Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Hira terus menggelengkan kepala nya dengan isakan tangis yang tak kunjung reda.
“Hira, plis lihat aku. Coba tenang, kamu gak boleh emosi, kamu baru saja siuman dan kamu tidak dianjurkan memaksa semua ingatan itu karena itu akan menyakitimu.”Tuturnya dengan suara lembut.
“Vin, kamu keluar dulu, biar Hira tenang dulu.”
Vincent mengangguk paham lalu keluar dengan hati yang terasa sayang sakit dan penuh dengan rasa bersalah.
Di Langkah terakhir sebelum ia menutup pintu berhenti sejenak “Maaf sekali lagi, aku janji akan menghapus perasaan ini dan maaf aku telah mengkhianati janji ku pada kamu.”
Selepas kepergian Vincent , Axell berusaha keras untuk memenangkan Hira bahkan dada bidang nya turut menjadi korban pelampiasan Hira. Ia terus memukul nya hingga energi yang ia punya habis.
Mendengar suara tangis Hira mulai lirih, Axell terus memeluk nya sambil mengusap kepala Hira dengan lembut.
Sakit? Tentu sakit… penantian Hira yang bertahun-tahun lamanya sirna dalam sekejap mata dan ia sudah bersusah payah menghapus lelaki itu namun takdir kembali menemukan keduanya dalam ikatan adik ipar dan kakak ipar.
“Sudah, aku tahu kamu sakit, aku juga kecewa kenapa dia seperti itu tapi kita juga harus mengerti posisi nya. Dia tidak sadar kan diri dan dia tidak memiliki bukti yang kuat agar keluar dari scandal itu. Lagi pula dia masih ingin menepati janji jika kamu tidak menikah dengan aku.”Jelas Axell namun Hira terus saja menggelengkan kepala.
“Tidak! Aku benci orang yang berkhianat!” Tubuhnya meronta ingin lepas dari dekapan Axell namun tak bisa.
“Hira tenangin diri kamu!”
Menangkup wajah Hira , menghapus bulir bening yang luruh terus-menerus lalu ia cium kening Hira lama hingga sang empu diam.
Entah apa yang Hira rasa, seakan tubuhnya ikut tenang kala Axell menenangkan nya.
“Ayo baca istigfar, astaghfirullah hal ‘adzim”
“Astaghfirullah hal ‘adzim”
“Terus jangan putus, ayo istigfar.” Tuntun Axell di ikuti oleh Hira hingga tanpa sadar, tangisnya telah berhenti.
Hira melepaskan pelukan sambil mengatur nafasnya yang sesegukan. Mata nya sembab hidung nya seperti tomat Ceri ,jujur Axell ingin sekali menjahili nya namun ia urung kan karena ingat dengan situasi.
“Udah jangan nangis, nanti makin sembab itu mata nya.”
“Ingat Hira kamu boleh kecewa, kamu boleh menangis tapi jangan terlalu lama karena tubuhmu akan tersiksa . Aku tahu kau berat menerima, aku juga berat karena wanita yang aku cintai dikhianati adik ku sendiri.”
Tanpa sadar setetes air mata mengalir.
Hira hanya diam dengan tatapan kosong, ia tak tahu harus gimana lagi karena ingatan nya stak di masa itu. Ia juga tak tahu mengapa bisa tenang di dekapan Axell padahal yang ia dengar menikah dengan paksaan. Namun mengapa ini terasa sangat tulus? Apakah ini yang namanya cinta? Selalu nyaman dalam dekapan nya.
Axell mendaratkan pantat nya di tepi ranjang sebelah Hira. “Udah, jangan sedih terus.”
“Dia penghianat!”
“Aku gak bela siapapun tapi adikku tidak ingat ,apa dia melakukan sesuatu atau tidak . Karena dalam keadaan tidak sadar.”
Hira menengok, menatap Axell dengan tatapan penuh pertanyaan.
“Tapi dia menghianatiku, dia ingkar janji, dia bikin hati aku hancur!”
“Penghianatan? Aku juga penghianat tapi apa kamu masih menerimaku?”
“Aku janji mau setia dengan Ning Rea, nyatanya dalam waktu satu minggu Allah membalikan hati ku dan mencintai mu. Apakah itu juga disebut penghianat Hira?” lanjut nya.
Hira membuang wajah nya ke sisi lain , Axell menghela nafas panjang dan mencoba meraih lengan istrinya.
“Jangan sentuh!” menepis tangan Axell.
Axell terus saja menyentuh tanpa mengindahkan perintah Hira , hingga sang empu kesal sendiri.
“Iya kamu sama saja penghianat!”
Menundukkan kepalanya dengan wajah yang sendu.
“Tapi kan kamu menikah bukan tidur dulu dengan wanita lain!” Suaranya pelan namun dapat didengar oleh Axell.
Axell tersenyum tipis, “Terkadang kita berjanji untuk akan selalu setia namun ujungnya tidak. Karena dari itu aku belajar kita gak boleh membuat perjanjian apapun! Dan mengenai setia setiap orang pasti berkata aku akan setia di saat perpisahan tiba.”
“Namun apakah kamu berfikir jika setia itu mahal harganya, dan setia itu hanyalah milik Allah S.W.T . Kamu bisa mengatakan tapi yang mengatur alurnya bukan kamu!” Lanjut nya sembari beranjak dari tepi ranjang.
Hira masih diam, ia masih sangat kecewa penantian nya selama bertahun-tahun hilang dalam sekejap mata tanpa ada kabar darinya. Tahukah Vincent jika Hira selalu mendoakan yang terbaik untuk nya? Atau sekedar selalu mampir ke rumah Ummi untuk menanyakan kabar saat dia berada di Mesir.
Namun balasannya 6 tahun penantian tidak ada jawaban dan tiba-tiba ia muncul dalam kondisi nya yang sedang tidak baik-baik saja.
Ingin marah tapi tak sanggup ia luapkan batinnya terlalu lelah untuk mengatakan Aku butuh sandaran.
“Maaf kan lah dia, sekalipun kesalahan nya telah memporak-porandakan hati mu. Ikhlas kan juga karena sekarang kamu milikku, seburuk-buruknya aku. Akan tetap menjadi suami mu.”
“Aku belum siap!”
Axell menghela nafas gusar lalu berbalik badan menghampiri Hira.
“Hal paling sulit dilakukan adalah meminta maaf dan memberi maaf. Jangan jadi hamba yang kolot, Allah saja selalu memberi ampunan,” Titah nya dengan nada rendah.
“Lebih baik kamu istirahat, tubuhmu sangat lemah tak baik tidur terlalu malam. Mari aku antar ke kamar mandi!”
Hira menganggukkan kepala lalu Axell langsung membopong nya, Hira hanya bisa diam sampai di kamar mandi.
“Kakimu memang sudah membaik tapi tak bagus juga kalau kamu sembarangan berjalan.”
“Iya, ini hanya sedikit sakit saja. Hebat juga ya di akupuntur pagi sore nya aku bisa jalan.”
“Siapa dulu yang ngobatin, Axell gitu loh!” Dengan membanggakan dirinya dan tersenyum sangat lebar.
“Nyesel aku muji!”
Gerutunya pelan namun mampu didengar oleh Axell. Ia hanya terkekeh mendengar gerutu istrinya , setidaknya ia bisa diajak komunikasi walaupun sedang dalam suasana hati yang kurang baik.
Setelah membersihkan wajah keduanya kembali ke kamar,Hira merebahkan tubuhnya ke kasur yang empuk , sedangkan Axell tidur di sampingnya. Hira sedikit heran, kapan 2 kasur itu menjadi satu ? Siapa yang mendekat kan nya? .
“Gak usah tertegun gitu, ayo tidur.” Ajaknya lalu memeluk Hira dari belakang. Axell merasa tubuh Hira sangat keras seperti nya ia gugup. Alih-alih melepaskan, Axell malah makin mengeratkan dekapan hingga membuat tubuh Hira semakin merasa canggung.
Hira tidak bisa memejamkan kedua manik mata nya, sedangkan Axell sudah mendengkur dengan halus. Hira menengok ke arah Axell lalu sedikit memiringkan tubuhnya dan memindahkan tangan Axell yang tertumpang di perutnya.
Dengan hati-hati namun yang terjadi malah sebaliknya, Axell semakin mempererat dekapan dengan posisi Hira menghadap dirinya. Hira sedikit menggerutu perbuatannya karena bukanya terbebas malah kini ia benar-benar bisa melihat jakun dan dada bidang Axell.
“Hmm sempurna!” Gumam Hira dengan senyuman yang mengembang dikedua bibirnya .