Lily harus bekerja menggantikan sang ibu menjadi pelayan yang bertugas merawat tanaman di kediaman orang kaya dan terpandang yaitu keluarga Thomson. Keluarga Thomson memiliki perusahaan besar dan sudah memiliki anak perusahaan di berbagai kota bahkan di luar negri.
Lily mengira awalnya dia akan bekerja dengan lancar di kediaman Thomson untuk mengakhiri kontrak sang ibu yang tersisa 1 tahun lagi. Namun siapa sangka, takdir membuatnya menjadi rumit saat Lily bertemu dengan putra kedua keluarga Thomson yang bernama Ethan. Keduanya terlibat takdir yang rumit. Ethan yang sudah memiliki tunangan merasa sesuatu yang berbeda pada Lily. Pria dingin itu mencoba mengelak dan mulai menyadarkan dirinya untuk kembali ke jalur yang seharusnya. Namun lagi-lagi sesuatu dalam dirinya menolak dan membuat dirinya menjadi egois.
Lalu bagaimana Lily menghadapi takdir yang rumit tersebut? Apakah dia bisa bertahan selama 1 tahun di kediaman Thomson?
Ikuti kisah mereka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Maria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekhawatiran
Cahaya matahari masuk melalui celah jendela. Lily mengerjap pelan dalam tidurnya dan perlahan terbangun. Gadis itu merintih pelan saat ia merasakan kepalanya yang terasa sedikit pening. Lily mencoba untuk duduk dan menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur,
"Ah, kepalaku" rintihnya.
Gadis itu mencoba merilekskan dirinya dan menatap ke sekitar. Lily mengernyit saat menyadari bahwa dirinya telah berada di dalam kamar. Ia menatap ke sekitar dan melihat selimut yang menutupi tubuhnya dan juga pakaian pelayan yang masih ia pakai,
"Mengapa aku bisa berada di kamar?" tanyanya bingung pada dirinya sendiri.
Seingatnya, semalam Lily tengah menyiapkan susu untuk Evelyn. Lalu saat itu Evelyn juga memberikannya minuman dan memintanya untuk menghabiskan minuman itu. Setelah itu Lily pun mulai merasa pusing dan lemas. Lily tidak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya.
Gadis itu terlihat panik dan mencoba untuk beranjak dari tempat tidur. Apa yang terjadi? Apa dirinya pingsan setelah itu? pikirnya. Lily pun mencoba berdiri namun kepalanya masih terasa sedikit sakit. Ia pun kembali duduk dan mencoba memijat kepalanya. Lalu, tatapan Lily seketika mengarah pada sebuah kertas yang berada di atas meja samping tempat tidurnya. Lily mengambil kertas itu dan membaca sebuah tulisan disana,
(Hari ini tidak usah bekerja, istirahatlah)
Lily mengernyitkan keningnya melihat surat itu. Surat dari siapa ini? pikirnya. Apa.. itu dari Evelyn? Terakhir Lily ingat bahwa Evelyn yang tengah menahan tubuhnya saat ia merasa pusing dan hampir pingsan. Lily pun menghela nafasnya dan merasa yakin bahwa surat ini di tulis oleh Evelyn. Gadis itu pun menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur,
"Syukurlah, aku bisa beristirahat hari ini" ucapnya pelan.
Disisi lain, Evelyn terlihat tersenyum riang berjalan menuju ruangan Ethan. Evelyn membawakan Ethan segelas kopi yang biasa pria itu minum setiap pagi. Wanita itu meminta Ben untuk membiarkannya mengantarkan kopi kesukaan Ethan pagi ini.
Evelyn mengetuk pintu ruangan kerja Ethan dua kali dan perlahan masuk. Ia tersenyum saat melihat Ethan yang tengah duduk di meja kerjanya. Evelyn membawa kopi milik Ethan dan meletakkannya di atas meja pria itu,
"Selamat pagi" sapanya.
"Ini kopi mu sayang" lanjutnya.
Evelyn pun mendekati Ethan dan memeluk tunangannya itu,
"Sayang, hari ini kita akan ikut ayah dan ibumu ke hotel untuk melihat tempat acara ulang tahun pernikahan mereka kan?" tanya Evelyn.
Ethan terlihat masih memegang berkasnya dan hanya bergumam pelan menjawab pertanyaan Evelyn. Sebenarnya pria itu ingin menyinggung perbuatan Evelyn pada Lily kemarin, namun Ethan lebih memilih diam dan membiarkan Evelyn mengira bahwa dirinya tidak mengetahui tentang kamera tersembunyi itu. Ia akan membiarkan Evelyn berpikir bahwa dirinya memang tidak memiliki ketertarikan pada Lily.
Evelyn terlihat cemberut dan mengambil berkas yang di pegang Ethan,
"Apakah berkas ini lebih menarik daripada aku? Sayang, aku sedang berbicara padamu" ucap Evelyn manja.
Ethan menghela nafasnya dan menatap Evelyn,
"Pekerjaanku sedang menumpuk, bolehkah aku menyelesaikannya lebih dulu?" tanya Ethan dengan datar.
Evelyn menautkan bibirnya dan menghela nafasnya dengan malas,
"Baiklah, asalkan.." ucap wanita itu terhenti sejenak dengan senyum jahilnya.
"Cium aku dulu" lanjutnya sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Ethan.
Ethan terdiam dan menatap Evelyn yang bergelayut manja dengannya,
"Cium aku, maka aku akan membiarkanmu menyelesaikan pekerjaanmu ini" ujar Evelyn lagi dengan senyuman menggodanya.
Ethan pun menghela nafasnya dan mendekatkan wajahnya pada Evelyn. Evelyn sontak menutup matanya dan memajukan sedikit bibirnya. Namun, Ethan terlihat mencium sisi kepala Evelyn yang tertutupi rambut dengan cepat,
"Sekarang biarkan aku bekerja, aku harus menyelesaikannya dengan segera" ujar Ethan lagi.
Evelyn terlihat kecewa dan mendengus,
"Benar-benar tidak romantis" ledeknya.
Evelyn pun berdiri dan melipat tangannya di perut,
"Lihat saja, aku akan membuatmu tergila-gila padaku daripada berkas menyebalkan itu. Tunggu saja saat itu tiba Tuan Ethan yang terhormat" ujar Evelyn penuh percaya diri sebelum berlalu meninggalkan ruangan tunangannya itu.
Ethan hanya menghela nafasnya melihat tingkah Evelyn dan kembali menyibukkan dirinya. Sebenarnya, pikirannya saat ini tengah tertuju pada Lily, gadis yang memenuhi pikirannya akhir-akhir ini. Gadis yang membuatnya merasa gila.
Apa gadis itu telah baik-baik saja saat ini? pikirnya khawatir.
~
Lily merasa tubuhnya telah jauh lebih baik setelah membersihkan diri dan meminum obat sakit kepala. Hari ini ia sedang libur menjadi pelayan pribadi Evelyn dan Lily pun memutuskan untuk pergi ke rumah kaca. Gadis itu ingin mengunjungi rumah kaca dan bertemu dengan para pelayan disana.
Setelah tiba di rumah kaca, Herald, Susan dan yang lain nya menyambut Lily dengan senang. Mereka menyerang Lily dengan pertanyaan yang hampir serupa, seperti bagaimana rasanya tinggal di rumah utama? Bagaimana rasanya melayani Evelyn dan lainnya. Para pelayan di rumah kaca terlihat iri pada Lily dan mengatakan bahwa gadis itu sangat beruntung. Namun, Lily merasa tidak ada hal yang istimewa menjadi seorang pelayan pribadi Evelyn. Lily lebih memilih bekerja menjadi pelayan biasa di rumah kaca,
"Bagaimana rasanya bisa bertemu setiap hari dengan Tuan Ethan?" tanya Claudia, salah satu pelayan di rumah kaca yang terbilang masih muda.
Lily terdiam dan hanya tersenyum canggung,
"Biasa saja" jawab Lily seadanya.
"Huh, kau ini, jika aku jadi dirimu, mungkin aku sudah melakukan tindak kejahatan, seperti.. mencoba menggoda Tuan Ethan misalnya" ucap Claudia yang langsung di pukul oleh Susan.
"Kau ini! Jaga ucapanmu, jangan ajari dia hal yang negatif!" omelnya pada gadis itu.
Claudia hanya terkekeh pelan,
"Ya tidak apa-apa, lagipula, Nona Evelyn dan Tuan Ethan masih bertunangan, bukan sepasang suami istri, jadi masih boleh-boleh saja jika kita merebutnya" balas Claudia yang membuat Susan menggeleng kan kepalanya dengan tidak habis pikir.
"Kau memang terlihat seperti jalang! Jangan dengarkan dia Lily" tegas Susan.
Lily hanya tersenyum pelan mendengar perdebatan kedua wanita itu. Lagipula, siapa yang ingin menarik perhatian Tuan Ethan itu? Berada di dekat pria itu saja sudah membuat Lily merasa kesal dan tidak nyaman.
Hari ini, Tuan Herald tengah memetik beberapa bunga mawar yang telah mekar, Lily meminta izin pada Tuan Herald untuk membantunya. Awalnya Tuan Herald menolak karena itu bukanlah pekerjaan Lily, tetapi Lily memaksa dan memohon pada Tuan Herald untuk membantu. Akhirnya Tuan Herald pun menyerah dan membiarkan Lily yang memetik bunga.
Gadis itu tersenyum senang dan memetik bunga mawar dengan gembira. Saat Lily tengah memetik bunga, tiba-tiba terlihat Ethan dan juga sang ayah yang tengah berada di taman. Tatapan Ethan pun seketika mengarah pada Lily yang tengah memetik bunga mawar. Mata Ethan menyipit saat melihat Lily yang tengah bekerja memetik bunga. Bukankah gadis itu telah ia suruh untuk beristirahat? pikirnya tidak senang.
"Ayah, aku akan ke taman sebentar, ayah masuklah lebih dulu, setelah itu aku akan menyusul" ujar Ethan pada sang ayah.
Zack terdiam sejenak dan mengangguk,
"Baiklah, jangan terlalu lama, kita akan berangkat ke hotel untuk melihat tempat acara sebentar lagi" ucap Zack.
Ethan pun mengangguk dan Zack pun meninggalkan Ethan disana. Ethan kembali menatap Lily dan melangkah menuju taman mawar sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana.
Lily yang tengah fokus memetik bunga tidak menyadari keberadaan Ethan. Saat gadis itu hendak berbalik menyimpan batang bunga di keranjang, seketika matanya terbelalak saat melihat Ethan yang sudah berada di belakangnya,
DEG!
Lily membeku di tempatnya untuk beberapa saat dan langsung menunduk saat melihat pria itu. Ethan menatap Lily dengan tatapan dinginnya,
"Bukankah kau seharusnya beristirahat?" tanya pria itu tiba-tiba yang membuat Lily seketika menatap kearahnya.
Bersambung..