Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arka Elle de Dandelion
Setelah peristiwa peledakan Pohon Serbuk Suci itu, Raja Finn, Zayden, dan Ezra pergi menyelidikinya bersama para ksatria. Arka, Arsha, dan Liam diminta agar tetap berada di dalam ruang rawat Menara Medis.
Saat ini para perawat dan dokter Cedric sedang sibuk mengurus Liam dan Arsha yang kondisinya semakin memburuk. Asma mereka tidak kunjung membaik dan itu membuat Arka panik.
"Bertahanlah, kak Liam, Arsha..." ucap Arka menyemangati.
Arka sebenarnya sudah biasa melihat Arsha yang sakitnya kambuh, namun dia jarang melihat kak Liam saat sedang kambuh. Menyedihkan jika melihat dua orang dari keluargamu kesakitan dan mencoba bernapas mati-matian. Terlebih lagi, jika tidak bisa melakukan apapun.
...****************...
Arka adalah Pangeran Keempat Kerajaan Dandelion, namun dia tidak sama dengan Ezra si Pangeran Kedua yang punya kekuatan penyembuh atau Liam si Pangeran Ketiga yang bisa mengendalikan spirit seperti adik kembarnya Arsha si Putri Pertama.
Arka juga tidak jago berpedang seperti Putra Mahkota Zayden dan Ezra si Pangeran Kedua. Sampai saat ini pun, Arka masih terus berlatih berpedang dan masih belum bisa melampaui Zayden kecil ataupun Ezra kecil. Kemampuan berpedang Arka memang lambat berkembang, tapi dia jenius dalam pelajaran dan fisiknya sangat kuat. Berbeda dengan adik kembarnya yang sejak kecil sudah sakit-sakitan, Arka dikenal sebagai pangeran yang jarang sakit dan sudah bisa menulis di usia yang masih sangat muda. Di usianya yang ke tiga tahun, Arka sudah membuat pengasuhnya terkejut karena dia bisa menulis namanya sendiri.
Lalu di usia lima tahun, Arka menunjukkan hobinya dalam membaca dan kemampuannya dalam memahami pelajaran. Arka dikenal sebagai pangeran jenius karena dia bisa mengingat apa yang dia baca secara detail dalam sekali lihat. Selain jenius, dia juga dikenal nakal, karena selalu menyusahkan pengasuh dan pelayan, kadang dia memanjat pohon dan mengajak Arsha bersamanya, kadang dia sengaja bersembunyi dari pengasuh agar bisa main sendirian, atau mengambil camilan dan cokelat diam-diam.
Arka memang masih berusia sembilan tahun, tapi karena dia banyak membaca, banyak belajar, pengalamannya lebih banyak dari orang yang lebih tua darinya.
Pagi ini, Arka masih berada di ruang rawat bersama Arsha dan kak Liam yang belum sadarkan diri.
"Aku bosan, aku mau keluar." keluh Arka.
"Yang Mulia Pangeran, anda masih belum boleh meninggalkan ruang rawat. Luka-luka anda belum sembuh dan masih perlu pemantauan." ucap seorang perawat wanita.
"Kalau begitu bawakan aku buku atau mainan dong. Arsha dan kak Liam belum sadar. Tidak ada teman bicara. Setidaknya sediakan sesuatu agar aku tidak bosan!" rengek Arka.
"Baik, Yang Mulia. Saya akan sampaikan pada pelayan agar membawakan buku dan mainan," jawab perawat lagi.
Lalu di ambang pintu, perawat itu bicara dengan pelayan dan pengawal yang berjaga di depan pintu ruang rawat. Arka bisa melihatnya dari dalam, dia menghela napas panjang.
"Bosan sekali. Apa ini yang dirasakan Arsha dan kak Liam selama ini? Mereka sering tidak bisa mengikuti acara kerajaan dan bahkan tidak bisa makan malam bersama. Baru tiga hari di sini saja, aku sudah sangat bosan. Terlebih lagi, mereka harus sering terbaring di kasur dan kesakitan. Ternyata begini, begini rasanya... selama ini, Arsha dan kak Liam pasti sudah berusaha lebih keras." batin Arka sambil melirik ke ranjang kakak dan adiknya.
Tiba-tiba Arka teringat saat-saat dimana dia tidak bisa bermain bersama Arsha. Ini sering terjadi, terutama saat dia berusia empat sampai delapan tahun.
"Mana adikku?!" teriak Arka pada pelayan.
"Yang Mulia Putri sekarang harus istirahat, jadi tidak bisa main dulu, Pangeran..." jawab pelayan hati-hati.
"Kenapa? Aku mau lihat adik!" tolak Arka sambil menerobos masuk ke kamar.
Saat Arka tiba di tepi ranjang, dia bisa melihat adik kembarnya, Arsha sedang kesakitan, wajahnya pucat, dan kesulitan bernapas.
"Arsha..." panggil Arka pelan.
"Kakak... maaf, ya... belum... bisa... main dulu..." ucap Arsha lirih, suaranya nyaris tidak bisa terdengar. Namun, meski kesakitan, Arsha selalu tersenyum dan tidak menunjukkan bahwa sebenarnya dia sedang menderita.
Pada awalnya, Arka selalu berpikiran yang bukan-bukan. Setiap kali asma Arsha kambuh, Arka selalu berpikiran bahwa Arsha akan meninggal begitu saja. Dia sangat takut kehilangan adik kembarnya itu. Tidak jarang Arka menangis karena melihat Arsha kesakitan dan kesulitan bernapas.
"Arsha... jangan mati..." gumam Arka sambil diselingi isak tangis.
Di hari lain, saat kondisi Arsha membaik dan bisa lepas oksigen, Arka selalu mengajaknya bermain.
"Arsha! Ayo main puzzle!" ajak Arka sambil membawa puzzle ke kamar.
"Iya!" sambut Arsha riang.
Akan tetapi, kondisi Arsha tidak selalu sehat. Dia lebih sering sakit dan membuat Arka sendirian, lama-kelamaan, Arka jadi terbiasa dan mengisi kesepiannya dengan membaca buku. Kadang dia melakukannya di samping Arsha sambil menjaganya.
Para pelayan dan dayang pun selalu memperhatikan perasaan Arka, mereka bicara dengan hati-hati agar tidak membuat Arka semakin sedih dan kesepian.
"Yang Mulia Pangeran, mau jalan-jalan ke taman? Hari ini cuacanya cerah!" tawar seorang dayang.
"Ide bagus! Ayo ke taman!" sahut Arka tertarik.
Di taman, Arka sibuk bermain bunga dan memetik beberapa.
"Lihat! Aku merangkainya untuk Arsha. Bagaimana menurutmu?" ucap Arka antusias.
"Tuan Putri pasti sangat menyukainya." jawab pelayan.
"Tentu saja! Aku akan buat juga untuk hiasan di meja." sahut Arka lagi.
"Ah, bunganya harus kucuci dulu. Bisa gawat kalau ada debu yang menempel." sambung Arka riang.
Para pelayan, dayang dan pengawal, selalu berusaha membuat Arka agar tidak kesepian. Meski kadang, tentu saja ada kalanya Arka tantrum.
"Tidak! Aku ingin melihat adikku! Memangnya kenapa tidak boleh?" rengek Arka.
"Yang Mulia, saat ini kondisi Tuan Putri sedang memburuk, jadi..."
"Jadi apa?! Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya dan aku tidak ada di sampingnya! Biarkan aku masuk atau kuadukan ke Papa!" ancam Arka.
Lalu akhirnya, Arka dibiarkan masuk, dan setelah itu, dia akan menangis karena khawatir melihat kondisi Arsha yang memang sedang parah-parahnya.
Mengingat tingkahnya itu, Arka jadi merasa tidak enak dengan para pelayan dan dayang.
"Selama ini aku sering menyusahkan pelayan dan dayang. Ya, tapi mau bagaimana lagi? Rasa khawatir itu memang sulit dibendung." batin Arka sambil mengangguk-angguk sendirian.
Tiba-tiba perawat datang membawakan buku dan mainan yang diminta Arka tadi.
"Yang Mulia Pangeran, ini buku dan mainan yang anda minta." katanya.
"Iya. Taruh saja di situ," ucap Arka.
"Baik. Saya akan memeriksa kondisi Pangeran Liam dan Putri Arsha sekarang, silakan menikmati waktu anda," jawab perawat.
Arka mengangguk. Dia asyik membaca sekarang. Ada pengawal dan dayang di sisinya yang nanti siap sedia memberikan apapun yang Arka mau jika dia sudah bosan dengan buku itu.
Buku yang Arka baca tentu saja bukan buku dongeng, dia sudah lama selesai membaca semua dongeng. Kali ini dia membaca sejarah dan teori-teorinya. Itu memang bukan buku yang seharusnya dibaca anak usia sembilan tahun, tapi karena kesepian dan rasa bosan, Arka pun secara tidak sadar menjadi sosok pangeran yang jenius karena telah membaca banyak buku, termasuk buku-buku pelajaran yang terkenal sulit di kalangan siswa akademi.
Arka dijuluki sebagai Pangeran Jenius yang Kesepian oleh para penghuni istana, dan kabar itu tentu saja menyebar dengan cepat hingga ke seluruh kerajaan.
......................
***potret Arka Elle de Dandelion