Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 14
Tuan Zacky Menarik Nafas Dalam, Ratih Menolak Ajakannya Menikah Secara Halus. "Baik Ratih... Tapi Butuh Waktu Berapa Lama Saya Harus Menunggu Mu?"
Ratih Terdiam, Tidak Percaya Kalau Tuan Zacky Terus Saja Memaksakannya, Ratih Tahu Cintanya Bisa Saja Seperti Akmal Tidak Tulus, Sekarang Tuan Zacky Mencintainya Yah Karena Aura Cantiknya Berasal Dari Ilmu Yang Diberikan Ki Jambu Arsa, Dan Berendam Di Sendang Malam Tadi.
"Saya Butuh Banyak Waktu Tuan, Jadi Jika Tuan Tetap ingin Melihat Saya Tolong Jangan Mendesak Saya Untuk Menikah Dengan Tuan." Ratih Beranjak Dari Duduknya.
"Saya Mohon Ratih, Fikirkan Ini Lagi, Kapanpun Saya Akan Kembali." Ujar Tuan Zacky. Sebelum Ratih Mengusirnya Pergi Ia Sudah Lebih Dulu Angkat Kaki.
Ratih Melihat Tuan Zacky Keluar Dari Rumahnya, Sampai Tuan Zacky Masuk Kedalam Mobilnya Dan Hilang Di Pandangan Mata.
"Rumit ini Mah!... Niat Nya Cuma Mau Balas Perbuatan Mas Akmal Dan Arimbi, Malah Jadi Nambah Masalah Baru." Gumam Ratih Mendengus Kesal.
Mungkin Untuk Bulan Ini Ratih Tidak Bisa Langsung Pindah Kerumah Barunya Yang Sudah Ia Beli. Karena Semua Orang Pasti Akan Curiga.
Pagi Ini Ratih Berjalan Berkeliling Kampung Sambil Membawa Sati Pada Dorongan Stroller Bayi Para Warga Menyapa Ratih Ramah.
"Lagi Libur Kerja Yah Mba Ratih?"
"iya Bu... Kebetulan Hari ini Libur" Ratih Sedikit Terengah Beruntung ia Ingat Betul Kalau Ibunya Bicara Pada Orang-Orang Kalau Dirinya Bekerja Jual Beli Mobil Di kabupaten.
Entah Menggapa Rasanya Hati Ratih Ingin Melihat Rumah Peninggalan Mantan Suaminya, Karena Kata Orang-Orang Rumah Itu Sekarang Kosong, Karena Akmal Tidak Punya Sodara Di Desa Rawa Asem, Setelah Kedua Orang Tuanya Meningal Akmal Hanyalah Anak Tunggal.
Ratih Berdiri Di Depan Rumah Mantan Suaminya, Baru Saja Sepuluh Hari Rumah Itu Ditinggal Oleh Pemiliknya Tapi Rumah Itu Sudah Nampak Seram, dan Angker Banyak Warga Yang Bilang Sekarang rumah Akmal Berhantu.
"Ya Allah Neng Ratih, ini Anaknya Akmal Yah?" Kebetulan Ada Seorang Ibu-ibu Yang Lewat Di Dekat Rumah Akmal Hendak keperkebunan Cengkeh.
"Iya Bu..." Ratih Menjawab Sembari Terseyum Getir
"Kok Kamu Ngak Tingal Disini Lagi Neng, Sayang Rumahnya Kalau Ngak Ada Penghuninya Lama-Lama Bisa Ambruk"
"Iya Bu, Niat Saya Juga Begitu, Tapi Kalau Ingat Yang Sudah-Sudah Hati Saya Jadi Sakit Bu, Ingat Kenangnya Bersama Beliau." Ratih Pura-Pura Lugu Padahal Kematian Akmal Juga Karena Dirinya Yang Buat.
"Yang Sabar Yah Neng, Ibu Juga Ngak Nyangka Wanita Sebaik Kamu Diselingkuhin Akmal, Kamu Yang Kuat Neng." Ibu itu Nampak Iba Pada Ratih, Dan Berpamitan Karena Hendak Kekebun.
Ratih Terseyum Sekilas, Ia Kembali Melihat Ke Arah Rumah Peninggalan Suaminya. "Jika Tidak Ada Yang Berani Memasuki Rumah Itu, Bagimana Jika Aku Jadikan Tempat Sesaji Saja." Ratih Terseyum Culas, Memikirkan Ide gilanya. Ia Tahu Kalau Rumah Peninggalan Akmal Tidak Ada Yang Berani Menjamah Karena Keangkerannya.
Ratih Kembali Berjalan Pulang, Namun Saat Di Dekat Jalan Arah Rumahnya Ia Melihat Banyak Anak-Anak Kecil Mengalami Gatal-Gatal Pada Kulit Mereka.
Beberapa Anak-Anak Ada Yang Menangis Dan Ada Juga Yang Hendak Diperiksakan.
"Kok Bisa Yah Bu, Anak-Anak Kita Terkena Penyakit Kulit." Ratih Mendengar Suara Ibu-ibu Yang Berseru Dari Jauh.
"Apa Kampung Kita Sedang Tidak Baik-Baik Saja Yah bu." Ratih Mendengar Percakapan Para Ibu-ibu.
Ratih Terus Berjalan Hinga Sampai Di Rumah nya, Terlihat Bu Mirah Sedang Menunggu Cucu Kesayangannya Di Ambang Pintu.
"Darimana Saja?... Nenek Kangen Ngak bisa Jauh-Jauh." Bu Mirah Mengambil Sati, Dari Stroller
"Ngak Ne... Tadi Sati Cuma Saya Ajak Keliling Aja." Ratih Memaksakan Senyuman Di Bibirnya.
"Yah Udah Sati Biar Sama Ibu, Kamu Makan Dulu Sana, Rena Sudah masak itu Di Dapur"
Ratih Langsung Berjalan Ke Dapur, Kebetulan Juga Perutnya Sudah Keroncongan, Makanya Banyak Tapi Badanya Tetap Ideal.
Rena Sedang Membereskan Dapur Usai Memasak, Ia Diam Ingin Menanyakan Sesuatu, Ada Yang Mengganjal Dalam Hatinya Tentang Kendi Yang Ada Di Kamar Ratih Tempo Hari. Sejak Kejadian Itu, Rena Memang Tidak Selalu Menegur Sapa Kakanya.
"Kamu Masak Apa Ren?" Ratih Bertanya, Sambil Menuang Nasi Kedalam Piring.
"Mba Liat Aja Di Wajan." Ucap Rena Tampa Menoleh.
"Kamu Kenapa Masih Marah Sama Mba?" Ratih Berusaha Menatap Wajah Adiknya Yang Sedang Fokus Mencuci Piring. "Kalau Kamu Masih Marah Mba Minta Maaf Ren, Tapi Kamu Juga Ngak Pernah Tahu Kan Rasanya Jadi Mba."
Rena Terdiam Sejenak, Suara Di Dapur Nampak Hening, Rena Menutup Keran Air Ia Kembali Membuka Pembicaraan Dengan Kakanya. "Aku Tahu Mba Lakuin Ini Semua Demi Ibu, Demi Aku, Demi Sati, Tapi Tetap Saja Cara Mba Salah, Mba Tahu Apa Yang Mba Lakukan Dosa, Mba... Pakai Ilmu Hitam Kan?!" Ucapan Rena Terlihat Mendesak Ratih.
Wajah Ratih Langsung Pucat, Saat Mendengar Rena Menyebut Dirinya Mengunakan Ilmu Hitam. "Mba Udah Bicara Baik-Baik Ke kamu, Kamu Kok Malah Kaya Gini Sih Ren?!" Ratih Nampak Tidak Terima.
"Sekarang Mba Jawab Jujur? Mba Dapat Darimana Kendi Untuk Ari-Ari Bayi Yang Ada Di Kolong Ranjang Mba?" Kali Ini Rena Menatap Ratih Dengan Manik Wajah Serius. "Atau Jangan-Jangan Mba Ambil Itu Dari Anaknya Kang Syamsuri Yang Meningal Yah Mba?" Rena Menatap Ratih Sinis. Wajah Ratih Langsung Pucat Pasi, Panik Dan Jantungnya Berdebar Kencang. "Oh- Apa Bener Yah Mba Pakai Ilmu Hitam?... Anak Kang Syamsuri Meninggal Dunia Setelah Kendi Ari Arinya Hilang!" Rena Menekan Telunjuknya Pada Keramik Wastafel.
Ratih Gelagapan, Ia Mati Kutu! Tidak Bisa Bicara Apa-pun. Apa Yang Dikatan Rena Benar Adanya.
"Rena Kenapa Kamu Tega Banget Nuduh Mba?" Ratih Sedikit Menginginkan Suaranya.
"Aku Ngak Nuduh Mba, Dengan Jelas Bukit Sudah Ada Di Depan Mata, Ibu Mungkin Ngak Tahu, Tapi Aku Tahu Mba. Atau Jangan-Jangan Mas Akmal Juga Di Guna-Guna Sama Mba, Ia?... Karena Meninggalnya Ngak Wajar?" Rena Menatap Ratih Penuh Intimidasi.
Ratih Menarik Nafas Kasar, Terdengar Suara Nafanya Memburu, Ia Terpancing Emosi. "Diam Rena!... Sudah Cukup Jangan Di Teruskan!... Kamu Ngak Bakalan Ngerti!" Ratih Menunjuki Wajah Rena. Bukanya Takut Rena Malah Terus Menerus Membuat Ratih Semakin Membuka Kedoknya.
"Aku Yakin Mba Yang Melakukan Ini Semua, Mba Buat Mas Akmal Meningal, Mba Juga Toh Yang Buat Bayinya Kang Syamsuri Meninggal?" Rena Bersidekap, Tatapan Mata Rena Memang Berkaca-kaca, Namun Ia Tetap Membuat Ratih Mengakui Kesalahnya.
Tampa Sadar Ratih Yang Terpancing Emosi Membaca Mantra Santet Pitung Dino Untuk Rena, Yang Di Berikan Oleh Ki Jambu Arsa. "Ya Gusti... Apa Yang Kulakukan." Ratih Memegang Bibirnya Kelud.
Saat Rena Telah Pergi Meninggalkannya Dari Dapur, Ratih Sudah Membacakan Mantra Untuk Rena. "Bagimana Jika Itu Terjadi Pada Rena?" Ratih Menarik Nafas Kasar, Karena Terpancing Emosi Ia Sampai Lupa Membaca Mantra Itu.