NovelToon NovelToon
Lingkaran Cinta Kita

Lingkaran Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Murid Genius / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / LOL / Bad Boy
Popularitas:17.3k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.

Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.

Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.

Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?

Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗

subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gadis itu Terlalu Terang

“Gue nggak nyangka, cowok seteliti lo bisa juga ceroboh, Haru. Sampe tangan lo dibalut perban begitu.” Suara Asaki meluncur.

Haru hanya tersenyum tipis. “Namanya juga ceroboh,” balasnya ringan, memilih untuk tidak memperpanjang atau menjelaskan.

Lalu, sepasang langkah perlahan menghampiri mereka. Seperti potongan gambar dari buku dongeng klasik, sepasang suami istri mendekat, berjalan selaras dalam harmoni yang tenang.

Tangan dinginnya tergenggam hangat oleh sang suami. Langkah mereka mendekat perlahan, membawa nuansa damai di tengah keramaian wisuda yang riuh.

“Selamat atas wisudamu, Haru,” suara bunda mengalun lembut, seperti doa yang disisipkan di antara kata. “Semoga kamu semakin menjadi putra yang bermanfaat… untuk negeri… dan dunia.”

Bunda merangkul harus berjinjit sedikit karena tubuh Haru yang tinggi. "Bunda dan ayah menyayangimu." Pelukannya terasa dalam. Haru memejam sejenak. Ada sesuatu yang tenang di sana.

“Tangan Bunda… dingin."

Ayah memahami batas waktu istrinya yang memiliki kepribadian introvert akut itu. “Bunda nggak bisa lama-lama, Haru.”

Haru mengerti. “Nggak apa-apa. Terima kasih, Bunda… sudah datang ke wisudaku.”

“Kita foto sebentar, lalu Ayah bawa Bunda kembali ke mobil, ya." ucap sang ayah.

“Baiklah."

"Aku bantu Bibi ke mobil juga ya," Tangan Asaki terulur untuk menuntun bunda setelah sesi foto selesai.

"Terima kasih, Asaki."

Asaki, Ayah, dan Bunda berjalan menjauh, meninggalkan Haru sendirian di tengah keramaian yang meriah.

Tapi justru dalam keramaian itulah Haru merasa sepi. Pandangannya menembus lautan toga dan warna pastel dari pakaian keluarga-keluarga lain, lalu jatuh tepat pada satu sosok.

Gadis itu berdiri di bawah cahaya siang, seperti malaikat kecil yang turun untuk merayakan kehidupan. Dress putih selututnya tampak bersinar, sederhana namun anggun, menyatu di antara keluarga lain yang sibuk tertawa dan berfoto.

Riasannya kali ini jauh dari kesan eksentrik. Tanpa eyeshadow yang melebar, tanpa lipstik yang mencolok. Hanya sentuhan lembut yang membuat wajahnya terlihat begitu alami dan...

...menyentuh hati.

"Kenapa kamu pakai baju begini, Zaraaa... nanti temen-temen abang ada yang ngelirik kamu, kamu yang abang salahin nanti," gerutu Ray dengan sorot mata yang benar-benar khawatir.

"Heish, abang nih. Mana ada yang ngelirik Zara. Noh, temen-temen abang pada sibuk sama keluarganya masing-masing," Zara menjawab dengan tangannya melambai seenaknya.

Lalu, muncul suara menyempil, "Zara, jangan lupa ada aku lho." Ya, itu Danish.

Zara cemberut. "Abang Danish mah biasa. Aku udah nggak percaya lagi sama abang. Bang Danish jelek."

"Jangan bikin aku tambah gemas, Zara—"

Bugh!

Tentu saja Ray menyikut ulu hati Danish. Ekspresinya penuh peringatan. "Jangan macem-macem."

"Shit! Sialan Ray!" sumpah Danish dalam hati, menahan sakit sekaligus malu di hadapan keluarga Ray.

Ray menatap adiknya dalam-dalam. "Zara, kamu harus bisa jaga diri. Kamu harus bisa mandiri. Abang nggak bisa selamanya jagain kamu. Besok, abang akan berangkat ke Inggris."

Senyum yang tadi merekah, kini perlahan memudar. "Iya... Zara ngerti," suaranya lirih.

Ray menyentuh kepala adiknya dengan lembut, lalu sedikit merunduk, mensejajarkan wajahnya. "Meski abang sering marah, sering keras sama kamu... abang tetap sayang sama kamu."

Langsung saja sorot mata Zara berbinar. Gadis itu mengangguk cepat. Seolah kalimat itu adalah doa yang selama ini ia tunggu untuk diucapkan.

"Tenang, Ray," ucap Danish mencoba ikut andil. "Gue bakal jagain adek lo."

"Ish! Abang Danish mah ngerayu mulu. Kalau berani jagain Zara, bilang dulu ke Papa." Mata Zara mengarah penuh makna ke Papanya yang berdiri di dekatnya.

Danish langsung ciut. "Ha-- halo Om..." katanya sambil cengengesan. Tak siap mental.

Papa tertawa pelan, "Zara, kamu putri Papa yang paling pintar. Bener kata kamu. Siapapun yang mau deketin kamu, harus siap deketin Papa dulu. Okei?"

"Okei, Papa!" seru Zara sambil memberi hormat dengan tubuh tegak gaya militer.

Dari jauh, Haru hanya berdiri diam. Matanya masih menatap Zara. "Gadis itu terlalu terang."

"Danish!" Sebuah suara nyaring dari arah lain memanggil. Tangannya melambai tinggi.

Danish menoleh. Wajahnya berubah kaku seketika. “Wah, nyokap gue…” Dengan canggung, ia pamit, “Gue cabut dulu ya, Ray. Nyokap manggil.”

Ray mengangguk. Danish pun berlalu.

Dan, Haru masih belum bergerak. Hanya menatap Zara… dan membiarkan perasaannya kembali mengalir diam-diam.

Zara menyapu pandangannya ke segala arah, seolah mencari seseorang. "Seharusnya… Haru juga wisuda, kan?" gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada siapa pun.

Dan tepat saat itu. Tatapan mereka bersambut.

Dada Haru mencelos.

Zara langsung melesat seperti anak panah kecil yang manis. “Haru Haru Haru… kamu wisuda juga kan! Selamat ya! Happy graduation, kalau kata abang Ray.” Suaranya ceria, wajahnya berbinar seperti matahari kecil yang tak sabaran untuk bersinar.

Keringat Haru mengucur di bawah toga hitamnya. Apalagi saat ia melihat Ray dan kedua orang tuanya ikut mendekat. Perlahan.

“Ya Tuhan… aku harus apa?” panik.

“Zara! Kamu tuh sok akrab banget sama Haru. Nggak sopan manggil langsung begitu. Pake Kak kek, atau Abang kek!” semprot Ray.

“Hehe, iya deh. Halo Kak Haru…”

Haru nyaris roboh. Jantungnya seperti terjatuh dari lantai 20. Ledakan kecil terjadi di dadanya saat melihat pandangan polos tak berdosa itu.

“Zara, dia siapa?” tanya Mama, menatap dengan senyum tipis namun penuh selidik.

“Dia temennya abang Ray, Mama. Namanya Haru. Tapi bukan Haru-haru aku terharu yaa… Tapi nama itu lebih indah dari kata terharu, kan? Artinya musim semi, kan?” Zara menatap Haru.

Haru hanya mengangguk kaku, jari-jarinya mulai dingin.

“Tuh, namanya indah banget, kan, Mama?” lanjut Zara sambil menatap Mamanya antusias.

Ray menepuk jidat.

Papanya hanya menghela napas panjang dan bertukar tatap dengan Ray. Tatapan para pria yang tahu betul: anak gadisnya lagi naksir.

“Zara, kamu jangan terlalu berlebihan sama orang lain, ya, sayang. Itu nggak baik,” ujar Mama lembut tapi tegas.

“Iya, Mama. Zara ngerti. Tapi bentar ya.” Dengan cekatan, Zara membuka paper bag besar yang dari tadi dibawa oleh Papa yang bahkan tak sadar ada paper bag lain terselip di dalamnya.

“Nih, buat kamu.” Ia menyodorkan sebuah paper bag kecil berwarna biru laut.

“Eh? Apa ini, Zara?” Tangan Haru mengambang. Sungkan harus diterima atau tidak. Juga, telapak tangan kanannya sendiri pun sedang diperban.

“Ada deh. Pokoknya terima aja. Itu tanda terima kasih dan ucapan selamat wisuda dariku.”

Bukannya menyerahkannya, Zara malah memindah tas itu ke tangan kirinya. Karena tak sabar ingin menunjukkan sesuatu juga. "Dan lihat Haru,"

Haru tak bisa berkata apa-apa. Dunia seolah berhenti berputar saat gadis itu berada di hadapannya. Hatinya bagai diterjang badai lembut, otaknya pun tak lancar berproses.

“Dan liat ini.” Zara menunjuk jepit rambut di sisi kepalanya. “Ini… koin seratus ribu pemberian kamu, aku jadiin jepit rambut. Bagus nggak? Aku bikin jadi matahari.”

Padahal Haru tahu betul, itu bukan koin. Itu kancing jaket varsity-nya yang ia lepas sendiri. Untuk menghibur gadis yang pura-pura mencari ‘koin seratus ribu’ saat itu hanya demi membuat gadis itu berhenti menangis. Dan kini… benda kecil itu diperlakukan seperti harta karun.

“Dan… lihat penampilanku. Apa aku… cantik?” tanya Zara, ragu-ragu namun penuh harap.

Ray tak tahan. Dengan ekspresi campuran antara gemas, kesal, dan malu, ia menjitak kepala adiknya.

Tuuk!

“Modus apa lagi yang mau kamu pamerin, heh?! Haru tuh cowok serius! Kamu jangan sembarangan godain dia. Aduh, Zara!!”

Tuk! Tuk! Tuk! Tuk! Pukul Ray pakai sisi telapak tangan kirinya. Tangan kanannya melenggang di pinggang. Tuk! Tuk! Tuk! Pukulnya lagi.

"Aw! Aw! Aw Aw!"

1
Nailott
oo ternyata dia laki2 yg ditabrak aku pikir bandhi ygm nabrrak.bukan bhandhi
Nailott
emanf zara bandel bin bodoh nantangin bahaya
Nailott
novel apa pulak ini
Miu Nih.: ke karya baru aku aja kak 🙏 ,, judulnya 'Mommy, kami butuh Papa' terima kasih 🙇‍♀️🙇‍♀️
total 1 replies
Lady Ev
apkah ini namanya semkin ku kejar semkin kau jauh? oh tidak!!🤦
Zuri
aku dah puyeng duluan sebelum memahami sesuatu🤧
Zuri
separuh dari jiwa Haru melayang
../Facepalm/
Aksara_Dee
terpengaruh dgn omongan bunda ya
Aksara_Dee
adududuhh... Zara jadi artis
Aksara_Dee
owh begitu
Afi Afifah
Sekali nanya, langsung ke ulu hati. 🔥
Afi Afifah
Satu pertanyaan, semua luka kebuka. 🙃
Afi Afifah
Zaraaa 😫😭🤧
Afi Afifah
Respect buat Zara yang masih bisa berdiri meski hatinya udah 99% dead battery. 🔋❌🤧🤧
Afi Afifah
hatinya lagi kayak kaca retak 🤧🤧
Afi Afifah
Zara paket lengkap: cantik, chaos, jenius, tapi hatinya hancur. Capek-capek jadi gemoy, ternyata dalemnya meleyot. 😭
Afi Afifah
GIRL. Please. Jangan self harm. 😭😭🤧🤧
Afi Afifah
fix ini adik butuh peluk + es krim rasa red velvet! hiks 🤧🤧
Afi Afifah
Plis... ini narasinya bikin dada sesak 🤧🤧
Afi Afifah
😭😭 Haru-nya bangun pas Zara pergi 😭😭
Afi Afifah
Sumpah ini manis banget. Simpel tapi dalem. Kayak coretan kecil yang bisa nyelamatin seseorang dari gelapnya dunia. 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!