NovelToon NovelToon
Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:23.9k
Nilai: 5
Nama Author: kelana syair( BE)

perjuangan seorang pemuda untuk menjadi lebih kuat demi meneruskan wasiat seorang pendekar terdahulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 kejutan tak terduga

"Apa kalian berdua mendengar ledakan tadi?" Terdengar suara dari arah belakang mereka, membuat Nyi Sangguh dan Ki Pasung menghentikan langkahnya.

Kedua orang tua itu lalu menoleh ke belakang dan melihat Matsapati, Gandama, dan Arimba yang datang menghampiri.

Pandangan Nyi Sangguh dan Ki Pasung langsung tertuju pada tangan mereka bertiga yang masing-masing memegang pusaka yang cukup menyita perhatian. Namun, keduanya tidak berani berkomentar.

"Benar, Matsapati. Aku mendengarnya dari arah sana," jawab Ki Pasung.

"Aku rasa di sana pasti ada apa-apa, Kang. Sebaiknya cepat kita periksa!" kata Gandama tidak sabar.

"Rupanya kalian semua berkumpul di sini. Tadi aku mendengar bunyi ledakan cukup keras, aku kira berasal dari sini," ucap Rawasana yang tiba-tiba datang bersama Cakra Bayu.

"Ledakan itu berasal dari sana, Rawasana. Kami berlima berniat untuk memeriksanya," jawab Nyi Sangguh.

"Kalau begitu, tunggu apalagi? Ayo kita ke sana!" ujar Rawasana.

Ketujuh orang itu pun bergegas menuju ke arah sumber ledakan tadi. Mereka tidak mudah sampai ke sana, mengingat di dalam reruntuhan itu ada banyak lorong dan ruangan, apalagi ditambah suasana di dalam sana yang mulai gelap.

Setelah pintu berhasil dijebol, Barata dan Andini segera memasuki ruangan itu. Di dalam sana, mereka mendapati seseorang yang sedang duduk bersemedi dengan kepala tertunduk.

Barata dan Andini saling melempar pandang. "Tuan, rupanya ada orangnya," ucap Andini sambil berpegang pada tangan Barata.

Barata memperhatikan orang yang duduk itu. Ia heran kenapa orang itu tidak bergerak sama sekali.

"Andini, kita lihat dari dekat." Barata dan Andini lalu menghampiri orang itu dan jongkok di hadapannya. Mereka berdua langsung terkejut mendapati keadaan orang yang bersemedi itu.

"Ternyata orang ini sudah lama mati, Tuan!" seru Andini ketika melihat muka orang itu sudah menjadi tengkorak.

"Ya. Sepertinya orang ini sengaja mengurung dirinya di sini, tapi apa tujuannya?" gumam Barata.

"Tuan, jangan-jangan orang ini adalah ketua perguruan ini," cetus Andini seraya mengitari orang yang duduk bersemedi itu.

"Hmmm... ketua perguruan ini? Bisa jadi, Andini," sahut Barata.

"Tuan, lihat tangan kanan orang ini!" seru Andini begitu melihat ada sesuatu di tangannya.

Barata segera memperhatikan tangan kanan orang itu. Di sana ia melihat sebuah gulungan dari kulit yang kecoklatan.

"Gulungan apa kira-kira?" Barata pun mengambil gulungan itu dan segera membukanya pelan-pelan. Karena ruangan itu sedikit gelap, Barata pun menggunakan kekuatan apinya untuk penerangan. Di dalam gulungan itu terdapat beberapa kalimat yang bunyinya:

"JANGAN PERNAH TERPEDAYA OLEH PEREMPUAN, APALAGI SAMPAI TERGILA-GILA PADANYA. AKU ADALAH KORBAN DARI CINTA DAN HANCUR KARENA WANITA."

Setelah membaca isi gulungan itu, Barata menghela napas panjang. Ia tidak tahu ini sebuah pesan nasihat atau sekadar perasaan seseorang yang putus asa saja.

"Tidak salah lagi, ini pasti jasad Maharaka, ketua perguruan ini, seperti yang tadi diceritakan Naga Welang. Pantas saja kabarnya hilang begitu saja, ternyata ia mengurung diri di dalam ruangan ini," ucap Barata lalu menggulung kembali gulungan yang tadi dibacanya.

"Tuan, ada sesuatu di balik jubah badan tengkorak ini," bisik Andini.

"Apa itu?" tanya Barata.

"Mungkin di dalam balik jubah ini ada Baju Badak Hitam yang diperbincangkan orang-orang kemarin," ucap Andini setelah dari tadi mengamati dan memeriksa tengkorak itu.

Mendengar perkataan Andini, Barata pun bergegas memeriksanya. Dia melepaskan jubah usang yang dikenakan tengkorak Maharaka, dan di sana ia melihat baju hitam tanpa lengan. Baju itu terasa kasar dan cukup keras saat Barata merabanya.

"Sepertinya tidak salah lagi, Andini. Aku yakin inilah Baju Badak Hitam yang Nyi Sangguh, Rawasana, dan Matsapati inginkan," tegas Barata.

"Tuan, tunggu apalagi? Cepat ambil! Akan sangat berguna jika baju itu Tuan miliki," ucap Andini sangat memaksa Barata.

"Kau benar, Andini. Baiklah, kita ambil baju ini." Selesai berkata seperti itu, Barata segera melepaskan baju tersebut dari jasad Maharaka yang sudah menjadi tengkorak itu. Namun, Barata merasakan suatu keanehan, karena Baju Badak itu terasa sudah menyatu dengan pemiliknya. Tidak bisa dilepaskan begitu saja, bahkan tangan Barata seperti mengangkat beban yang sangat berat.

"Sial!" Barata mengerahkan kekuatannya dan mencoba lagi, tapi baju itu malah terasa semakin berat saja.

Di saat Barata sedang berusaha melepaskan baju itu dari tubuh Maharaka, telinganya yang tajam tiba-tiba mendengar banyak langkah kaki datang ke arahnya.

"Celaka, jika mereka sampai ke sini," batin Barata, mengingat mereka adalah para pendekar kuat.

"Tuan, kau dengar itu?" tanya Andini bergegas menuju arah pintu.

"Itu pasti orang-orang itu, Andini!" Barata segera berpikir bagaimana caranya untuk bisa segera mengambil baju itu.

"Apakah aku harus menghancurkan tengkorak ini? Tapi itu bukan cara seorang pendekar. Itu adalah cara orang biadab yang tidak boleh dilakukan," gumam Barata.

Saat Barata dalam kesulitan itu, tiba-tiba Naga Welang bersuara, "Barata, coba kau teteskan darahmu di atas baju itu."

Barata segera melakukan yang Naga Welang katakan. Dengan pisau bulan sabitnya, Barata melukai ujung jarinya. Setelah darah itu keluar, ia segera buru-buru meneteskan pada baju yang melekat di badan tengkorak. Dan tiba-tiba saja, baju itu pun terlepas dengan sendirinya.

Sementara itu, Nyi Sangguh dan keenam orang lainnya sudah semakin dekat.

"Kita ke arah mana, Nyi? Dari tadi kita terus mutar-mutar," protes Matsapati.

"Sudah, ikut saja! Kita sudah dekat," jawab Nyi Sangguh yang berjalan paling depan.

Nyi Sangguh pun kemudian sampai di lorong yang dilewati Barata dan Andini tadi. Sepanjang lorong itu, mereka disibukkan oleh sarang laba-laba yang ada di sana.

"Apa kau tidak salah, Nyi?" tanya Ki Pasung ragu kalau arah ledakan berasal dari sini. Orang tua itu terlihat menyingkirkan sarang laba-laba yang hampir mengenai kepalanya.

"Aku yakin sekali, Ki," jawab Nyi Sangguh dengan mantap.

Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di ujung lorong dan mendapati pecahan-pecahan pintu.

"Aku yakin di sinilah tempat terjadi ledakan tadi," ucap Nyi Sangguh.

Matsapati segera melakukan pemeriksaan, sementara Arimba langsung membuat api mengingat keadaan semakin gelap.

Nyi Sangguh lalu masuk ke dalam ruangan bersama Ki Pasung untuk memeriksa ada apa di dalam sana. Arimba yang memegangi obor merasa aneh melihat lantai di depannya basah.

"Guru, air dari mana ini? Kenapa lantai ini basah?" ucap Arimba kepada Gandama.

Mendengar perkataan Arimba, Rawasana segera memeriksa lantai yang basah itu. Dia merasakan air itu dingin yang tidak wajar.

"Lantai ini basah oleh es. Aku yakin ada seseorang yang tadi ke sini," ucap Rawasana.

1
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
makasih Thor
Ariel Yono
mantap
Ariel Yono
oke
Ariel Yono
maju terus
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
mencurigakan
prahara
hancurkan... hancurkan
prahara
makasihh min
prahara
teruskan
rio
lanjutkan
rio
lanjut
Ronaldo vs Messi
mantap lah
Ronaldo vs Messi
maju terus
xio zhou
lanjutkan thord
xio zhou
lanjutkan.
Batsa Pamungkas Surya
penguntit ternyata kalah lihai
Ronaldo vs Messi
lanjutkan
xio zhou
lanjutkan k
xio zhou
lanjutkan Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!