Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 17.
Tracker mempersilahkan Rexi dan asistennya-Jack masuk ke dalam ruang pertemuan. Suasana dingin masih begitu terasa karena Elvano tidak bisa menyembunyikan rasa geram dan kemarahannya terhadap Rexi, yang ia pikir adalah mantan kekasih Sena.
Elvano tidak ingin membuat skandal di dalam perusahaan, jadi sebisa mungkin ia akan tetap terlihat tenang, terus menahan diri agar tidak langsung menghajar Rexi.
Namun, semuanya seketika berubah saat Elvano menerima kabar bahwa Sena tengah bersama Rett. Elvano langsung tidak bisa mengendalikan diri, tangannya mengepal menahan amarah dan segera berlari ke luar ruangan. Meninggalkan Rexi dan juga Jack yang tercengang.
"Apa yang terjadi?"
"Maaf, Tuan Kayson. Anda bisa menunggu lebih dulu atau pertemuannya akan diatur ulang oleh sekertaris Bianca."
Rexi terlihat tidak terima dengan rencana Tracker, ia menolak pertemuan mereka dijadwalkan ulang, tapi Tracker sudah lebih dulu pergi menyusul sang bos yang terus berlari.
Elvano bahkan tidak menggunakan lift, pria itu terlihat bergerak cepat melewati seluruh karyawan di eskalator yang akan membawanya turun ke lobby perusahaan.
Elvano terus berlari, dan semakin cepat ia saat pikirannya mulai memikirkan Rett yang bersama Sena. Perasaan cemburu serta marah karena mengetahui Rett masih nekad mengejar Sena tak dapat lagi disembunyikan oleh Elvano, wajahnya yang memerah dengan sikap yang tak biasa sudah cukup menjelaskan semuanya. Ia juga merasa cemas karena tidak tahu apa yang akan terjadi pada wanitanya.
Namun, saat belum selesai dirinya melalui eskalator, netra tajam Elvano sudah lebih dulu melihat Sena dan Katie memasuki perusahaan. Wanitanya baru saja mendorong pintu lobby dengan tersenyum dan berbincang bersama rekannya.
"Sena!!"
Sena menoleh ke arah asal suara keras yang memanggil namanya. Bisa ia lihat Elvano menuruni eskalator dengan begitu cepat, berlari kencang ke arahnya dan sebelum Sena dapat bereaksi, Elvano sudah melesat lebih dekat dan berakhir memeluknya dengan erat.
Deg!
Sena terperangah. Ia mematung, begitu terkejut karena Elvano memeluknya begitu erat tanpa perduli dengan karyawan lain yang melihat.
"Kau baik-baik saja? Apa bajingan itu melukaimu? Aku benar-benar khawatir."
Meski tak tahu mengapa Elvano begitu mencemaskan dirinya, tapi Sena tetap tersenyum dalam pelukan Elvano. Dan senyum Sena langsung memudar saat mendapati Rexi turun menggunakan eskalator dengan wajah yang begitu dingin ke arahnya.
"Rex?" gumam Sena terkejut yang bisa didengar oleh Elvano.
Elvano melepaskan pelukannya, ia menoleh ke belakang dan berdiri sedemikian rupa tepat di hadapan Sena. Elvano pasang badan, melindungi wanitanya dari ancaman yang bisa saja Rexi timbulkan.
"Jangan harap kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan di sini."
Rexi tersenyum sinis mendengar ucapan Elvano. Sungguh ia benar-benar muak dengan drama percintaan yang ditampilkan. Ia menatap Sena tajam yang dengan cepat menghindar dan berlindung di balik punggung prianya. Wanita sok mandiri itu bahkan masih sempat menjulurkan lidahnya pada Rexi.
"Aku pastikan akan menyeretmu pulang, Riella Sena Rykhad!"
"Tidak akan berhasil!!" Secepat mungkin Sena menarik tangan Elvano dan berlari keluar perusahaan.
Semua orang terperangah melihatnya, termasuk saat Tracker dan beberapa orang-orang Elvano sudah bergerak cepat mengacungkan senjata api di area lobby pada semua anak buah Rexi.
Tracker lebih dulu menghalangi langkah Rexi yang ingin mengejar bosnya, senjata api asisten Elvano itu bahkan sudah terarah tepat ke kepala Rexi dengan senjata api Jack yang juga sudah menempel sempurna di pelipisnya.
Mereka saling menodongkan senjata dan membuat para karyawan NAV Corp ketakutan tanpa bisa bersuara.
Sedangkan sepasang makhluk yang berhasil melarikan diri kini sudah berada di dalam mobil yang melaju begitu kencang meninggalkan perusahaan. Elvano membawa Sena menuju apartemen pribadinya.
Sena menyadarkan tubuhnya dengan helaan napas panjang, tapi tak lama setelahnya ia terkekeh membayangkan bagaimana ia terus berhasil melarikan diri dari orang-orang Rexi.
"Kau terlihat senang selalu dikejar-kejar oleh mantan kekasihmu."
Sena menoleh pada Elvano yang mengemudi. Mantan katanya? Sena lagi-lagi tertawa dan bahkan kali ini sampai terbahak. Cukup berhasil membuat Elvano mencengkram kemudi mobilnya lebih erat.
"Kau cemburu?" tanya Sena langsung pada Elvano.
"Tidak."
"Benarkah?" tanya Sena ragu saat melihat ekspresi Elvano.
"Pria sepertinya bukan saingan yang layak untukku."
"Hahaha..." Sena kembali terbahak. Ia berharap Rexi mendengar ucapan Elvano tersebut. "Kau harus berhati-hati dengan mantan kekasihku yang satu itu, El. Dia tidak semudah yang kau pikirkan."
"Aku tidak perduli. Yang aku inginkan hanya dirimu dan akan menghancurkan semua orang yang menghalangi jalanku."
Elvano mengentikan mobilnya setelah masuk ke dalam basement khusus. Ia membawa Sena untuk duduk di atas pangkuannya dan langsung mencium bibir wanita itu.
"Aku khawatir sekali," gumam Elvano di sela-sela ciumannya seraya memeluk tubuh Sena dengan begitu erat.
Sena menghentikan cumbuan pria itu, ia mendorong pelan dada Elvano agar bisa dengan jelas melihat wajah tampannya.
"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir, Rex tidak akan pernah menyakitiku."
Elvano menatap Sena tajam. "Kau yakin sekali."
"Hm. Karena dia begitu menyayangiku." Sena tersenyum lebar mengatakannya dan sebelum mendengar kemarahan dari Elvano, ia sudah lebih dulu membungkam mulut pria itu dengan ciumannya yang lembut.
"Ahhh, El..." Sena sudah mendesah kala tangan Elvano mulai menyentuhnya. Pria itu bahkan dengan cepat melepaskan pakaian atas Sena.
"Jangan pernah mendesahkan nama pria lain," bisik Elvano di telinga wanitanya. "Kau hanya milikku Sena. Hanya milikku." Elvano mengatur tempat duduk mobilnya agar lebih mudah untuk ia dan Sena menyatu.
Elvano sama sekali tidak melepaskan pelukannya, ia terus memeluk Sena dengan tangan yang bergerilya dan membuat Sena berulang kali mencapai puncak kenikmatan dengan mendesahkan namanya.
"Aku tidak ingin kau bertemu dengan Rett lagi," kata Elvano dengan memandang wajah Sena yang bersandar di dadanya. Elvano mengusap pelan pipi Sena yang masih terengah setelah beberapa kali ia berhasil menyerang wanita itu.
Sena membalas pandangan Elvano. "Aku tidak mengenal Rett."
Elvano mengangguk, ia meraih dagu Sena untuk melumat bibir wanitanya sebelum membawa Sena keluar dari dalam mobil.
"Kita pindah," kata Elvano. Ia menutupi tubuh Sena dengan jasnya dan melanjutkan kebersamaan mereka di dalam apartemen.
*
*
*
"Apa perjodohan ini sudah disetujui kedua belah pihak, By?"
"Aku belum tahu, Baby. Aku akan menghubungi mereka lebih dulu."
Wanita yang masih terlihat cantik meski sudah berusia lebih dari kepala lima itu terlihat menghela napas panjang. Mereka tengah membahas perjodohan putra mereka satu-satunya. Lebih tepatnya perjodohan yang dilakukan untuk lebih mengeratkan ikatan keluarga yang sudah ada sebelumnya.
Sena abaikan aja terus Elvano. Buat dia jadi mayat hidup karena terlalu merindukan mu. Jangan mudah kasih maaf/Determined//Facepalm//Facepalm/