Bagaimana jadinya jika seorang muslimah bertemu dengan mafia yang memiliki banyak sisi gelap?
Ketika dua hati berbeda warna dan bertemu, maka akan terjadi bentrokan. Sama seperti iman suci wanita muslimah asal Indonesia dengan keburukan hati dari monster mafia asal Las Vegas. Pertemuannya dengan Nisa membawa ancaman ke dunia gelap Dom Torricelli.
Apakah warna putih bisa menutupi noda hitam? Atau noda hitam lah yang akan mengotori warna putih tersebut? Begitulah keadaan Nisa saat dia harus menjadi sandera Dom Torricelli atas kesaksiannya yang tidak sengaja melihat pembunuhan yang para monster mafia itu lakukan.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiBaW — BAB 17
MELIHAT PEMANDANGAN INDAH
Dengan menatap tajam dan mendengar ucapan Dom, Christian tak lagi bicara dan tak lagi ingin membuat pria itu semakin marah dan menjauh darinya.
“Aku harap kau tidak akan menyesali ini Dom.”
Pria itu tak menjawabnya selain menatap tegas ke ayahnya hingga Christian akhirnya pergi dari mansion tersebut dengan wajah angkuhnya yang sama seperti Dom Toricelli.
Sedangkan Dom sama sekali tidak peduli akan kepergian Christian.
“Antar mereka keluar Mike! Dan pastikan tidak ada yang mengikutinya.” Pinta Dom kepada assisten nya itu saat Sarai juga akan kembali bersama Jesse.
“Datanglah ke mansion, Dom! Dan menginap lah bersama istrimu juga, itu juga rumahmu!” ucap Sarai yang terlihat bahwa dia rindu akan kehadiran dan tinggal bersama dengan kakaknya itu. Meski mereka tiri, namun mereka cukup akrab.
Tidak seperti hubungan Dom dan Jones yang sangat tak cocok seperti Sarai.
“Itu akan menguras emosiku, akan aku pikirkan.” Balas Dom membuat Sarai tersenyum kecil. Hingga akhirnya mereka benar-benar pergi meninggalkan Dom di mansion nya sendiri lagi.
Oh, sekarang pria itu tidak sendirian lagi, melainkan ada mainan baru yang menemaninya.
Mata silver Dom menatap kepergian mobil Christian dan Jesse, terlihat bagaimana pria itu memperhatikannya dengan tatapan tajam. Sungguh! Christian selalu saja membuatnya kesal akhir-akhir ini.
“Tuan! Barang kita baru saja tiba, saya akan mengeceknya di pelabuhan jika Anda tidak keberatan.” Ucap Mike.
“Hm, lakukan.” Pinta Dom sehingga pria berkaos hitam tadi mengangguk lalu pergi, bersamaan dengan langkah Dom yang juga masuk ke rumah mewah dan elegan nya itu.
Para pelayan juga baru saja kembali ke kamar mereka untuk istirahat karena memang ini sudah memasuki tengah malam. Namun Dom masih melihat keberadaan Ellie di kepala pelayan di sana.
“Tuan? Anda butuh sesuatu?” tanya wanita tua tadi dengan terkejut ketika Dom menghampirinya sendiri, tak seperti biasanya— memanggil.
“Bawakan aku pakaian tertutup.”
“Untuk nyonya Nisa?”
“Ya.” Jawab singkat Dom dengan suara dinginnya lalu pergi.
.
.
.
Sementara di dalam kamar yang baru. Nisa nampak lebih terpukau akan kamar itu, meski semua cara berwarna gelap yang menambah kesan mendalam dan sunyi. Tentu saja, itu adalah kamarnya Dom, pria itu juga menyuruh anak buahnya membawa Nisa ke kamarnya.
“Aku tidak bisa memakai pakaian ini lagi. Tolong bantu aku Ya Rabb!” gumam Nisa dengan tatapan sedih.
Hingga wanita itu melihat adanya ruangan lain yang diduga adalah tempat tersimpan nya pakaian dan aksesori lengkap di sana. Nisa segera masuk ke ruangan ganti tersebut dengan senyum kecil, berharap ada pakaian wanita di sana. Namun— deg!
Ia terkejut saat melihat pakaian pria di sana.
“Jadi ini kamarnya?”
Tentu saja Nisa kesal dan keluar dari ruangan tersebut. Saat dia berjalan ke arah pintu keluar kamar, pintu terkunci dari luar. Oh yang benar saja! Tok! Tok! Tok! “Aku ingin keluar, buka pintunya!” pinta Nisa yang kali ini dia tak ingin berteriak dan menggebu.
“Maaf nyonya, ini perintah dari tuan Dom!” balas anak buah Dom yang berjaga di depan pintu kamar tersebut.
Nisa menarik napas dalam-dalam dan melangkah mundur, menoleh ke belakang hingga mengamati ruangan luas itu juga kasur king size yang nampak empuk dan mahal.
“Ya Allah... Sampai kapan aku harus bertahan di sini bersama nya. Dia pria yang buruk dan Engkau Maha Mengetahui.” Gumam Nisa yang rasanya ingin menangis namun air mata tak ingin lagi keluar, mungkin sudah lelah.
Sungguh! Dia tak ingin lagi marah, ini sudah tengah malam, rasa kantuknya menguasainya saat ini, namun Nisa harus mandi dan membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.
Selang beberapa menit, Dom yang sejak tadi di luar, kini pria itu masuk ke kamarnya dan meletakkan satu piyama tidur dengan bahan lembut warna hitam bergaris putih berlengan panjang, itu sudah tertutup. Namun Dom tidak membawa sebuah hijab, dan itu disengaja olehnya. Ingat— pria itu ingin mengotori Nisa dengan membawanya ke kehidupannya.
Dia sangat yakin tidak ada yang namanya iman suci dan kuat. Dan Dom juga yakin bahwa tidak ada Tuhan yang melindungi di dunia ini.
Berada di kamar mandi tanpa sepengatahuan Nisa yang kini tengah mandi di bawah shower. Dom berdiri di sana, memandang ke siluet tubuh telanjang Nisa yang terlihat jelas meski warnanya hanya menampilkan warna hitam bak bayangan karena kaca pembatas tersebut memang seperti itu, tapi setidaknya Dom bisa melihat jelas lekuk tubuh Nisa saat ini.
Bahkan saat wanita itu terus mengusap kepalanya, membuat pergerakan tersendiri dari dua payudaranya yang juga dapat Dom lihat.
Pria itu menyeringai kecil, sampai akhirnya Nisa menyelesaikan mandinya dan membuka pintu kacanya, lalu melotot kaget ketika melihat keberadaan Dom di kamar mandi.
“KAU SEDANG APA? APA KAU TIDAK PUNYA SOPAN, MENGINTIP WANITA MANDI.” Kesal Nisa saat dia kembali masuk dan bersembunyi di balik dinding kaca dalam keadaan telanjang bulat.
“Aku tidak mengintip wanita lain, aku hanya menikmati pemandangan indah dari tubuh seksi istriku!” goda pria itu dengan sengaja meski tatapan Dom masih menunjukkan ketegasan dan juga dingin serta angkuh. Pria itu mengatakannya tanpa senyuman.
Nisa mencoba menahan amarahnya mendengar ucapan santai Dom.
“Pergilah jika kau masih punya etika dan malu Tuan Dominic.” Ujar Nisa yang masih bersembunyi di balik dinding kaca sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
“Dom! Apa perlu aku mencium mu agar kau tidak salah ucap sexy girl!”
“Berhenti memanggil ku dengan nama menjijikan.” Kesal Nisa yang menoleh ke kiri tanpa berbalik badan.
Dom sendiri masih berada di sana hingga pria itu melangkah maju dan mengetuk dinding kaca tepat di belakang Nisa berdiri. Tok! Tok!
Tentu saja Nisa tak berani berbalik badan karena jika dia berbalik, maka Dom bisa melihat lekuk tubuhnya lebih jelas.
“Keluar sebelum lima menit, jika tidak maka aku akan menghancurkan dinding ini untukmu.” Pinta Dom bersuara dingin dan membuat kulit Nisa merinding.
Setelah mengatakannya, Dom keluar dari kamar mandi, namun meski begitu, Nisa nampak menahan gemetar di tubuhnya dan rasa takut saat pria itu mengatakannya.
-’Apa yang akan dia lakukan? Dia mau apa?‘ pikir Nisa yang sudah tak karuan.
Dia takut jika Dom melakukan hal yang lebih dari ciuman. Sudahlah dia menciumnya paksa, kini pria itu pasti memiliki rencana licik lainnya.
Tak butuh waktu lama berganti pakaian yang sudah Dom bawakan, Nisa keluar dalam keadaan rambut panjangnya yang basah tertutupi oleh handuk kering dan kecantikan naturalnya khas Asia.
Wanita itu menatap tajam ke arah Dom yang kini duduk di sofa singel sembari meneguk segelas vodka.
Melihat bagaimana Nisa mencoba menutupi rambutnya membuat pria itu geram sendiri.