Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.
Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.
Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.
Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.
Kabar apakah itu?
Ikuti jalan ceritanya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Perubahan Cherika
Bibir Vian menyesap lembut dan penuh kehati-hatian ke bibir Cherika. Mata Cherika membelalak, ini ciuman pertamanya. Cherika bisa merasakan hembusan napas Vian. Cherika hanya bisa pasrah ketika Vian menggigit bibir bawahnya dan sedikit memainkan lidahnya.
Vian terengah. Vian melepaskan pagutan bibirnya. Vian menatap Cherika yang hampir kehabisan napas. Vian mengusap bibir Cherika yang basah. Vian kemudian memasukkan Cherika ke dalam pelukannya.
"Sayang, hanya kamu yang bisa mengendalikan dirimu. Jangan biarkan sosok astral mengambil, mengendalikan dan menguasai dirimu. Lawan!" Bisik Vian.
Cherika hanya diam.
"Sayang, apa kamu hanya pasrah dengan keadaan? Apa kamu akan membiarkan orang-orang yang menyakitimu tertawa bahagia di atas penderitaanmu? Semakin kamu menerima keadaan, mereka akan senang."
Vian melepaskan pelukannya. Vian memandangi Cherika.
"Sayang, buktikan kamu kuat. Lawan! Jangan biarkan dia menguasai dirimu!" Vian menunjuk ke dada Cherika.
Vian memberitahu Cherika sesuatu yang dirahasiakan keluarga Cherika. Selama ini keluarga Cherika tidak pernah menjelaskan apa yang terjadi pada Cherika. Cherika dikirimi santet. Kebakaran yang terjadi terakhir kali juga disebabkan oleh seseorang.
"Siapa? Siapa orangnya?" tanya Cherika.
"Aku janji akan memberitahumu. Tapi, kamu harus sembuh dulu. Janji ya," kata Vian.
Sejak saat itu, Cherika berkeinginan untuk sembuh. Cherika berusaha melawan dirinya. Cherika mengikuti nasihat nenek Hasna dan kakek Firman. Cherika juga semakin memperkuat ibadahnya.
Cherika mulai menjalani pengobatan. Nenek Hasna memandikan Cherika dengan air bunga 7 kolam yang sudah dibacakan doa-doa. Cherika dengan tekat yang kuat terus melawan sosok yang ada di dalam dirinya.
Perlahan bau busuk di tubuh Cherika berangsur-angsur hilang. Sosok yang selama ini ada di dalam diri Cherika, berhasil dihancurkan nenek Hasna. Cherika juga dipasangi pagar ghaib.
"Nek, siapa yang telah mengirim santet?" pertanyaan Cherika yang entah ke berapa kali yang tidak pernah dijawab oleh nenek Hasna.
Nenek Hasna memandangi Cherika. Nenek Hasna hanya mengatakan, orang itu sangat dekat dengan Cherika. Dia perempuan yang sering memberi minuman kepada Cherika. Dari minuman itu lah bau busuk itu berkumpul menjadi satu di tubuh Cherika.
Sejak dulu, dia iri melihat kehidupan Cherika.
Dan yang membuat dia sangat membenci Cherika, Cherika telah merebut orang yang dia sukai. Cherika juga membuat kesalahan besar. Karena kesalahan itu, dia harus menanggung semua akibatnya.
"Maaf Cheri, hanya itu yang bisa Nenek beritahu. Kamu akan segera tahu siapa orangnya setelah kamu bertemu dengannya," kata Nenek Hasna.
Tugas nenek Hasna untuk mengobati Cherika sudah selesai. Giliran kakek Firman untuk mengajarkan ilmu tenaga dalam kepada Cherika. Cherika diajarkan cara melindungi diri dan membela diri.
Berbulan-bulan lamanya Cherika berlatih ilmu tenaga dalam. Cherika sudah bisa merasakan manfaatnya. Ilmu tenaga dalam banyak melakukan teknik pernapasan. Latihan pernapasan mempercepat pemulihan kesehatannya.
Latihan pernapasan juga sangat bermanfaat bagi mental Cherika. Cherika sekarang lebih rileks, lebih percaya diri, tingkat kecemasannya semakin menurun, lebih fokus dan konsentrasi.
Kakek Firman menguji Cherika dengan memintanya mematahkan benda-benda keras seperti tumpukan batu bata, papan kayu, balok es. Tujuan tes ini, untuk mengetahui kemampuan Cherika memfokuskan energi konsentrasi dan kekuatan fisik yang dihasilkan teknik pernapasan.
Cherika berkonsentrasi penuh. Cherika membayangkan tumpukan batu bata itu adalah Dhika, papan kayu itu adalah Laudya dan balok es itu adalah Susi. Cherika mengumpulkan semua kekuatannya dan dia berhasil mematahkan itu semua dengan pukulan tangannya.
Akhirnya Cherika lulus ujian ilmu tenaga dalam. Kakek Firman dan nenek Hasna menyerahkan Cherika sepenuhnya kepada keluarganya. Mereka juga tidak lupa mengingatkan Cherika agar tidak sombong. Pergunakan ilmu yang telah mereka berikan untuk kebaikan.
"Cheri, ingatlah, jangan pernah meninggalkan sholat dan ibadah yang lain. Tetaplah rendah hati," nasihat dari kakek Firman.
Kakek Alby mengantar nenek Hasna dan kakek Firman pulang ke kota asalnya. Cherika dan seluruh keluarga mengucapkan terima kasih selama beberapa bulan dengan sabar merawat dan menyembuhkan mental Cherika.
"Terima kasih banyak Kek, Nek," ucap Cherika.
"Kami akan segera kembali. Kami tidak sabar melihat perubahan dirimu," Nenek Hasna memeluk Cherika.
Nenek Hasna, kakek Firman dan kakek Alby beserta beberapa pengawal meninggalkan kediaman kakek Alby dengan mobil pribadi menuju bandara.
Cherika, Satria, Dokter Erlandi dan juga Vian, setelah melepas kepergian kakek Alby, mereka menuju rumah sakit keluarga yang ada di pusat kota.
"Ini rumah sakit milik Om Zidan?" tanya Cherika kepada Satria.
"Emang kamu pikir papa dan aku pengangguran? Emang sih kami di kota Zamrud gak keliatan kerja," Satria sedikit menggoda Cherika.
"Waaaaaaw, keluargaku beneran kaya," Cherika balas menggoda Satria.
Sesampainya di rumah sakit, Dokter Erlandi dan beberapa orang dokter pilihan memeriksa kondisi Cherika.
Cherika menjalani pemeriksaan medis seperti gula darah, tes darah, tekanan darah. Cherika juga memberikan informasi tentang riwayat kesehatannya, masalah medis yang pernah diderita termasuk obat-obatan yang dikonsumsi.
Dokter juga memeriksa luka bakar Cherika. Luka di wajah Cherika sungguh parah. Lengan dan kaki tidak seberapa parah.
"Cheri, Satria, Vian. Kalian pulang duluan. Aku masih ada meeting dengan para dokter," kata Dokter Erlandi.
Cheri, Satria dan Vian keluar dari rumah sakit. Di parkiran rumah sakit, seorang wanita berlari memanggil nama Vian. Cherika, Satria dan Vian menoleh ke belakang. Wanita itu tiba-tiba saja memeluk Vian dan mencium pipinya.
Sontak Cherika dan Satria kaget melihatnya. Cherika meninggikan masker wajahnya. Cherika langsung masuk ke dalam mobil. Cherika malu karena wanita yang saat ini bersama Vian jauh lebih cantik darinya.
Satria menyusul Cherika masuk ke dalam mobil. Mereka mengintip Vian dan wanita itu dari kaca jendela mobil. Terlihat wanita itu tidak mau melepaskan Vian. Terdengar dia mengatakan kangen dan mengucapkan sayang kepada Vian.
Vian melepaskan pegangan tangannya. Vian bilang sekarang sedang bersama kekasihnya. Vian kemudian meninggalkan wanita itu dan masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Cherika.
Tidak berapa lama setelah Vian masuk ke dalam mobil, Wanita itu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil Satria. Dia duduk di samping Cherika.
"Lina, apa yang kamu lakukan di sini!" Vian terlihat tidak senang.
"Aku masih kangen. Hallo, aku Lina tunangannya Vian," Lina melambaikan tangannya ke arah Cherika dan melirik Satria lewat kaca spion.
Cherika hanya diam. Satria juga melirik ke arah Vian dengan tatapan tidak senang.
"Lina, cukup bercandanya! Sayang, Lina ini saudara sepupuku. Jangan dengerin omongannya. Lina, kenalin, ini Cheri, calon istriku," Vian merangkul pundak Cherika.
Cherika hanya menunduk. Lina memperhatikan Cherika. Lina melihat luka bakar di lengan Cherika dan juga di pelipis kanannya.
"Kenapa wajahmu?" Lina dengan kasarnya membuka masker Cherika.
"Hei! Jangan kurang ajar!" Satria menoleh ke arah Lina.
"Lina! Jangan keterlaluan!" Bentak Vian.
"Apa kurangnya aku dibandingkan dia! Wajahnya seperti monster! Menjijikan!" Teriak Lina tepat di telinga Cherika.
Seketika fisik Cherika berubah. Wajahnya memerah, dahinya berkerut, napasnya berat. Cherika tersinggung. Ledakan emosinya memuncak. Cherika membalas Lina dengan berteriak di depan wajahnya.
"AAAAAAAAAAAAA!"
PLAK!
PLAK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...