NovelToon NovelToon
ISTRI GEMUK CEO DINGIN

ISTRI GEMUK CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Hamil di luar nikah / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: aufaerni

Mateo Velasco, CEO muda yang tampan dan dingin, terbiasa hidup dengan kendali penuh atas segalanya termasuk reputasinya. Namun hidupnya jungkir balik saat suatu pagi ia terbangun di kamar kantornya dan mendapati seorang gadis asing tertidur telanjang di sampingnya.
Gadis itu bukan wanita glamor seperti yang biasa mengelilinginya. Ia hanyalah Livia, seorang officer girls sederhana yang bekerja di perusahaannya. Bertubuh gemuk, berpenampilan biasa, dan sama sekali bukan tipe Mateo.
Satu foto tersebar, satu skandal mencuat. Keluarganya murka. Reputasi perusahaan terancam hancur. Dan satu-satunya cara untuk memadamkan bara adalah pernikahan.
Kini, Mateo harus hidup sebagai suami dari gadis yang bahkan tidak ia kenal. Tapi di balik status sosial yang berbeda, rahasia yang belum terungkap, dan rasa malu yang mengikat keduanya sebuah cerita tak terduga mulai tumbuh di antara dua orang yang dipaksa bersama oleh takdir yang kejam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufaerni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MEMBURU PENGKHIANAT

Livia tengah membuat secangkir teh hangat untuk dirinya sendiri di dapur kecil dekat ruang belakang. Uap dari gelas bening mengepul perlahan saat ia mengaduknya perlahan, berharap kehangatan teh itu bisa sedikit meredakan rasa lelah dan mual yang ia rasakan.

Namun ketenangan itu buyar saat suara bentakan terdengar dari arah ruang keluarga. Livia spontan menoleh dan segera berjalan pelan menuju sumber suara.

Dari balik dinding, ia melihat Mateo sedang berdiri dengan wajah merah padam, matanya tajam menatap beberapa pria berbadan kekar yang berdiri dengan kepala tertunduk. Di meja tampak beberapa lembar foto berserakan.

"Ini tugas sepele! Tapi kalian tetap saja gagal melakukannya!" bentak Mateo sambil melempar salah satu foto ke meja dengan gerakan kasar.

"Maafkan kami, Bos," salah satu pria itu menjawab dengan suara rendah. "Pria itu kabur ke hutan. Kami sempat mengejarnya, tapi kehilangan jejak."

Mateo melangkah cepat ke arah pria itu, menatapnya dengan tatapan mengancam. "Cari sampai dapat! Aku tak peduli nyawa kalian jadi taruhannya, yang jelas orang itu harus ditemukan dalam keadaan hidup atau mati."

Setelah itu, tanpa sepatah kata lagi, Mateo berbalik dan melangkah keluar rumah. Suara pintu utama yang dibanting keras membuat Livia memejamkan mata sesaat. Ia tidak tahu siapa pria yang mereka cari, tapi dari nada suara dan kemarahan Mateo… itu pasti sesuatu yang besar.

Dan entah kenapa, hatinya mulai dihantui firasat buruk.

Mateo masuk ke dalam mobilnya dengan gerakan kasar. Pintu ditutup dengan dentuman keras, dan tanpa menunggu lama, ia segera menyalakan mesin lalu melajukan mobil menuju kantornya.

Wajahnya terlihat tegang, rahangnya mengeras menahan amarah yang mendidih.

Di dalam mobil, pikirannya terus dipenuhi bayang-bayang wajah seorang karyawan yang selama ini begitu ia percaya. Wajah polos dan tutur kata yang tenang, yang selama ini berhasil menipu penglihatannya.

"Berani-beraninya kau mempermainkanku..." desis Mateo, jemarinya mengepal di atas setir.

Ia menatap lurus ke jalan, namun pikirannya berkelana pada angka-angka dalam laporan keuangan yang tak sesuai, serta bukti manipulasi data yang akhirnya terbongkar. Kerugian besar yang ditanggung perusahaannya, tak lain dan tak bukan karena pengkhianatan satu orang itu.

"Akan aku habisi kau, keparat. Tak akan kubiarkan kau hidup tenang setelah menusukku dari belakang."

Mateo melajukan mobilnya lebih cepat, penuh tekad dan dendam yang perlahan membakar hatinya.

Begitu mobil Mateo berhenti di basement kantor, ia keluar dengan langkah cepat dan penuh amarah. Pintu lift terbuka, dan para staf yang melihat kedatangannya segera berdiri, sebagian besar menunduk karena aura tegang yang dibawa pria itu.

"Semua yang terlibat dalam proyek terakhir kumpul di ruang rapat sekarang juga!" perintahnya keras.

Beberapa menit kemudian, ruangan besar itu dipenuhi oleh sejumlah karyawan yang duduk dalam kegelisahan. Mateo masuk tanpa menyapa, melempar map berisi laporan keuangan ke atas meja.

"Hampir setengah triliun lenyap karena satu bajingan. Dan lebih gila lagi, tidak ada satu pun dari kalian yang menyadarinya?!" suaranya menggema dan membuat semua orang terdiam kaku.

Ia berjalan mengelilingi meja dengan tatapan menusuk.

"Siapa yang terakhir berhubungan dengan Dion si pengkhianat itu? Siapa yang paling dekat dengannya? Jawab sebelum aku singkirkan kalian semua satu per satu!"

Salah satu staf keuangan memberanikan diri menjawab pelan, "Saya sempat bertukar laporan dengannya, Pak, tapi tidak tahu sama sekali soal—"

Mateo menepuk meja keras. "Jangan beri aku alasan murahan! Dari dulu aku tahu dia licik, tapi kalian... kalian yang membuat dia bebas bergerak seenaknya di perusahaan ini!"

Semua terdiam. Mateo mengeram dan akhirnya berkata dengan nada tegas, "Mulai hari ini, siapa pun yang menutup-nutupi atau melindungi si bajingan itu, akan kuanggap sama bersalahnya. Aku akan hancurkan kalian tanpa pikir panjang."

Ia menatap mereka satu per satu.

"Temukan dia. Aku ingin semua asetnya dibekukan, dan cari tahu siapa saja yang terlibat. Jika sampai minggu ini belum ada hasil... bersiaplah kehilangan pekerjaan kalian."

Mateo keluar dari ruang rapat dengan langkah berat dan penuh amarah yang belum juga reda.

Di tengah hutan yang lebat, suara dedaunan yang terinjak terdengar lirih namun pasti. Lima orang anak buah Mateo bergerak cepat menyusuri jalan setapak yang mulai tertutup semak. Nafas mereka terengah, peluh membasahi kemeja hitam mereka.

"Dia pasti belum jauh. Jejak sepatunya masih baru," ucap salah satu dari mereka sambil menunjuk ke arah tanah berlumpur.

"Kalau kita tak dapatkan dia hari ini, habislah kita," sahut yang lain, penuh kecemasan. Semua tahu betul bahwa murka Mateo bukan hal yang bisa mereka tanggung.

Sementara itu, di kantor pusat, Mateo duduk di kursi kerjanya, mengetukkan jari di permukaan meja kayu solid. Wajahnya tegang, tatapannya tajam mengarah ke jendela besar yang memperlihatkan kota dari lantai atas. Rokok di tangannya sudah hampir habis, namun kemarahannya belum juga reda.

Pintu ruangan diketuk perlahan.

Tok. Tok.

"Masuk," sahut Mateo singkat.

Dani, asisten pribadi yang paling dipercaya, masuk membawa setumpuk map.

"Ini laporan dari bagian keuangan, hukum, dan internal, Pak. Semuanya berkaitan dengan transaksi mencurigakan yang ditinggalkan Dion."

Mateo menatap Dani dengan dingin.

"Letakkan di meja. Dan pastikan tak satu pun staf dari tim Dion meninggalkan gedung hari ini. Kunci mereka di ruang audit kalau perlu."

"Siap, Pak."

Dani meletakkan laporan dengan hati-hati, lalu keluar secepat mungkin. Mateo membuka satu map, membaca cepat, lalu menggebrak meja dengan geram.

"Keparat! Bahkan dia manipulasi dokumen sejak empat bulan lalu. Dan aku baru sadar sekarang?!"

Mateo berdiri, mengambil jasnya. Ia tahu, ini bukan sekadar soal uang. Ini soal pengkhianatan, dan satu-satunya cara menyelesaikannya... adalah dengan menangkap Dion hidup-hidup.

Langkah Dion semakin gontai. Bajunya basah kuyup oleh keringat dan noda lumpur. Nafasnya tersengal, tenggorokannya kering seperti terbakar. Ia berhenti sejenak di balik batang pohon besar, lalu duduk bersandar sambil menatap ke langit yang mulai meredup.

"Aku nggak ngelakuin itu... demi Tuhan, bukan aku," gumam Dion, suaranya parau.

Ia meraba kantong celananya, hanya menemukan sisa cokelat batangan yang meleleh. Tapi ia terlalu lelah bahkan untuk makan. Satu-satunya hal yang menguasai pikirannya sekarang adalah bagaimana bertahan hidup dan membersihkan namanya.

Matanya berkedip panik ketika mendengar suara ranting patah dari kejauhan. Ia segera bangkit dan kembali berlari, menembus semak-semak liar. Luka goresan mulai menghiasi tangan dan wajahnya.

Namun di tengah pelariannya, ia terjatuh kakinya tersandung akar pohon besar. Dion meringis kesakitan, pergelangan kakinya terkilir. Ia berusaha bangkit tapi tubuhnya limbung, lalu jatuh terduduk.

"Kalau aku tertangkap sekarang... aku tamat."

Dion menyandarkan kepala ke batang pohon, mencoba mengatur napas dan menyusun rencana. Ia harus keluar dari hutan ini. Ia harus menemukan seseorang yang bisa dipercaya. Ia tahu, seseorang telah menjebaknya. Tapi siapa?

Sementara itu, tak jauh dari tempat Dion berada, lima pria berpakaian hitam menyusuri jalur berlawanan, menyisir setiap sudut hutan dengan wajah serius.

"Sinyal terakhir HP-nya dari sekitar sini," kata salah satu dari mereka.

"Jangan buang waktu. Tangkap dia hidup-hidup."

Mateo menyetir sendiri mobil sport hitamnya, melaju kencang menyusuri jalanan kota yang mulai sepi. Tangannya menggenggam erat setir, sementara pikirannya masih terbebani dengan emosi.

Saat ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk, Mateo melirik sekilas ke layar dashboard. Nama pengirimnya: Dani. Ia menepikan mobil di pinggir jalan, mematikan mesin sebentar, dan membuka email tersebut.

Subject: Latar Belakang Dion P.

Mateo membaca cepat. Matanya makin menyempit seiring tiap baris yang ia baca.

> "FYI, Dion P. adalah orang yang merekomendasikan Livia. untuk bekerja sebagai Office Girl di perusahaan anda. Menurut catatan arsip HRD, mereka adalah teman lama, bahkan disebut-sebut dekat sejak kecil."

Mateo menggeram pelan. Jari-jarinya mengepal hingga buku-bukunya memutih. Ia membanting ponselnya ke dasbor, dadanya naik turun menahan emosi yang menggelegak.

“Dion… Livia… Jadi kalian memang sudah bermain sejak awal?” desisnya dengan suara rendah, tapi penuh kemarahan.

Seluruh kejadian selama ini terasa seperti kepingan puzzle yang akhirnya membentuk satu gambaran besar pengkhianatan. Ia merasa diperdaya, dikendalikan, dan itu tak bisa dimaafkan.

“Perempuan licik. Dan si brengsek Dion… akan kuhabisi kalian berdua.”

Mateo kembali menghidupkan mesin mobilnya, menekan pedal gas dengan kasar. Mobil melaju kencang di malam yang sunyi, sementara pikirannya dipenuhi oleh satu tekad yaitu memaksa Livia bicara. Dan bila perlu menghancurkan Dion tanpa ampun.

1
kayla
lanjut kak..
Milla
next
Aulia Syafa
kpn thor , ada cahaya untuk livia
Uthie
Kapan itik buruk rupa berubah jadi angsa nya 😄
kayla
sampai kapan penderitaan ini thor..
atau apakah tak akan ada kebahagiaan untuk livia sampai akhir..
sampai ikut lelah/Frown/
Uthie
lanjut...masih sangat seruuu 👍
Lailiyah
luar biass
Lailiyah
ceritanya bagus bgtt...gereget dan sedihny dapet bgtttt thour....ditunggu up nya yee /Hey//Grin/
Uthie
ditunggu kelanjutannya lagiiii 👍🤗
Uthie
Kisah yg menarik untuk disimak 👍👍👍👍👍
Uthie
Tuhhh kann.. Nathan yg berkhianat 🤨
Uthie
Mateo terlalu kejam!!
Uthie
Mateo dibodohi dengan menumbalkan orang-orang tak bersalah dari kalangan bawah seperti Dion dan Livia... kasian nya! 😢
Uthie
berarti Nathan itu yaa yg mengkhianati dan menjebak Mateo?!??? 🤔
Uthie
kasiannya 😢
Uthie
kabur juga percuma dengan kekuasaan yg dimiliki keluarga Matteo 😢
Uthie
kasian nya 😢
Uthie
menarik 👍
Uthie
Coba mampir Thor 👍
Nur Adam
CEO si bloon ..ckck mslh ky gtu aja ga bisa selesaiin..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!