NovelToon NovelToon
TUKAR PASANGAN

TUKAR PASANGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Naik ranjang/turun ranjang / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:511
Nilai: 5
Nama Author: Cha Aiyyu

"Karena sudah terlanjur. Bagaimana jika menambah bumbu di atas omong kosong itu?"

Asha menatap Abiyan, mencoba mengulik maksud dari lawan bicaranya. Kedua mata Asha bertemu dengan milik Abiyan, ada sirat semangat yang tergambar di sana.

"Menikahlah denganku, Ash!"

Asha seorang wanita yang hidup sebatang kara menginginkan pernikahan yang bahagia demi mewujudkan mimpinya membangun keluarganya sendiri. Namun, tiga hari sebelum pernikahannya Asha diberi pilihan untuk mengganti mempelai prianya.

Abiyan dengan sukarela menawarkan diri untuk menggantikan posisi Zaky. Akankah Asha menerima ide gila itu? Ataukah ia tetap memilih Zaky dan melajutkan pernikahannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Aiyyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17

Asha menutup rapat matanya, ia sangat tidak siap mendengar jawaban Abiyan.

"Maksudmu hubungan suami istri?"

Asha membuka mata, menatap wajah Abiyan takut-takut. Pria itu hanya tersenyum kecil setelahnya menatap Asha dengan serius. Pandangan keduanya seolah terkunci.

"Kita menikah bukan untuk melakukan s*ks, Ash."

Asha mengerutkan kening. Abiyan mendapati perubahan wajah Asha lalu buru-buru meralat. "Bukan berarti aku tidak menginginkanmu." Begitu menyelesaikan kalimatnya Abiyan lagi-lagi mendapati Asha yang semakin mengerut. "Ah–maksudku aku pria normal, aku juga ingin melakukan s*ks dengan wanita. Terlebih dengan pasanganku yang sah."

"Um—aku hanya ingin kamu tahu aku menghargaimu. Aku tidak akan melakukan apa pun jika kamu tidak menginginkannya. Dan seperti sebelumnya, aku ingin kita bisa saling menyembuhkan Asha!" jelas Abiyan, pria itu bersungguh-sungguh.

Asha menatap wajah Abiyan dengan haru, kelopak matanya dipenuhi air menggenang yang hampir saja tumpah. Asha mati-matian menjaganya. Kalimat Abiyan berhasil membuatnya tenang, namun ia juga merasa bersalah dan malu di waktu yang bersamaan karena sebelumnya Asha sempat berpikir jika pria di hadapannya akan menuntut haknya di malam pertama pernikahan mereka tanpa memedulikan pendapatnya.

Asha memilin ujung baju tidur berbahan satin miliknya. Wajahnya menunduk menatap lantai marmer yang terpantul cahaya lampu.

"Jangan terlalu serius, Ash!"

Asha mendongak, ia mendapati Abiyan yang tersenyum hangat kepadanya. Keduanya bersitatap dalam beberapa saat, tanpa suara—tanpa pembahasan lanjut. Di saat keduanya larut dalam keheningan dengan pikiran masing-masing yang entah itu apa, tiba-tiba sebuah gemuruh lirih hadir di antara mereka.

Asha memejamkan mata, berdoa dalam hati berharap Abiyan tidak mendengar perutnya yang keroncongan. Pipinya menggembung merah, dalam hatinya Asha merapaplkan doa agar tidak ada gemuruh susulan. Namun, perutnya yang belum diisi sejak pagi sepertinya tidak mau diajak berkompromi. Perutnya kembali berbunyi, bahkan kali ini terdengar lebih keras. Asha membuka matanya dengan perlahan dan wajah Abiyan yang menatapnya dengan menahan tawa menyambutnya.

Ah, sial.

Rutuknya dalam hati. Lagi-lagi Asha memejamkan matanya dengan wajah yang kini semerah tomat. Dan entah dengan sengaja atau tidak terdengar gelak Abiyan yang cukup nyaring. Tawanya yang pecah seolah keduanya sedang membahas lelucon, padahal nyatanya obrolan mereka cukup serius sebelumnya.

Asha membuka matanya, melotot pada pria yang kini terlihat memegangi perutnya. Abiyan bahkan mengusap sudut matanya yang berair.

"Kamu mau pesan layanan antar kamar atau ingin pergi ke restoran?" tawar Abiyan dengan tawanya yang tertahan.

Kali ini Abiyan harus menghentikan tawanya sebelum Asha menjadi marah, pasalnya wajah wanita yang kini berstatus istrinya itu telah berubah menjadi tidak bersahabat. Meskipun semburat malu di wajahnya masih samar tergambar.

"Pesan layanan antar kamar saja, aku tidak punya cukup tenaga untuk pergi ke restoran," jawab Asha berusaha tenang.

Abiyan mengangguk. "Sudah aku duga. Dengan gemuruh yang sekencang itu, aku yakin kamu pasti sangat kelaparan."

Kedua alis Asha menukik, ia merasa kesal dengan kalimat yang Abiyan lontarkan namun ia tidak bisa marah sebab itulah kenyataannya.

Abiyan beranjak menuju telepon yang terletak di sisi ranjang melewati Asha yang menatapnya tajam. Abiyan menyambar gagang telepon lalu menatap Asha dan berujar.

"Hal yang normal jika perutmu berbunyi saat lapar, Ash. Jangan malu!" Abiyan menggembungkan pipinya menahan tawanya yang hampir lolos.

"IAAANNN ... ,"

Abiyan menutup sebelah telinganya dengan jari dan sebelahnya lagi menggunakan gagang telepon, lalu berfokus pada tombolnya. Menekan tombol itu lalu berpura-pura tidak melihat Asha yang benar-benar kesal. Padahal dari sudut matanya Abiyan menangkap sosok Asha yang merah padam, wajah wanita itu ditekuk sangat dalam memunculkan ekspresi yang membuat Abiyan ingin kembali tertawa.

Di tempat lain di kediaman Andara dalam ruangan yang sama di mana Abiyan dengan lantang mengatakan akan menikahi Asha, Zaky duduk di antara beberapa kerabatnya yang masih tinggal untuk mengadakan pesta kecil dadakan. Pesta yang terpaksa Tuan Andara gelar untuk meredam pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

Meski begitu masih saja ada kerabat yang mengutarakan rasa penasarannya. "Aku pikir Zaky yang akan menikah, tapi hari ini kita semua benar-benar dibuat terkejut karena si bungsu kita yang mengenakan tuxedo dan menjadi mempelai pria."

Zaky yang ditatap secara terang-terangan hanya bisa mengulas senyum. Sejak siang perasaannya benar-benar sangat tidak nyaman semenjak telinganya menangkap janji suci yang Abiyan ucapkan bahkan melihat dengan matanya sendiri ketika adiknya yang mencium Asha di depan semua orang membuat perasaannya benar-benar tidak nyaman. Ia merasa kalah. Dan kali ini pertanyaan pamannya membuat perasaannya semakin kacau. Tangan Zaky terkepal di samping.

Ibunya mendekat mengusap pelan lengannya yang memegang gelas wine. "Kami salah mencetak nama dalam undangan hanya karena berharap putra sulung kami menikah lebih dulu." Katerine melempar tawa yang terdengar aneh. Siapa pun tahu jika itu hanya alasan.

Dari belakang mereka muncul Celine anak dari adik Katerine yang bekerja di perusahaan mereka, wanita dengan gaun merah maroon itu tertawa kecil.

"Bukankah kita semua tahu jika sebelumnya Bibi dan Paman yang secara langsung melamar Asha untuk kak Zaky?" Celine menatap wajah Katerine dan Zaky bergantian.

Katerine tersenyum kecut, sedangkan Zaky terlihat terusik dengan pertanyaan itu. Urat di lehernya mencuat samar, tangannya semakin terkepal. Namun kedua orang itu selamat berkat Tuan Andara yang muncul dan menjawab pertanyaan Celine.

"Awalnya memang begitu, tetapi keduanya tidak lagi ada kecocokan dan berpisah baik-baik. Lalu Tuhan menyatukan Abiyan dan Asha dengan caranya sendiri. Kita bisa apa? Toh pada akhirnya Asha tetap jadi mentu kami." Roy Andara merengkuh pundak istrinya, mengusapnya pelan.

Katerine kembali menemukan kepercayaan dirinya yang sebelumnya sempat sempat luruh. "Sudah sudah, lebih baik kita nikmati hidangan yang sudah disiapkan khusus oleh chef yang sengaja Zaky pesan untuk kita," pungkas Katerine sebelum salah satu dari mereka kembali melempar pertanyaan.

Beberapa orang tampak mengangguk, Zaky sendiri sudah melonggarkan kepalan tangannya meski dalam hatinya masih berkecamuk oleh perasaannya yang rumit.

Zaky meletakkan gelas wine ke atas meja. "Ayah, Ibu dan semuanya kalian bisa menikmati hidangannya tanpa aku. Aku memiliki rapat daring dengan klien penting setengah jam lagi. Aku perlu bersiap," kilahnya enggan berurusan lebih lama dengan semua kerabatnya yang di wajah mereka masih tergambar jelas sebuah tanda tanya besar.

"Tapi kamu juga belum makan malam Zaky." Katerine mengingatkan.

Zaky tersenyum kecil. "Aku akan membawa beberapa camilan ke atas. Tidak perlu khawatir, Ibu."

Katerine mengesah pelan, wanita paruh baya itu tahu betul jika putranya memiliki perasaan tidak nyaman. Bagaimana pun hubungan Zaky dengan Asha bukanlah waktu yang sebentar, dan kini wanita yang hampir menjadi istrinya itu berubah status menjadi adik ipar bagi pria itu. Katerine memilih menyusul suaminya ke taman samping rumah yang disulap menjadi ruang makan itu, ia membiarkan Zaky mengambil waktunya sendiri.

Zaky masuk ke dalam ruang kerjanya, menghempaskan bobot tubuhnya ke atas kursi putar yang empuk. Layar komputernya menyala, sebuah foto kebersamaannya dengan Asha menjadi latar di sana. Zaky mengerang. Sudah cukup lama sejak ia tidak menggunakan komputer di ruangan itu, ia benar-benar lupa dengan foto itu.

Potret dirinya yang tersenyum dan memeluk Asha yang juga tersenyum bahagia kembali membangkitkan kenangan masa lalunya.

Sudah sangat lama. Apa kamu masih mengingatnya?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!