Laura Carter adalah seorang nona muda yang memiliki kehidupan sempurna, hingga suatu hari ia di diagnosa mengidap kanker stadium akhir. Usianya hanya bisa bertahan selama enam bulan.
Bukannya merasa terpuruk Laura memutuskan untuk menikmati sisa waktu yang dia punya bersama sang kekasih, Dokter Shinee.
Namun siapa sangka pria yang selama ini jadi belahan jiwanya adalah suami wanita lain. "Dasar badjingan," umpat Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDB Bab 17 - Gadis Yang Sehat
Saat malam menjelang om Dicky akhirnya pamit pulang, sementara Laura dan Celine segera masuk ke dalam kamar mereka.
Di apartemen ini sudah sepi, sebagian lampunya bahkan telah dimatikan. Namun Shinee justru tidak tidur di kamarnya sendiri, dia menarik sofa panjang dan meletakkannya di samping pintu kamar Laura.
Sudah dia putuskan bahwa sofa inilah tempat tidurnya di setiap malam. Jadi jika terjadi sesuatu yang buruk pada sang kekasih, Shinee akan lebih cepat mengetahuinya. Tak perlu terhalang oleh jarak yang jauh.
"Lau," panggil Celine setelah mereka berdua sama-sama berbaring di ranjang, keduanya tidak saling tatap tapi sama-sama menatap langit-langit di atas sana.
"Ada apa? Kamu masih lapar?" tanya Laura dengan entengnya.
"Ish bukan itu."
"Lalu apa?"
Celine membuang nafasnya kasar, bingung sendiri bagaimana dia harus memulai pembicaraan. Celine hanya ingin memastikan bahwa saat ini Laura tidak merasa sakit yang berlebihan, juga tak ingin Laura merasa takut akan hari esok. Celine ingin malam ini Laura tidur dengan nyenyak. Tapi Bagaimana cara mengucapkannya? Rasanya sekarang Celine tak bisa asal bicara seperti dulu, dia sungguh takut jika ucapannya salah, takut jika kata-katanya malah membuat Laura jadi sedih.
Entahlah, Celine bingung sekali.
"Heh, kenapa malah diam?" tanya Laura yang kini merubah posisi tidurnya jadi menghadap sang sahabat.
"Tidak jadi ah, aku mau tidur saja." Celine memejamkan mata.
"Aku tahu aku mencemaskan aku, iya kan?"
"Diamlah, lebih baik kita tidur sekarang."
"Aku tahu, siang tadi kamu pasti menangis di kamar mandi, iya kan?"
"LAU!! Aku tidak mau bicara."
Brak! Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan kedua gadis itu jadi kaget sekali. Shinee langsung masuk ketika mendengar Celine berteriak. Datang dengan nafas terengah karena berlari.
"Ada apa?" tanya Shinee cemas, kini berdiri di depan ranjang memperhatikan Laura yang masih berbaring dengan memeluk selimutnya erat.
"Astaga! kenapa masuk begitu saja! Tidak sopan tahu!" kesal Celine.
Shinee tak menanggapi protes tersebut, dia terus menatap Laura dengan intens. Hanya mampu memperhatikan dari jauh dan memastikan sendiri bahwa Laura baik-baik saja.
Setelah melihat tak ada yang parah, barulah Shinee bisa bernafas lega. "Tidurlah," ucapnya lirih, satu kata namun bagi Celine terasa sekali tulusnya.
Laura dan Celine tak menanggapi apapun lagi, hanya sama-sama melihat Shinee yang keluar dari kamar mereka. Ketika pintu sudah tertutup, Laura segera memejamkan mata.
"Lau," panggil Celine lagi.
"Apa? Katamu mau tidur, kenapa memanggil ku lagi?" jawabnya tanpa melihat, sebab Laura tetap memejamkan matanya.
"Sepertinya, em ... Sepertinya kamu harus bicara dengan pria itu," ucap Celine lirih, tapi karena kini suasananya sepi jadi Laura mampu mendengarnya.
"Untuk apa?"
"Untuk mengakhiri hubungan kalian dengan baik-baik."
Laura tak langsung menjawab pertanyaan tersebut, di hatinya kembali berdesir nyeri dengan sendirinya. Bohong jika dia mengatakan telah tidak memiliki perasaan apapun pada pria tersebut. Tapi cinta yang dulu membara kini sudah sepenuhnya berubah jadi benci, bahkan Laura sampai tak mampu melihat kebaikan lagi dalam diri Shinee.
Ketika Shinee mengatakan bahwa dia telah berpisah dengan istrinya, tetap saja tak mampu membuatnya luluh. Justru fakta itu membuat Laura merasa semakin terhina, seolah perceraian Shinee terjadi karena dia sebagai penyebabnya.
Laura tak akan memiliki wajah andai di masa depan di tak sengaja bertemu dengan mantan istri pria tersebut.
"Untuk apa bicara, entah yang dia ucapkan benar atau bohong," balas Laura acuh.
"Iya sih, dia memang pernah membohongimu, tapi entah kenapa aku melihat dia tidak sejahat itu. Dia benar-benar peduli padamu, Lau."
"Peduli padaku tapi menceraikan istrinya? sepertinya otakmu ada yang salah Cel."
"Iya ya, ah ya sudahlah aku tidak jadi kasihan pada pria badjingan itu," balas Celine yang juga masih plin plan.
Malam akhirnya bergulir dan pagi pun menyapa. Shinee adalah yang paling sibuk di antara semua orang, sebab dia juga menyiapkan sarapan dan berbagai keperluan Laura, semuanya ditangani langsung oleh pria itu. Untuk beberapa hari kedepan Laura akan di rawat di rumah sakit.
Namun sebelum mereka menuju Nayo Hospital, Rama datang sesuai permintaan Shinee. Rama tidak hanya datang dengan tangan kosong, tapi dia membawa surat perceraian Shinee dan beberapa bukti tentang Vella.
"Siapa dia?" tanya om Dicky yang berperan sebagai pengganti Daddy Nickolas di sini.
"Saya adalah asisten pribadi tuan Shinee, nama saya Rama," ucap Rama memperkenalkan diri.
"Kami akan pergi ke rumah sakit, sewa apartemen nomor 8, jika ada pemiliknya maka beri dia kompensasi lebih. Aku ingin mendapatkan apartemen itu," titah Shinee pada sang asisten.
Dicky, Celine dan bahkan Laura sampai ternganga mendengar perintah tersebut, selalu ada saja gebrakan yang dibuat oleh Shinee. Sampai sebegitunya untuk mendapatkan apartemen di samping apartemen milik Laura.
"Cih!" Dicky sampai berdecih sendiri.
"Baik, Tuan," jawab Rama patuh dan semua orang akhirnya pergi ke rumah sakit Nayo Hospital.
Tiba di sana Laura langsung masuk ke ruang rawat VIP, menunggu waktunya untuk memulai pengobatan. Dokter Richard bahkan menemuinya lebih dulu untuk memberikan dukungan.
Laura tidak menjalani operasi besar, pengobatannya kali ini akan dilakukan di ruang radiologi. Teknik pengobatannya menggunakan energi gelombang mikro untuk menghasilkan panas dan menghancurkan tumor.
Shinee duduk di tepi ranjang dan menatap Laura intens. "Apa kamu merasa takut?" tanya Shinee.
Laura memalingkan wajahnya, menatap ke arah lain asal tidak bersitatap dengan pria tersebut. Sungguh, kini Laura begitu malas untuk berkomunikasi dengan Shinee. Terserah Shinee mau melakukan apa, tapi dia gak ingin terlibat.
"Jawab aku atau ku hubungi Daddy Nickolas," ancam Shinee lirih.
"Jangan mengancam nona Laura," tegas Dicky yang juga ada di sana.
"Lebih baik kalian keluar, aku ingin bicara berdua dengan Laura," putus Shinee pula.
Celine buru-buru menahan Dicky yang hendak buka suara, mereka harus selalu ingat bahwa sekarang tak bisa melawan Shinee. Karena pria itu selalu mengancam untuk mengatakan semuanya pada Daddy Nickolas. "Lau, kami keluar dulu. Jika butuh apa-apa panggil aku," ucap Celine. Dia juga menarik om Dicky untuk segera keluar dari ruangan tersebut.
Kini di dalam hanya menyisakan Laura dan Shinee berdua.
"Bukankah sudah kukatakan, hubungan kita sudah berakhir," ucap Laura yang ternyata bicara lebih dulu.
"Aku sudah berpisah dengan Vella dan penyebabnya bukan kamu," balas Shinee.
"Aku tidak ingin membahas hal itu."
"Tapi kamu harus tahu, Vella bahkan sudah memiliki kekasih sekarang."
"Jadi kamu gunakan aku sebagai pelampiasan? Kamu kecewa karena istri mu sudah punya pengganti?"
"Jika aku mencari pelampiasan aku akan cari gadis yang sehat."
jgn bilang anaknya jack sama anne ?
kan kluwrga wu
kemarin tamat bgitu saja kan
❤❤❤❤