasti saat ini bangga memiliki putri sepertimu," kata Sagara.
"Tak ada yang di banggakan dariku." Dengan nada rendah.
"Kata siapa? Itu menurutmu, menurut ku mereka bangga karena kamu menjadi kuat, tangguh, mampu melewati segalanya walaupun tanpa mereka. Jika mereka masih hidup, belum tentu kamu semandiri ini dan mungkin kamu akan menjadi anak yang sangat manja." Jelas Sagara.
Aruna menoleh ke arah Sagara, dia tak menyangka Sagara bisa bicara seperti itu. Tapi apa yang di katakan oleh Sagara ada benarnya, belum tentu dia setegar seperti saat ini jika orang tuanya masih hidup.
Jika di pikir Aruna kehilangan orang tuanya untuk mendewasakan dirinya juga, bagaimana dia bersikap, berpikir, dan juga memandang dunia ini. Kini Aruna tersenyum, dia pikir pria disisinya ini selalu arogan dan egois. Tapi ternyata memiliki sisi hangat, yang mungkin tidak semua orang tau.
"Kenapa kamu suka lolipop?" tanya Aruna tiba-tiba.
"Ah ini, aku tak merokok. Jadi aku lebih suka lolipop, Ibu selalu membelikannya disaat aku sedang banyak pikiran ataupun merasa tertekan. Apalagi saat-saat sekolah," jelasnya.
"Oh."
'Astaga, aku menjelaskan panjang lebar kenapa jawabannya hanya oh dari mulutnya. Sungguh dia ini sangat menjengkelkan, jangan sampai pernikahan ini terlalu lama. Aku akan mencari cara mengakhirinya,' batin Sagara.
"Kamu sedang berfikir aku ini menyebalkan kan? Dan cepat-cepat mengakhiri pernikahan ini. Aku juga ingin, aku ingin memilih jalan hidupku." Lirihnya seperti nada putus asa.
Lagi-lagi Sagara di buat bungkam, dia tak menyangka gadis itu bisa membaca pikirannya. Dan seolah dia sedang diambang keputusasaan, memiliki beban yang tak bisa di ceritakan pada siapapun.
"Kehidupan seperti apa yang ingin kamu jalani?" tanya Sagara membuka pertanyaan agar situasinya tak membuat tegang.
Aruna menatap langit kembali, dia sedang berfikir tentang kehidupan yang ingin dia jalani.
"Aku ingin berjalan sesuai keinginan tanpa di kekang, jika memiliki pasangan aku ingin dia mengisi kekosongan ku, menerima sisi gelapku, dan burukku. Karena tak ada manusia yang sempurna, dan jika itu terjadi tanpa segan aku memberikan diriku juga hidupku padanya." Jelas Aruna dengan perasaan dalamnya, walaupun dia terlihat ceria didepan sang Kakek, tapi menumpahkan kesedihannya disaat malam.
Sagara paham, kenapa Aruna sangat menyukai malam. Disaat malam dunia bagi Aruna mampu menampung semua kesedihan yang dia rasakan, maka dari itu Aruna sangat suka angin malam juga suasana malam.
Menoleh ke arah Aruna, dia sendiri tak bisa menanggapi harapan gadis itu. Pernikahan mereka hanyalah kepura-puraan, dan hubungan mereka penuh kepalsuan.
"Sudah malam, ayo kita pulang. Kamu bisa menikmati suasana malam di balkon rumah." Ajak Sagara, mereka segera bangkit dari duduknya, lalu berjalan berdampingan untuk pulang.
.....***.....
Malam mulai larut, namun mata Aruna tak bisa terpejamkan. Dia duduk, melihat ke arah jendela yang dia buka. Terlihat bulan begitu indah bersinar diatas sana, membuat imajinasi kebahagiaan di pikiran Aruna.
"Ayah, Ibu. Andai waktu itu kalian tak menjemputku, pasti aku masih bersama kalian."
Tangis Aruna pecah, disetiap malam ini lah yang dia rasakan. Kerinduan yang begitu dalam pada orang tuanya, tentang kasusnya kecelakaan yang menimpa mereka juga di tutup.
Kakeknya saja menutupi darinya, walaupun dia tau karena mencari tahu sendiri. Tetapi masih banyak yang janggal, dan tentunya seperti di tutup-tutupi. Makanya, saat ini di kota Aruna mencari kesempatan untuk menggali informasi lebih dalam, dan juga ingin mengunjungi rumah masa kecilnya yang masih di rawat.
Sagara yang masih ada di balkon kamar melihat kamar Aruna yang jendelanya di biarkan terbuka dan suara tangis yang samar namun jelas terdengar. Tentu dia tak terkejut, karena Aruna sudah mengungkapkan kesepian yang dia rasakan, dan apa yang dia inginkan.
'Kenapa hatiku ikut merasakan sakitnya? Dia seperti ini kah sebenarnya, bahkan Tuan Evandra tak mengetahui hal ini sebagai Kakeknya.' batin Sagara.
Hati yang sulit memahami orang baru, entah kenapa dengan mudahnya dia dengan cepat memahami perasaan Aruna. Entah ini kebetulan, atau memang Sagara mulai memiliki benih rasa pada Aruna yang istimewa.
"Aku harus melakukan sesuatu."
Mengambil ponselnya, entah siapa yang dia hubungi tengah malam begini. Tapi satu-satunya orang yang selalu bekerja untuknya kapanpun itu adalah asistennya, yaitu Haru yang mau diperintah apapun oleh Tuannya.
Usai bicara beberapa hal penting dengan Haru, kini Sagara masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Matanya tidak mengantuk sama sekali, pikirannya terus memikirkan gadis kecil itu.
"Apa sepertinya aku salah sudah menyetujui pernikahan ini? Sebaiknya aku bicara dengan Kakek, tapi aku harus menunggu waktu yang tepat. Yaitu ketika Kakek berkunjung, jika aku ijin lagi Kakek bisa marah karena aku seenaknya bekerja." Menatap langit-langit kamarnya, Sagara pun bingung sendiri kenapa hatinya mulai ada rasa peduli.
"Jika dia ingin lepas dari ku tak apa, aku akan melepaskannya. Aku tak mau memaksanya, pernikahan ini juga hanya sandiwara saja. Aku akan menikahi wanita lain yang aku cintai, setidaknya aku tak membuatnya sakit terlalu dalam. Dia masih punya masa depan yang panjang, sedangkan aku sudah harus fokus tentang kehidupan." Sagara merasa dirinya sudah bukan waktunya untuk main-main, dia ingin mengakhiri semuanya tapi masih belum menemukan cela sama sekali.