Seri kedua Kau Curi Suamiku, Kucuri Suamimu. (Hans-Niken)
(Cerita Dewa & Fitri)
Masih ada secuil tentang Hans-Niken, ya? Juga Ratu anak kedua Hans.
Pernikahan yang tak diharapkan itu terjadi, karena sebuah kecelakaan kecil yang membuat warga di kampung Fitri salah mengartikan. Hingga membuat Fitri dan Dewa dipaksa menikah karena dituduh melakukan tindak asusila di sebuah pekarangan dekat rumah Fitri.
Fitri berusaha mati-matian supaya Dewa, suaminya bisa mencintainya. Namun sayangnya cinta Dewa sudah habis untuk Niken, yang tak lain istri dari Papanya. Dewa mengalah untuk kebahagiaan Papanya dan adik-adiknya, tapi bukan berarti dia berhenti mencintai Niken. Bagi Dewa, cinta tak harus memiliki, dan dia siap mencintai Niken sampai mati.
Sayangnya Fitri terus berusaha membuat Dewa jatuh cintai padanya, meski Dewa acuh, Fitri tidak peduli.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, Tuan!"
"Silakan saja! Cinta tidak bisa dipaksakan, Nona! Camkan itu!"
Apakah Fitri bisa menaklukkan hati Dewa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 - Foto Pertama
Dewa masih belum bisa memejamkan matanya, sedangkan Fitri, dia sudah tertidur pulas di Sofa setelah bertukar pesan dengan Tama. Dewa mendekati Fitri yang sudah tertidur pulas, ia pandangi wajah Fitri yang tenang.
“Maafkan aku Fit. Mungkin sejuta maaf pun kamu masih belum bisa memaafkan aku. Iya aku salah, izinkan aku untuk menebus semua kesalahanku selama ini. Aku janji untuk berubah, aku janji untuk bisa mencintai dan menerimamu, Fit,” ucap Dewa lirih dengan tangannya yang terulur mengusap kepala Fitri.
Melihat posisi tidur Fitri yang sepertinya tidak nyaman, Dewa menggendong tubuh Fitri, dan memindahkannya di tempat tidur. Biar dirinya saja yang tidur di sofa. Setelah memindahkan Fitri ke tempat tidur, dan memastikan Fitri sudah aman dan nyaman di tempat tidur, Dewa beranjak ke sofa. Biar Saja dirinya yang tidur di sofa, daripada dia tidur di sebelah Fitri, nanti malah Fitri tambah marah setelah bangun dan tahu dirinya ada di samping Fitri.
Dewa melirih ponsel Fitri yang ada di atas meja dekat sofa. Penasaran dengan ponsel Fitri, dia mengambilnya dan membuka ponsel milik Fitri. Dewa melihat wallpaper ponsel Fitri yang menunjukkan foto dirinya dan Fitri saat dulu sebelum menikah. Foto itu diambil saat mereka sedang di pantai, menemani Angkasa dan Mega yang bermain di pantai, dan mereka berdua foto bersama. Itu foto pertama kali mereka, dan itu pun Dewa yang mengambil gambarnya menggunakan ponsel Dewa, lalu mengirim foto itu kepada Fitri.
Sedekat itu mereka dulu, karena Dewa menganggap Fitri hanya sebatas adik saja, tidak ada perasaan apa pun dengan Fitri. Namun, ternyata salah, Fitri menganggap kedekatan itu karena Dewa tertarik padanya. Hingga Fitri berani mengungkapkan perasaannya pada Dewa, tapi Dewa menolaknya, dan terjadilah insiden yang tidak menginginkan itu.
Ternyata Fitri masih menyimpan foto itu, padahal Dewa sudah tidak menyimpan foto itu, dia langsung menghapus foto itu setelah mengirimkan ke Fitri. Dewa membuka galeri di ponsel Fitri. Ia ingin melihat foto yang di wallpaper Fitri, dan mengirimkan kepadanya. Namun, belum menemukan foto yang diinginkan, Dewa melihat foto-foto dirinya yang selalu dicuri Fitri diam-diam. Ada juga beberap foto Fitri dengan Tama saat mereka sedang pergi berdua.
Tidak peduli foto Tama dan Fitri, Dewa malah fokus dengan foto-foto dirinya yang memenuhi galeri ponsel Fitri. Entah kapan Fitri mengambil gambar dirinya, padahal Dewa jarang di rumah. Ada juga foto Dewa saat di kantor.
“Ini foto di ruang kerjaku, kenapa Fitri punya foto ini?” ucap Dewa dalam hati sambil berpikir Fitri dapat foto dirinya dari mana.
“Sebentar, ini waktu itu Tama sepertinya sedang di kantorku, apa Tama yang mengirimkannya? Masa sih? Dia kan cinta sama Fitri? Masa dia malah kirim-kirim fotoku?”
Dewa membuka room chat Fitri dengan Tama yang memang belum Fitri hapus. Banyak pesan yang lama juga belum Fitri hapus, karena menurut Fitri itu hanya chat biasa saja, apalagi yang sering chat dengannya hanya Tama, jadi mau dihapus pun tetap saja numpuk lagi chat dari Tama.
Banyak sekali chat dari Tama yang sangat perhatian pada Fitri. Benar-benar sesayang itu Fitri pada Tama. Di tengah kesendiriaanya selama ini yang sering di tinggalkan Dewa, Tama selalu mengisi penuh hari-hari Fitri. Dewa sekarang tahu sebesar apa cinta Tama pada Fitri.
“Aku bahkan tidak pernah chat Fitri seperti Tama ini. Suami macam apa aku ini? Tega menelantarkan istriku yang begitu mencintaiku. Meski aku mengabaikannya. Iya, dia sangat mencintaiku. Bahkan Tama menyatakan cintanya pun dia menjawab kalau dirinya hanya mencintaiku. Maafkan aku, Fit. Sungguh aku manusia yang sangat berdosa denganmu,” ucap Dewa.
Dewa menemukan fotonya tadi, benar semua foto dirinya yang ada di kantor itu Tama yang mengirimkannya. Saat dirinya bersama Tama ternyata Tama selalu diam-diam mengambil fotonya untuk dikirimkan pada Fitri.
Dewa meletakan ponsel Fitri kembali di atas meja, setelah menemukan foto pertama kali dirinya dengan Fitri, dan mengirimkan ke ponselnya. Dewa membuka ponselnya, lalu memosting foto itu ke status WhatsApp nya dengan caption ‘foto petama kami.’
Lalu Dewa meletakan ponselnya di atas meja, di samping ponsel Fitri. Dan dia bersiap untuk tidur di atas sofa. Ingin rasanya dia tidur di samping Fitri, tapi dia tidak ingin membuat Fitri marah lagi, karena Dewa yakin Fitri saat ini hatinya belum baik-baik saja.
^^^
Pagi harinya Fitri terbangun lebih dulu. Dia menggeliatkan tubuhnya, meregangkan otot-ototnya yang kaku. Dan, dia sedikit kaget, bisa-bisanya dirinya tidur di atas tempat tidur. Padahal semalam dia jelas-jelas tidur di sofa.
“Kok aku di tempat tidur?” gumam Fitri bingung.
Fitri mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar, ia melihat ke arah sofa. Di sana terlihat Dewa yang masih tertidur pulas.
“Apa dia yang mindahin aku ke sini?” tanya Fitri dalam hatinya.
Fitri tidak mau berpikir lama-lama. Mau Dewa yang mindahin dirinya ke tempat tidur pun Fitri tidak peduli akan itu. Fitri bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Dewa mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya di dalam kamarnya. Fitri yang baru saja selesai mandi, dia langsung membuka jendela besar yang menghadap ke jalan yang ada di pusat kota itu. Jalanan yang belum begitu padat karena masih pagi. Padahal dirinya masih memakai bathrobe, belum berganti pakaian.
Dewa melihat istrinya yang berdiri di depan jendela dengan matanya menatap ke depan, tanpa tahu Dewa sekarang sudah bangun. Dewa berjalan mendekati Fitri yang masih saja diam, entah itu sedang melamun apa sedang menikmati udara pagi dengan pemandangan yang cukup sejuk karena belum terlalu banyak polusi.
“Pagi, Fit?” sapa Dewa yang kini tangannya telah melingkar di perut Fitri dan ia mendekap Fitri dengan erat, menaruh kepalanya di bahu Fitri.
“Eh ... lepasin, Dewa!” Fitri terjingkat dengan perlakuan Dewa yang seperti itu.
“Biarkan aku begini,” pinta Dewa.
“Lepas, Dewa!”
“Enggak, Fit!”
Fitri berusaha melepaskan tangan Dewa, tapi tetap saja Dewa kuat memeluknya. Hingga pada akhirnya Fitri menyerah, membiarkan Dewa tetap memeluk dirinya.
“Kamu sudah mandi?” tanya Dewa.
“Sudah.”
“Pantas wangi sekali.”
“Lapas, Dewa! Aku mau ganti baju!”
“Sebentar lagi, sepuluh menit lagi, ya?”
“Gak mau! Berat ih!”
“Ya sudah lima menit deh.”
“Gak!”
“Ya sudah, tiga menit deh! Gak boleh protes!”
Fitri menyerah, dia membiarkan Dewa memeluk tubuhnya dari belakang. Fitri mulai nyaman dengan pelukan Dewa. Entah ada rasa bahagia dengan perlakuan Dewa pagi ini. Tapi tetap saja, rasanya Fitri masih belum terima akan sikap Dewa tiga tahun ini yang tidak memedulikan dirinya. Terlebih semalam, dirinya sudah berjanji akan belajar menerima dan mencintainya, malah masih memandangi foto-foto Niken di ponselnya.
“Sudah tiga menit!” ucap Fitri,
“Perpanjangan waktu dong, Fit? Tiga menit lagi?”
“Gak ada perpanjang waktu! Memang main sepak bola? Aku lapar, mau cari sarapan!”
“Ya sudah kita sarapan bareng, ya? Aku bersihkan badan dulu, kamu ganti baju lalu kita keluar, kita sarapan,” ucap Dewa.
“Hmmm ... tapi habis sarapan kita langsung pulang, aku ini pengin lama di rumah Bi Ratna! Bukan begini!”
“Iya, nanti pulang. Apa pun yang kamu mau, aku turuti.”
“Aku mau kamu mencintaiku, Dewa. Hanya itu,” ucap Fitri dalam hatinya.
Gak sabar lihat respon papa dewa dan mama niken 😂
1 nya berusaha mencintai 1 nya lagi mlh berusaha meminta restu 🤣🤣🤣
kann tau to rasane coba aja klo bener2 di diemin ma fitri apa g kebakaran jengot