NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Alizar

"Aku tidak mau dijodohkan! Bukankah kalian semua tau kalau aku sudah memiliki kekasih? " "Kami semua tau nak, tapi tidak bisakah kamu menolong papa sekali ini saja, ? " "Tidak! Yang menjadi anak dirumah ini bukan hanya aku saja, masih ada Melodi di rumah ini, kenapa bukan dia saja yang kalian jodohkan! "

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

Risa memandang Melody dengan mata terbelalak. Wajahnya penuh kebingungan dan mulutnya terbuka tanpa suara saat mencerna kata-kata yang baru saja terlontar. Melody menelan ludah, matanya tidak berani menatap Risa langsung. "Iya, Risa. Kita lihat sendirikan. Ada yang tidak beres dengan pria itu, dan cara dia memandang kakakku... itu bukan pandangan seorang teman biasa."

Risa menghela napas, raut wajahnya berubah dari bingung menjadi prihatin. "Tapi, itu terlalu... drastis, Mel. Mungkin ada penjelasan lain," ucapnya sambil berusaha menenangkan suasana.

Melody menggigit bibirnya, frustrasi. "Aku tahu apa yang aku lihat, Risa. Dan kakakku, dia tampak sangat tidak nyaman. Seperti terjebak."

Keduanya duduk di bangku yang tidak jauh dari sana, pikiran mereka masing-masing tenggelam dalam kekhawatiran. Risa menatap Melody, matanya penuh empati. "Baiklah, apa yang ingin kamu lakukan sekarang? Kita tidak bisa hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa jika memang benar."

Melody mengangkat wajahnya, matanya bertekad. "Kita perlu bicara dengan kakakku. Kita harus tahu cerita sebenarnya dari mulutnya langsung. Jika memang dia dalam masalah, kita harus membantunya, Risa."

Kedua gadis itu kemudian berdiri, menguatkan diri satu sama lain dengan tekad untuk mengungkap kebenaran, apapun hasilnya nanti.

***

Maudy menarik napas panjang saat pria tua itu membuka pintu mobil. Dia berusaha menyembunyikan gugupnya, namun matanya yang was-was tak bisa berbohong. Pria tua itu menyadari kecemasan yang berkecamuk di wajah Maudy. Dengan suara yang berusaha menenangkan, dia bertanya, "Ada apa, Maudy? Kamu terlihat sangat khawatir."

Maudy menelan ludah, jantungnya berdegup kencang, "Pak, saya takut jika Melody—adik saya, berpikir yang bukan-bukan tentang kita. Saya khawatir dia menceritakan hal yang tidak-tidak kepada orang tua kami."

Pria tua itu mengangguk paham, matanya menunjukkan secercah kelembutan. "Maudy, saya mengerti kekhawatiranmu. Tapi percayalah, hubungan kita tidak seperti yang orang lain pikirkan. Saya menghargai dan mendukungmu, bukan memanfaatkan."

Maudy menggigit bibir bawahnya, masih tidak sepenuhnya yakin. "Tapi, bagaimana jika—"

Pria itu memotong, "Kita akan bicarakan ini dengan tenang dan cari solusi terbaik. Saya tidak ingin kamu merasa tertekan atau takut." Dia menawarkan senyum yang menenangkan, berharap bisa mengurangi beban yang Maudy pikul.

"Jika bukan karena perintah Arman, aku juga tidak akan mau menjadi wanita simpanan pria jelek gendut ini. " Batin Maudy

"Kenapa melamun sayang? Ini sudah sore, jadi ayo saya antar kamu pulang. " Ucap pria tua itu dan Maudy mengangguk saja.

Sepanjang perjalanan Maudy habiskan untuk melamunkan takdir yang ia jalani sekarang, entah kapan pastinya tapi yang jelas sikap Arman mulai berubah sejak dimana malam itu Maudy berbicara jujur tentang dirinya.

Sangking fokusnya melamun Maudy sampai tidak sadar jika ia sudah tiba digang dekat rumahnya.

"Kau melamun lagi? Kita sudah sampai, " Pak Harun berkata membuat Maudy sedikit terkejut

"Ah maaf, pak. Aku hanya masih kepikiran hal tadi, " Ujarnya dengan wajah tidak enak

Pak Harun tersenyum tangannya bergerak mengusap pelan puncak kepala Maudy, Maudy sedikit menggerakkan Kepalanya agar tidak terlalu tersentuh oleh tangan pria itu. "Jangan dipikirkan, sekarang pulang lah. " Ucapnya mencium singkat kening Maudy

Maudy terpaksa tersenyum lebar seolah ia merasa senang dengan kecupan singkat yang sangat menjijikkan bagi Maudy. Ketika Maudy hendak membuka pintu  tangannya diraih oleh pak Harun dan menarik Maudy agar lebih dekat lagi dengannya.

Cup!

Kembali satu kecupan mendarat di bibir pucat Maudy membuat Maudy melotot kaget, ia ingin protes atas tindakan pak Harun yang tiba tiba mencium nya seperti itu, namun sebuah benda persegi petak terselit di bagian dadanya membuat Maudy melipat bibirnya berusaha menekan agar tak mengomel.

"Itu kartu untuk mu, kau bebas memakainya, jika isi dari kartu itu habis maka jangan ragu untuk menghubungiku baby, " Ucap pak Harun

Maudy yang semula emosi perlahan mendekat dan memeluk pak Harun singkat. "Terima kasih, aku akan berbelanja dan mempercantik diriku. Kalau begitu, aku masuk ke rumah dulu, takut ada tetangga yang melihat kita sekarang. " Ucap Maudy cepat. Sengaja agar ia bisa menjauh dari pria tua jelek itu

Pak Harun tersenyum dan membiarkan Maudy keluar dari mobilnya. "Lusa aku akan menjemput mu kembali, jadi pastikan kau harus berpenampilan lebih cantik lagi, oke. "

Maudy mengangguk pelan "baiklah." Setelah nya mobil pak Harun pun Melani meninggalkan gang disekitar rumah Maudy.  Senyum Maudy perlahan hilang seiring mobil yang kian menjauh.

Ia menghela nafas dan memandang kartu yang tengah ia pegang. "Sampai kapan aku harus seperti ini, " Gumamnya pada diri sendiri.

Perlahan Maudy kembali masuk ke rumah nya, beruntung keadaan rumah tengah sepi karena Salamah dan Budi memiliki urusan lain, sedangkan Melody sendiri Maudy tak ambil pusing masalah tadi di mall nanti saja ia pikirkan alasan apa yang tepat ketika nanti adiknya itu benar mengadu pada ibu dan ayahnya.

Maudy berjalan gontai memasuki kamar, Maudy duduk di kursi kayu di sudut kamar, matanya berkaca-kaca, mengingat percakapan yang terjadi beberapa jam yang lalu. Arman, pria yang selama ini dia cintai, tiba-tiba mengubah segalanya dengan permintaannya yang tidak masuk akal.

"Dengar, Maudy. Aku sudah atur semuanya. Kamu hanya perlu mendekati pak Harun, manjakan dia, dan kita bisa kaya," kata Arman dengan nada serius namun dingin.

Maudy terpaku, hatinya terasa diremas. "Apa kamu gila, Arman? Aku tidak bisa melakukan itu. Itu bukan aku, apa pekerjaan yang aku lakukan saat ini masih kurang cukup bagimu? "suaranya bergetar, menahan amarah dan kesedihan.

Arman menatapnya tajam, "Jika kamu mencintaiku, kamu akan lakukan ini. Jangan buat aku meninggalkanmu karena hal sepele seperti ini."

Maudy menggigit bibirnya, berusaha keras untuk tidak menangis di depan Arman. Dia merasa hancur, dilema antara cinta dan harga diri yang terinjak-injak.

"Mengapa kamu tega memintaku seperti ini? Bukankah uang yang aku hasilkan selama ini sudah lebih dari cukup untuk biaya kita menikah? Lalu kenapa aku harus merayu peia itu juga hanya demi uang, apa kau sudah gila, Arman. "Ucapnya memelas, namun Arman sudah tidak seperti pria yang dulu dia kenal.

"Kamu yang memilih, Maudy. Aku atau dia," ujar Arman, lalu berlalu meninggalkan Maudy yang terduduk lemas, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Hatinya terasa seperti terbelah, harus memilih antara cinta yang telah berubah rasa atau menjaga keutuhan dirinya yang masih tersisa.

"Kau berubah Arman. Dulu sikap mu sangat manis, tapi kenapa sekarang kau tega melakukan ini semua dengan ku. Aku mencintaimu, mana mungkin aku tega menolak apa yang kau inginkan tapi, aku juga lelah jika harus bekerja dengan cara ini. " Maudy menangis mengingat sikap Arman yang jauh berubah tidak seperti 2 tahun terakhir yang selalu bersikap manis dan penuh dengan lemah lembut

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!