NovelToon NovelToon
KINASIH (Babak Pertama)

KINASIH (Babak Pertama)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Persahabatan / Dunia Hybrid
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rona Aksara

Perlu waktu lama untuknya menyadari semua hal-hal yang terjadi dalam hidupnya.
suka, duka, mistis, magis, dan diluar nalar terjadi pada tubuh kecilnya.
ini bukan tentang perjalanan yang biasa, inilah petualangan fantastis seorang anak berusia 12 tahun, ya dia KINASIH.

Pernah kepikiran engga kalau kalian tiba-tiba diseret masuk ke dunia fantasi?
kalau belum, mari ikuti petualangan kinasih dan rasakan keseruan-keseruan di dunia fantasi.

SELAMAT MEMBACA..!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rona Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23: Kawan atau lawan?

Suasana hening menyelimuti ruangan kimia akademi fonte de magia. Masih terlihat dengan jelas jika kedua goblin—Ester dan adelle—sejak tadi hanya termenung. Mencoba mencerna ulang kata-kata Ma'am viola. Mereka masih belum sepenuhnya yakin dengan apa yang dikatakan oleh penyihir misterius itu. Di dalam benak mereka, mereka menyimpulkan, jika ma'am viola memang berniat baik, tidak mungkin kinasih ingin melawannya. Namun, disisi lain ma'am viola langsung melemas ketika mendengar nama kinasih.

"Hei adelle, mungkinkah kinasih penjahatnya?." Ester membuka obrolan.

"Aku tidak tahu. Kinasih sepertinya hanya manusia biasa." Adelle menggeleng.

"Daripada kita hanya berdiam diri saja, lebih baik kita bicarakan perihal ini dengan kak ella dan kinasih." Ester memberi saran.

Adelle mengangguk. Mereka berdua akhirnya memilih untuk pulang. Namun sesampainya diambang pintu ruangan kimia, Ma'am viola sudah berdiri menunggu mereka.

"Aku akan ikut kalian, pertemukan aku dengan kinasih. Tapi tenang, aku tidak akan melawannya." Pinta ma'am viola dengan lagak sombongnya.

Kedua goblin itu saling tatap. Awalnya mereka berpikir untuk menolak. Namun, lebih baik mengiyakan daripada masalah ini semakin panjang.

"Baiklah ma'am, kami akan mengajak anda. Tapi ingat, jangan pernah bertindak diluar kendali." Ester membalas dengan lagak yang lebih sombong.

Tak ada jawaban dari ma'am viola.

...

Siang itu, Ella sedang menyiapkan segala peralatan untuk pergi berburu. Ras goblin hampir sama dengan Para peri. Mereka hidup berdampingan dengan alam. Mereka meyakini jika alamlah yang memberi mereka kehidupan yang layak hingga akhir hayat mereka.

"Dimana kau akan berburu, ella." Kinasih tiba-tiba tepat berada di belakang ella.

"Di hutan sebelah utara. Tidak begitu jauh dari desa ini."

Kinasih mengangguk. "Apakah kau berburu di waktu-waktu tertentu saja, ella?."

"Tidak. Beberapa hari lagi bulan purnama akan muncul, asih. Mungkin disaat seperti ini, aku bisa mendapatkan beberapa ekor serigala di hutan sana." Ucap ella sambil mengasah sebilah pedangnya.

Selama ini, para goblin bertahan hidup dengan berburu hewan liar di dalam hutan. Meskipun di sejauh mata memandang hanya ada padang rumput yang subur, Namun banyak yang tidak tahu jika di sebelah utara desa para goblin terdapat sebuah hutan belantara yang penuh dengan binatang liar.

Dalam sekali berburu, mereka mampu mendapatkan beberapa hewan. Seperti monyet-monyet kecil, anak-anak musang, bahkan serigala pun mereka dapatkan. Meskipun para serigala hanya muncul pada saat masa-masa menuju kemunculan bulan purnama.

Dari kejauhan muncul 3 makhluk yang sedang berjalan kearah ella dan kinasih yang masih asyik menyiapkan alat berburu. Ketiganya berjalan dengan memasang wajah serius. Seperti ingin menyerang lawan yang sangat kuat.

Kinasih yang menyadarinya mencoba memicingkan kedua matanya. Dilihatnya lamat-lamat. Lalu dia menyadari keberadaan seorang penyihir. 1 dari 3 makhluk itu, memakai pakaian layaknya penyihir. Dengan senyum jahat yang menghiasi wajah cantiknya.

"Ella, siapkan senjatamu." Bisik kinasih.

Ella mengernyitkan dahi. "Kenapa, asih. Apa yang kau lihat?."

"Kita tidak punya banyak waktu. Lihatlah di depan sana sedang berjalan seorang penyihir bersama pengawalnya." Ujar kinasih sambil mengangkat dagunya ke arah ketiga sosok tersebut.

"Hei, itu ester dan adelle. Tapi tunggu, kau benar. Siapa yang mereka bawa kemari?."

Semakin ketiga sosok itu melangkah maju. Semakin dekat juga jarak ketiganya dari rumah ester.

Melihat jika itu memanglah penyihir, Kinasih semakin was-was. Dia segera memasang sarung tangan di tangan kanannya. Dia mencoba mendekati ester, adelle, beserta penyihir aneh itu.

"Tunggu, asih. Jangan gegabah." Ella mencoba mencegah kinasih.

Kinasih tetaplah keras kepala. Dia semakin maju, dan kini jelas sudah. Kedua matanya menangkap sesosok wajah yang tidak asing baginya. Sang penyihir yang telah mengubah tubuh ratu reyna menjadi batu, tidak lain dan tidak bukan yang dilihatnya adalah viola.

"ASTAGA, KAU RUPANYA, VIOLA!" Teriak kinasih.

Ma'am Viola menepuk jidat. Dia datang bukan bermaksud untuk bertarung. Ini salah paham.

Kinasih segera menutup kedua matanya. Mencoba memfokuskan aliran petir menuju sarung tangan di tangan kanannya. Kali ini kinasih berhasil dengan sekali coba. Dia cepat belajar dari kesalahan. Dalam hitungan detik, sarung tangan itu telah dipenuhi oleh percikan petir.

"AKAN KUBALASKAN DENDAM TUAN RATU."

Kinasih segera berlari dengan cepat menuju kearah ma'am viola. Bermodalkan sarung tangan dengan percikan petir, dia berlari sekuat tenaga. Dengan jarak beberapa senti, dia segera melompat setinggi-tingginya.

"KILATAN PETIR MENYAMBAR!"

SSZZT... SSZZTT...

Percikan petir pada sarung tangannya seketika berubah menjadi kilatan petir dengan tegangan tinggi. Membuat bulu kuduk merinding bagi siapa saja yang melihatnya.

Ma'am Viola yang menyadari serangan kejutan dari kinasih mencoba menghindar.

BLAR...

"Tunggu, kinasih. Aku tidak berniat menyakitimu." Ma'am viola memohon.

Kinasih bersungut-sungut. Tanpa pikir panjang dia mencoba menyerang sekali lagi. Dia hentakkan kakinya ke tanah. Seketika pijakannya membuat tanah itu retak. Langit dengan cepat mulai menghitam. Menghadirkan petir-petir yang bertalu-talu.

"Lari adelle. Cepat!." Ester segera menyeret tangan adelle untuk pergi dari hamparan rumput yang kini menjadi arena pertarungan.

"Aku tidak akan mempercayaimu, Viola." Kinasih mulai mengangkat kedua tangannya. Sebuah bola raksasa yang dibalut dengan petir berwarna biru, perlahan terlihat berada di kedua tangannya.

Ma'am viola tak berkutik. Dia ingin melawan, namun kedatangannya bukan untuk bertarung.

"Hentikan, kinasih. Aku mohon. Aku tidak bermaksud menyakitimu." ma'am viola merintih.

Kinasih tidak lagi peduli dengan rintihan penyihir yang telah membuat semua peri di desa orchidia bersedih.

"SENGATAN BOLA PETIR BERTUBI-TUBI." Kinasih segera melemparkan bola petir itu tepat diatas ma'am viola.

"Astaga, kekuatan apa ini?." Gumam ma'am viola di dalam hati.

BLARR.. BLARR.. BLARR...

Bola petir raksasa itu dengan cepat menembakkan percikan petir berwarna biru dengan membabi buta. Meskipun hanya percikan petir, Namun memiliki daya serang yang kuat.

Ma'am viola tak bisa berbuat apa-apa. Dia mencoba berlari, namun bola raksasa itu selalu mengejarnya.

"RASAKAN ITU. PENYIHIR KURANG AJAR!." Teriak kinasih dengan lantangnya.

Ester, adelle, beserta ella hanya diam menyaksikan pertarungan di hadapannya. Mereka tidak tahu harus berbuat apa.

BLAR... BLAR... BLAR...

Serangan petir itu semakin membabi buta. Ma'am viola sejak tadi hanya menghindar. Tidak mau menyerang balik. Namun, kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Dia mencoba memutar otak. Memikirkan segala cara.

Ma'am viola lalu mengeluarkan tongkat sihirnya. Cara terakhir yang ada di pikirannya adalah melawan balik kinasih. Mau tidak mau, dia harus melakukannya. Semua demi keselamatan para goblin. Dia ayunkan tongkat sihirnya. Seketika tubuhnya menghilang. Lalu berpindah tempat, tepat di belakang kinasih.

Seketika bola petir raksasa itu berhenti menyambar. Bola itu merasa kehilangan targetnya. Kinasih menyipitkan mata, dia langsung menyadari jika ma'am viola tak lagi ada disana.

"Jangan coba-coba lari, dasar..." Belum selesai kinasih berbicara. Tiba-tiba mulutnya telah dibekap dari belakang oleh ma'am viola.

"Hentikan, kinasih. Aku datang untuk mengajakmu bergabung bersama ester, adelle, dan juga diriku." Bisik ma'am viola. Lalu segera melepaskan tangannya dari mulut kinasih.

Kinasih segera menjauh dari ma'am viola. "apa yang kau inginkan, hah?."

Ma'am viola menghela napas panjang. Lalu memberi kode kepada ester dan adelle untuk menjelaskan semuanya.

"Tahan emosimu, asih. Kami yang mengajak ma'am viola untuk bertemu denganmu." Ucap adelle.

"Ma'am viola tidak bermaksud jahat. Dia ingin membantu kita dari musnahnya ras goblin di dunia fantasi ini." Ester tertunduk.

Ella yang sedari tadi hanya diam, seketika terkejut mendengar pernyataan ester. "apa maksudmu?."

"Akademi fonte de magia, adalah tempat untuk mengadu domba para ras goblin. Stella dan magenta bukan penyihir yang baik. Mereka adalah dalang dari semua ini." Ma'am viola mencoba mendekati ella.

Ella bergidik ngeri. "K-k-kau berbohong, kan? Sejak dulu mereka adalah penyihir yang baik. Mengajarkan semua bentuk sihir kepada kami."

Ma'am viola menghela napas. "Itu hanya kedok, ella. Jika kau memang pernah bersekolah disana, apakah kau pernah melihat beberapa goblin tewas dalam acara kontes sihir?."

Ella menelan ludah. Lalu mengangguk perlahan.

"Sekarang bagaimana, kinasih. Apa kau sudah mempercayai jika kedatanganku bukan untuk bertarung denganmu?."

Seketika petir berwarna biru hilang dari sarung tangan kinasih. Langit pun tidak lagi menghitam. kinasih meredam emosinya.

"Baiklah, kali ini kau adalah kawan, Viola. Aku akan ikut membantu menyelamatkan para ras goblin." Kinasih segera berjalan kearah ma'am viola.

Ma'am viola tersenyum. "Bagaimana denganmu, goblin dengan tubuh berotot?."

Ella menelan ludah. Perasaannya masih campur aduk. Selama ini dia tidak menyangka jika semua yang telah terjadi adalah kejahatan para penyihir itu.

"Aku akan membantu kalian, meskipun badanku kekar, Namun aku adalah healer. Aku bisa membantu dari belakang. Menyembuhkan jika ada dari kalian yang terluka."

Ma'am viola mengangguk. Lalu menoleh kearah ester dan adelle yang gemetar. "bagaimana? Kita mendapatkan bantuan, kan?."

Ester dan adelle saling tatap. Lalu keduanya mengangguk.

Minggu depan, kontes sihir akan segera diadakan tepat disaat bulan purnama sedang merekah di langit. Dan saat itu juga, Rencana penghancuran akademi fonte de magia akan segera dilaksanakan oleh ma'am viola, ester, adelle, ella, beserta kinasih.

......Bersambung......

1
Oscar François de Jarjayes
Sudut pandang baru
Rona Aksara: engga, itu cuma adegan pembuka aja, sudut pandangnya masih kinasih kok
total 1 replies
Dâu tây
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
Rona Aksara: merinding sebadan badan ga kak? /Chuckle/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!