Serangeline Fros, wanita berusia 45 tahun, dikenal di seluruh kota Darsen sebagai ketua geng Bloodfangs—geng paling ditakuti yang menguasai setengah wilayah kota. Di balik reputasinya yang kelam, Sera menyimpan mimpi lama yang tak pernah terwujud: menjadi seorang penyanyi. Namun takdir berkata lain, sejak muda ia dipaksa oleh kakeknya untuk meneruskan tahta keluarga sebagai pemimpin geng, menenggelamkan keinginannya di balik darah dan kekuasaan.
Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawanya. Tapi kematian bukanlah akhir bagi Serangeline Fros. Ia terbangun kembali… di tubuh seorang wanita muda berusia 25 tahun—bertubuh gendut, pemalu, dan diremehkan semua orang, bahkan oleh suaminya sendiri.
Apakah Serangeline akan menemukan makna baru dari kehidupan keduanya, ataukah sisi gelapnya sebagai gangster akan kembali bangkit dan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27.Artis Sekaligus Istrikah?
HAPPY READING!!!
.
.
.
Sera melangkah masuk ke kantor agency Aleric. Gedung itu tidak sebesar milik Kael, namun cukup ramai. Foto-foto para artis terpajang di sepanjang dinding—wajah-wajah yang berusaha bersinar, namun pamor mereka tetap saja tertutup oleh kejayaan agency Kael. Sera memandangi semuanya sambil berjalan, sampai matanya tertarik pada sebuah ruangan di sisi kanan.
Di balik kaca bening kedap suara bertuliskan Studio Vokal Utama, tampak beberapa artis sedang berlatih. Ruangan itu luas, dipenuhi keyboard digital, mic condenser dengan stand peredam, monitor speaker, mixer audio, serta panel akustik yang menutupi seluruh dinding. Cahaya lampu putih lembut memantul di kaca, membuat tempat itu terlihat profesional namun hangat.
Pandangan Sera melekat pada ruangan itu lebih lama dari seharusnya. Sesuatu dari sana seakan menariknya kembali ke masa SMA. Masa ketika ia menjadi pengisi suara radio sekolah si penyanyi berbakat yang dulu dipuji banyak orang, sebelum hidupnya tenggelam dalam kehidupan gelap yang tak pernah ia sangka ia akan ikut terjun.
Rasa rindu yang tiba-tiba mencengkeram dadanya membuat Sera terdiam.Ia rindu dengan masa-masa sekolahnya dulu dimana ia bisa bebas menjadi dirinya sendiri.
Mata Sera meredup sedikit, menahan sesuatu yang tak ingin ia tunjukkan.
Melihat perubahan ekspresinya, Aleric mengerutkan kening. Ia merasa heran namun tak ingin bertanya.
“Ayo, kamu bilang kamu akan menandatangani kontrak. Nico sudah mempersiapkan semua surat kontrak yang akan kamu tanda tangani,” ucapnya.
Sera mengangguk pelan, kembali mengikuti langkah Aleric menjauh dari studio itu.
Begitu sampai di ruangan Aleric, benar saja—Nico sudah ada di sana, berdiri tegak sambil menyusun beberapa map tebal di atas meja.
“Semuanya sudah beres, Pak,” ucap Nico, dan Aleric mengangguk.
“Baiklah, terima kasih. Kamu bisa pergi sekarang.”
Nico pun keluar meninggalkan mereka berdua.
Sera menatap tumpukan dokumen itu.
“Baiklah, jadi ini yang harus aku tanda tangani?” tanyanya.
“Iya. Kamu harus membaca dan menandatangani semuanya.”
“Aku tidak ingin membaca semua ini, jadi aku ingin kamu yang menyimpulkan dari semua kertas ini.”
Sera menyilangkan tangan, menatap Aleric tanpa berkedip.
Aleric menghela napas berat. “Huh…” dengusnya pelan jelas kesal namun menahan diri.
“Ini juga include dalam permintaanku yang kamu kabulkan,” ucap Sera, nada suaranya santai .
Aleric hanya mengangguk singkat, mencoba tetap sabar menghadapi perempuan menyebalkan ini.
“Ringkasnya seperti ini,” ucapnya. “Kamu akan terikat kontrak denganku selama tiga tahun ke depan. Jika selama tiga tahun ke depan kamu melanggar salah satu ketentuan kontrak, kamu akan membayar biaya penalti sebesar dua kali lipat dari royalti yang kamu dapat selama menjadi artisku.”
“Hanya itu?” Sera mengangkat alis, wajahnya datar.
“Iya…” Aleric mengangguk lagi, nada suaranya terdengar lebih lelah daripada tadi.
“Baiklah. Aku akan menyetujuinya. Tiga tahun seperti waktu yang sangat pas untuk membalas dendam pada Kael.”
Tanpa ragu, Sera segera menandatangani semua surat tersebut satu per satu.
Aleric menambahkan dengan nada sangat santai namun menghantam keras,
“Tapi di kontrak itu juga tertulis selama menjadi artisku, kamu sepenuhnya dalam pengawasanku.”
Sera berhenti menandatangani.
“Maksudmu?”
“Ha…” Sera membeku. Syok. Ia masuk ke sini untuk bekerja—bukan untuk diawasi seperti seorang tahanan. Atau lebih buruk, seperti milik pribadi seseorang.
Aleric mengambil seluruh dokumen yang sudah ditandatangani Sera.
“Tunggu… aku di sini sebagai artis mu, bukan istrimu yang kamu awasi.” Tegas Sera, dagunya terangkat.
“Kamu menginginkan keduanya kan? Aku dengan baik hati mengabulkan kedua permintaanmu sebagai balas budiku,” ucap Aleric dengan senyum sinis yang sangat jelas menunjukkan bahwa ia menikmati momen ini. Ia akhirnya bisa membalas perilaku Sera selama ini.
“Ha…” Sera hanya bisa bersandar lemas di kursi, kepalanya mendengung.
“Aku tidak percaya… aku baru saja tertipu dengan pria yang juga aku tipu…” gumamnya berbisik lirih, wajahnya kusut, harga diri sebagai ketua gangster seperti diinjak-injak oleh kenyataan bahwa ia yang biasanya menipu orang akhirnya terkena balasan dari pria yang berhasil ia kibuli.
____
Di dalam apartemennya, Lyra mengamuk seperti orang kehilangan akal. Semua barang tas, parfum, bingkai foto, bahkan gaun mahalnya berjatuhan ke lantai. Ia melemparkan semuanya tanpa ampun, menghempaskan kemarahan atas perlakuan Kael kepadanya lewat benda-benda yang dulu ia banggakan.
Nafas Lyra memburu. Ia menatap dirinya di cermin.
Wajahnya berantakan, rambutnya kusut, makeup-nya luntur.
Ia tampak seperti bayangan gelap dari dirinya yang dulu adalah wanita glamor yang dipuja semua orang.
“Aku dewi panggung, Kael… aku dewi yang diagung-agungkan setiap orang… kamu tidak seharusnya membuangku seperti Sera. AAAAAKKK!”Suara Lyra memecah apartemen itu.
BRAK!
Lyra mengayunkan tinjunya ke cermin.
Keping-keping kaca pecah berhamburan.
Wajahnya terbelah menjadi puluhan pantulan kecil semuanya tampak putus asa.
“Aku dewi… aku tidak seharusnya dihina, diremehkan, dan dicampakkan seperti ini…”
Ia berputar dengan langkah gontai, seperti orang yang sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Tangannya meraih apapun yang bisa dipukul, dilempar, dihancurkan.
“Aku tidak akan pergi, Kael… aku harus di sisimu… aku tidak punya tujuan lain selain dirimu… AAAAAAAKKK!”
Ia jatuh berlutut di sisi ranjang. Napasnya tersengal, bahunya bergetar. Barang-barang mewah di sekitarnya kini tak berbentuk lagi hancur seperti harga dirinya.
“Kamu harus bersamaku… aku harus menjadi nyonya di rumahmu…”
Lyra menahan tangis, suaranya pecah.
“KAMU HARUS MENEPATKAN JANJIMU UNTUK MENIKAHIKU KAEL!”
Ia menunduk, memegang kepalanya.
“Tidak… aku bukan Sera… aku akan mendapatkanmu lagi. Aku sudah sejauh ini… kita sudah menjalin hubungan yang terlalu jauh… aku tidak akan membiarkan itu berakhir sia-sia seperti ini…”
Tangis Lyra mengalir deras, membuat wajahnya semakin kacau.
____
Sementara Lyra meratapi dirinya dalam apartemen yang porak-poranda, Kael justru berada di sebuah diskotik mewah. Di ruangan VVIP dengan lampu ungu redup dan aroma alkohol pekat .Kael tengah bergelut mesra dengan seorang perempuan berpostur seksi, tak kalah cantiknya dari Lyra.
Desahan memenuhi ruangan.
“Aaahhh…”
Kael mendesah puas setelah melepaskan hasratnya bersama perempuan bayaran itu.
Ia duduk di sofa, meraih minumannya dengan gerakan malas. Perempuan itu masih melingkarkan lengannya di tubuh Kael, menggodanya dengan sentuhan lembut. Kael membiarkan semuanya, wajahnya terlihat sedikit mabuk.
“Lyra… Lyra…”
Ia tertawa miring.
“Jika kamu hanya membanggakan kecantikanmu… perempuan-perempuan di sini banyak yang jauh lebih cantik dan memuaskan dibandingkan dirimu.”
Ia menenggak minumannya lagi.
“Kamu tidak jauh lebih bodoh dari Sera… kamu hanya aku manfaatkan untuk mencapai kesuksesanku.”
Kael tertawa puas tawa yang terdengar rendah dan busuk.
“Oh… jadi begitu.”
Suara dingin itu muncul dari sudut ruangan.
Sera berdiri di sana, wajahnya tanpa ekspresi, ponsel di tangannya mengarah tepat ke Kael. Semuanya terekam jelas dari kata-katanya, tindakannya, sampai kebejatannya.
Namun saat Sera hendak mengakhiri rekaman, seseorang tiba-tiba datang dari belakang. Pria itu mendorong tubuh Sera ke sisi dinding dan menutup matanya.
Refleks Sera bekerja lebih cepat daripada pikirannya. Dengan gerakan bela diri yang terlatih, ia memelintir tangan pria itu dan mendorongnya keras ke lantai hingga tubuhnya tersungkur.
“Aleric?”
.
.
.
💐💐💐Bersambung💐💐💐
Ahjumma Sera udah tanda tangan kontrak di agency Aleric plus dapat pengawan ketat lagi. aroma aroma kasmarannya mengikat keras yaa bunn.... Sedangkan Lyra lagi porak poranda di sono aduduhh pusing banget liatnya .
Lanjut Next Bab ya guys😊
Lope lope jangan lupa ya❤❤
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤
Nantikan update setiap jam 13.00 dan 19.00 guys ☺☺