Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 14.
"Aku tidak ingin tidur di sini."
"Kenapa? Kamarnya kurang bagus? Tracker akan mengganti dekorasinya sesuai keinginanmu," kata Elvano. Tangannya sudah bergerak meraih ponsel untuk menghubungi Tracker, tapi dengan cepat Sena tahan.
"Aku tidak mau. Aku akan pulang ke apartemenku."
"Dan bertemu dengan mantan sialanmu itu?"
"Hm," jawab Sena singkat. Namun, setelahnya ia memekik kencang, "Akhhh... El!!" Saat Elvano menepuk kuat pantatnya dan Sena dengan cepat membalas dengan melayangkan pukulan di pundak pria itu.
"Kau mulai berani memukulku," kata Elvano terdengar tajam. "Tadi kau juga sudah berani menjambak rambutku!"
Sena memutar bola mata saat mendengar ucapan Elvano. Wanita cantik itu semakin menenggelamkan wajahnya dan mengeratkan pelukannya pada leher sang atasan.
Elvano hanya tersenyum kecil, ia melirik pada Sena yang kini tengah berada di atas pangkuannya seraya memeluk dirinya. Setelah berhasil menyerang Sena di sofa, Elvano duduk dengan memangku Sena dan meminta wanita itu untuk tidur di apartemennya, lebih tepatnya Elvano ingin Sena tinggal bersamanya.
Akan tetapi, ternyata Sena tidak ingin menuruti keinginan Elvano. Ia tetap ingin kembali ke apartemennya sendiri.
"Tracker akan carikan satu unit penthouse untukmu."
"Aku tidak mau!" Sena langsung menegakkan kepalanya dan menatap tajam pada Elvano. "Aku bilang tidak mau, ya tidak mau! Jangan terus memaksaku!"
Sena menolak keras, nada suaranya sudah terdengar menekan, tapi Sena masih mampu menahan diri di depan Elvano.
"Jangan buat aku terlalu banyak berharap pada sesuatu yang belum pasti," katanya lagi dengan terus memandang Elvano dengan mata yang tajam, juga tatapan yang begitu dalam.
Sena turun dari pangkuan Elvano dan berpindah ke sofa lain, meninggalkan Elvano yang terdiam, seperti tengah mencoba untuk memahami smua yang Sena katakan.
Dan tak lama setelahnya, Elvano terlihat mengangguk. "Aku paham sekarang," ucap Elvano yang membuat Sena menoleh ke arahnya. "Aku sudah mengerti keinginanmu." Elvano bisa melihat sinar mata Sena yang seketika berubah. Sepertinya wanitanya itu sudah tidak marah lagi padanya.
Elvano berdiri dan mendekat pada Sena. "Aku tidak akan memaksamu lagi untuk melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan. Aku menghargai keputusanmu." Elvano tersenyum, ia mengulurkan tangan meminta Sena berdiri.
Sena menerima uluran tangan itu. Ia membalas pelukan Elvano yang langsung mendekap tubuhnya. Elvano tidak ingin Sena merasa tidak nyaman, terutama dengan sikap dan perintah kerasnya.
"Aku lebih suka menikmati prosesnya, daripada langsung menerima hasilnya," ucap Sena pelan dalam pelukan Elvano.
Kalimat yang terdengar sederhana, tapi Elvano sangat mengerti bahwa Sena sedang menunjukkan batasannya.
Elvano tahu bahwa Sena tidak ingin dinilai sebagai wanita yang mudah, yang hanya menerima pemberian tanpa ada komitmen yang jelas, Elvano sangat sadar dan tahu itu.
"Orang-orang Tracker akan membersihkan apartemenmu sebelum kau pulang."
Sena hanya mengangguk. Ia juga mengerti maksud Elvano membersihkan apartemennya bukanlah membersihkannya dari sampah, tapi dari orang-orang Rexi yang kemungkinan masih ingin mengincar wanitanya.
*
*
*
"Nona Sena selalu saja berhasil kabur dari pengejaran Anda. Dia sangat licin, padahal Tuan sudah menunggu hampir dua jam di depan pintu apartemennya, kan."
Rexi yang tengah duduk di kursi kerjanya itu tak perduli dengan ucapan asisten pribadinya yang mengomentari tentang gagalnya sang bos untuk menangkap Nona Sena.
Netranya tengah fokus membaca semua hal yang beberapa saat lalu ia minta asistennya untuk mencari tahu.
Rexi terlihat berpikir keras. Banyak berkas yang ia baca dan coba pahami. Dilihat dari kerutan pelipisnya, ia seperti tengah berusaha memecahkan teka-teki yang ada.
"Lakukan ini, Jack. Atur pertemuanku dengannya," kata Rexi dengan tangan yang menyentuh sebuah nama di dalam berkas.
Jack, asisten pribadi Rexi sempat terkejut melihat siapa yang ingin ditemui oleh sang atasan.
"NAV Corp? Kita tidak memiliki kerjasama dengan perusahaan itu, Tuan."
"Kita akan bekerja sama dengan mereka," kata Rexi singkat, setelahnya ia menyingkirkan berkas-berkas itu dan dirinya sudah sibuk dengan pekerjaan lain. "Pastikan pertemuan itu terjadi di perusahaannya," tambah Rexi lagi pada Jack.
Jack pun langsung mengangguk menerima perintah dari atasannya itu tanpa pertanyaan. Ia harus segera mengatur pertemuan antara Rexi Kayson Rykhad, presedir Rykhad Holdings dengan Elvano Abraham sebagai pemimpin NAV Corp di perusahaan NAV Corp sesuai dengan yang Rexi inginkan.
"Kali ini, aku benar-benar akan menyeretmu pulang, Sena." Rexi tersenyum kecil membayangkan wajah Sena saat kembali melihat dirinya nanti.
Sena abaikan aja terus Elvano. Buat dia jadi mayat hidup karena terlalu merindukan mu. Jangan mudah kasih maaf/Determined//Facepalm//Facepalm/