Setiap perempuan yang berstatus seorang istri pasti menginginkan dan mendambakan memiliki seorang keturunan itu hal yang wajar dan masuk akal.
Mereka pasti bahagia dan antusias menantikan kelahirannya, tetapi bagaimana jadinya kalau seorang anak remaja yang berusia 19 tahun yang statusnya masih seorang gadis perawan hamil tanpa suami??
Fanya Nadira Azzahrah dihadapkan pada situasi yang sangat sulit. Dia harus memilih antara masa depannya ataukah kehidupan dan keselamatan kedua saudaranya.
Apakah Caca bersedia hamil anak pewaris Imran Yazid Khan ataukah harus melihat kakaknya mendekam dalam penjara dan adiknya meninggal dunia karena tidak segera dioperasi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 8
Sesekali Caca menolehkan kepalanya ke arah belakang melihat kakaknya. Zacky pun melakukan hal yang sama yang juga melihat kepergiannya.
‘Abang semoga kalian sehat selalu dan tunggu aku kembali,’
Langkahnya seperti sangat berat hingga terlihat seperti enggan untuk melangkah. Pikiran dan hatinya terbagi dua antara ingin tetap bersama dengan kedua saudara lelakinya dan juga ingin pergi demi masa depan mereka yang lebih cerah.
‘ya Allah, hatiku nggak sanggup berpisah dengan Abang dan Zidan. Tapi, kalau aku melanggar perjanjian yang sudah ditandatangani bisa-bisa aku dijebloskan penjara dan harus mengembalikan uang yang sudah mereka pakai untuk membantuku yang jumlahnya sangat banyak,’ batinnya Caca.
Tanpa terduga, Zacky berlari ke arah adiknya kemudian memeluk tubuhnya Caca erat-erat.
“Caca! Jangan pergi tinggalkan kami. Abang mohon dengan sangat, ayo kita temui Pak Imran pasti dia akan mengabulkan permohonan kita dan memahami apa yang terjadi pada keluarga kita karena kita terdesak oleh keadaan,” bujuknya Zacky yang mengajak Caca bertemu dengan Imran.
Caca semakin menangis tersedu-sedu mendengar perkataan kakaknya, ia semakin dibuat tak kuasa pergi. Semakin kesulitan untuk meninggalkan saudaranya.
“Abang Zacky, tidak semudah itu membujuk Pak Imran dan istrinya Bu Selina. Mereka pasti nggak mau rugi. Kita seharusnya bersyukur karena mereka mau membantu kita meskipun aku harus bekerja keras di rumahnya,” ucapnya lagi Caca yang masih berusaha untuk meyakinkan Zacky agar lebih dewasa dan ikhlas melepaskan kepergiannya.
Caca kali ini harus pintar-pintar bersilat lidah untuk mengelabui kakaknya yang tidak mungkin berkata jujur pastinya Zacky akan semakin terluka dan menyesali kesalahannya dulu.
“Abang pasti akan sangat merindukanmu, siapa yang akan mengingatkan Abang untuk shalat, makan, yang menyediakan keperluannya Abang setelah mandi,” rengeknya Zacky yang sudah mirip seperti anak sekolah dasar yang merengek agar dikabulkan keinginannya.
Pemuda jangkung nan tampan itu berharap agar adiknya tidak pergi. Andaikan dia memiliki kemampuan, dia tidak akan pernah mengijinkan adiknya menjadi baby sitter dan bekerja di luar negeri sebagai TKW.
“Dek, Abang takut banget gimana kalau kamu juga tidak akan pernah kembali lagi seperti ibu yang pergi sampai sekarang nggak balik-balik, tujuh tahun ibu pergi nggak pulang lagi. Abang pasti akan sangat menyesali segalanya dan abang adalah orang yang pertama yang patut disalahkan,” Zacky mencemaskannya dan tak ingin kembali terulang kembali untuk kedua kalinya seperti dahulu.
Caca kembali meneteskan air matanya ketika mendengar suara tangisan kakaknya. Cairan bening yang hangat membasahi kemeja yang dipakainya.
“Insha Allah, Caca pasti balik! Nggak ada yang bisa memisahkan kita bertiga kecuali takdir dan garis tangan kita yang mengharuskan itu terjadi. Yakin dan percayalah setelah sembilan bulan aku pasti akan kembali untuk kalian semua. Abang cukup hidup dengan baik dan doakan Caca agar di sana hidup dengan baik pula,” ujarnya Caca yang semakin terisak dalam tangisnya suaranya semakin parau.
Caca membalikkan badannya agar saling berhadapan dengan kakaknya. Ia menyeka air mata Zacky yang terlihat membasahi pipinya.
“Jangan pernah menangis, Abang itu adalah seorang lelaki, Abang harus kuat demi kami adik-adikmu,” Caca mengecup punggung tangan kakaknya dengan penuh kasih sayang.
Annisa tak kuasa melihat pemandangan yang sungguh menguras kantong ehhh menguras emosi dan perasaan.
Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan olehnya, harus mereka jalani.
Annisa mengusap wajahnya menggunakan ujung hijabnya karena stok tissue sudah habis dipake lap cairan yang keluar dari mata dan lubang hidung.
“Yakin dan percayalah jika suatu saat nanti kalian bakal bahagia karena kalian adalah orang yang baik. Gue pasti akan membantumu Sista menjaga saudaramu, tetaplah semangat dan jadilah strong girl dimanapun kamu tinggal,” gumamnya Annisa.
“Jangan nangis lagi, Abang jadi jelek tau. Abang bukan lagi anak tertampan nya Pak Fahmi kalau nangis mulu,” Caca masih bercanda untuk menghibur kakaknya meskipun suaranya serak-serak basah karena tak berhenti menangis.
“Kamu juga jadi jelek dan bukan lagi putri kesayangannya ibu Widya kalau kamu nangis,” balasnya Zacky yang berusaha untuk tegar dan tersenyum meskipun hatinya sedih, merana dan nelangsa memikirkan dan mempertimbangkan hidup terpisah jarak yang sangat jauh dengan adik kembarnya.
Caca memaksakan senyumannya yang terlihat kaku agar kakaknya bisa mengikhlaskan dan merelakan kepergiannya.
Zacky mencapit hidungnya Caca seperti yang selalu dilakukannya ketika sedang bercanda bersama.
“Abang minta tolong sama perawat untuk mengobati lukanya Abang. Jangan biarkan lukanya menjadi semakin parah dan infeksi entar wajahnya Abang nggak ganteng lagi,” pintanya Caca.
Zacky memegangi punggung tangannya Caca,” berjanjilah kepadaku kalau kamu akan pulang sepuluh bulan dari sekarang dan tidak akan pernah mengingkari janjimu.”
Caca menganggukkan kepalanya mendengar ucapannya Zacky,” aku pergi bukan untuk selamanya atau tidak akan pernah kembali lagi. Karena hidupku dan nyawaku ada bersama Abang dan Zidan.”
“Maaf, sudah larut malam, pesawat besok pagi berangkatnya cepat setelah shalat subuh jadi kamu harus banyak istirahat agar tidak kelelahan dalam perjalanan,” ucapnya Rendy.
Caca keheranan sekaligus kebingungan mendengar perkataan dari Rendy yang tak pernah terpikirkan olehnya.
Caca menatap intens ke arah Rendy pria dewasa yang lebih tua dibandingkan dengan Caca, “Kenapa bisa dia berkata seperti itu? Apa dia mengetahui kalau gue ngomong akan pergi ke Singapura?” batinnya Caca.
Rendy yang merasakan tatapannya Caca tertuju padanya hanya balas menatapnya tanpa berniat untuk berbicara sepatah katapun untuk menjelaskan kebingungannya Caca.
“Oh gitu yah, kalau begitu pergilah Dek, semoga perjalanannya dilancarkan oleh Allah SWT dan kalian sampai dengan selamat tanpa kekurangan apapun,” Zacky dengan berat melepaskan kepergian adiknya.
“Amin ya Allah ya rabbal alamin. Abang obatin lukanya yah, jangan ngeyel,” ucap Caca sambil menunjuk ke arah bibirnya sendiri.
Zacky mengangguk lemah dan tersenyum simpul agar adiknya bisa pergi dengan suasana hati tidak gegana lagi.
Keduanya kembali melanjutkan perjalanannya, Caca berusaha untuk tersenyum meskipun dalam hatinya sangat sedih karena harus berpisah sementara waktu.
Zacky trauma dan ketakutan apabila suatu saat nanti Caca juga tidak akan kembali lagi. Baginya Zacky cukup kedua orang tuanya yang sudah tidak ada jangan biarkan adik kembarnya juga pergi tak akan kembali lagi.
“Kami pasti menunggu kepulanganmu dek!” Teriaknya Zacky yang suaranya yang cukup menggema di setiap lorong rumah sakit tersebut.
Zacky membentuk jari jemarinya seperti tanda hati dan diperlihatkan kepada Caca yang semakin menjauh dari posisinya berdiri.
“Insha Allah, aku pasti akan pulang demi Abang dan Zidan,” Balasnya Caca yang tidak kalah mengeraskan volume suaranya sambil melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.
Caca menyeka air matanya kemudian menghela nafasnya dengan berat. Dia terus melambaikan tangannya sampai dirinya tidak terlihat lagi dari netra hitamnya Zacky.
“Ya Allah, kabulkan doa-doanya kami ya Allah dan pertemukan kami kembali di lain waktu dalam keadaan yang lebih baik dari sekarang,” gumamnya Caca.
“Manusia hanya bisa berusaha, berikhtiar dan berdoa serta tawakal. Tetaplah positif thinking dan jangan pernah berprasangka buruk terhadap takdir Allah SWT,” imbuhnya Annisa yang berusaha meyakinkan Zacky dengan cara menasehatinya agar bisa tabah,tegar dan ikhlas melepas Azzahra.
Zacky tersenyum tipis,” makasih banyak karena kamu selalu ada disisiku dan menemaniku. Maaf kalau kemarin aku membuat kamu sedih dan kecewa dengan kebodohanku.”
“Kamu nggak punya salah apa-apa jadi nggak perlu meminta maaf. Lagian tidak ada manusia yang luput dari kesalahan karena manusia memang tempatnya salah dan khilaf asalkan berjanji dan bersumpah nggak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama ataupun kesalahan lainnya di waktu lain,”
Annisa selalu mampu membuat Zacky bisa tenang dan nyaman berada di sampingnya.
“Masya Allah, calon ibunya anak-anak, calon pendamping dan calon bidadari surgaku,” ucapnya Zacky yang bernada memuji.
Wajahnya blushing seketika mendengar segala pujian yang terlontar dari bibirnya pemuda yang lebih muda dari usianya. Kedua sisi pipinya merona memerah saking bahagianya dipuji seperti itu.
“Ahhh jadi malu kalau dipuji,” cicitnya Annisa yang memalingkan wajahnya ke arah lain karena cukup malu dipuji oleh pria yang disukainya sejak berkenalan dengan Caca sekitar kurang lebih setahun lalu.
Keduanya kembali ke dalam ruangan ICU untuk menemani dan menjaga Zidan yang belum bangun sehingga tidak melihat kepergian Caca.
“Ada pertemuan ada perpisahan dan itu pasti mutlak akan terjadi kepada setiap insan manusia. Jangan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan Dek, karena tidak ada yang abadi di dunia ini.” Ujarnya Rendy.
“Mas Rendy kok ngomong gitu sama Abang Zacky?” Tanyanya Caca yang penasaran dengan maksud serta tujuannya Rendy berucap seperti itu.
“Tidak ada yang tidak mungkin selama kamu berusaha seperti yang dialami author emak Daeng, dia sama sekali tidak menyangka bisa gajian bulan April padahal dia itu sudah was-was, takut, intinya perasaannya nano-nano bercampur menjadi satu, tapi ketika ada notif betapa terkejutnya sekaligus bahagia saking kagetnya sampai-sampai tangannya, tubuhnya gemetaran loh,” tuturnya panjang sepanjang jalan kenangan.
Caca terbelalak mendengarnya,” woo seriusan!? Subhanallah semoga dengan kisah kita ini Emak Daeng bisa lagi gajian yah Mas,”
“Yang paling penting banyak Readers yang tergugah hatinya untuk membaca karya recehan janda dari Makassar ini, hehehe,” candanya Rendy yang cekikan membayangkan wajahnya emak Daeng digibah sama dua orang ini.
Doanya Caca diucapkan setulus hati, dan diaminkan oleh Rendy Saputra sang bodyguard berwajah kaku sekaku kanebo kering.
Malam itu, mereka menuju ke rumah Imran dan Selina. Rumah yang terbilang cukup mewah yang ada di komplek perumahan elit tentunya.
“Bismillahirrahmanirrahim, permudahlah segalanya ya Allah ya Robbi yang Maha Pemilik Kehidupan.”
Selama dalam perjalanan Caca hanya terdiam dan memperhatikan dengan seksama jalan yang dilaluinya.
Rendy sesekali diam-diam memperhatikan apa yang terjadi pada gadis berusia 19 tahun itu yang nampak tenang dari biasanya yang terkesan cerewet.
“Tumbenan anak ini nggak ngoceh! Ternyata bisa juga diam nggak kayak burung beo yang kelaparan!” Rendy membatin.
Butuh sekitar satu jam lebih untuk sampai ke perumahan elit dimana rumahnya Imran Yazid Khan.
Caca hanya memandangi rumah mewah yang biasanya hanya sanggup melihatnya melalui layar televisi, tapi kali ini dia berdiri di depan rumah yang berdiri kokoh yang akan menjadi huniannya selama kurang lebih sepuluh bulan lamanya.
“Turunlah, nggak perlu takut karena ada aku yang akan menjaga dan melindungimu dari siapapun yang berniat jahat padamu,” ucap Rendy.
siapa yaa???
🤔🤔🤔🤔🤔