NovelToon NovelToon
Menuju Tenggara

Menuju Tenggara

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Karir / Persahabatan / Chicklit / Tamat
Popularitas:32k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.

"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.

Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 32

Ganesha tidak tahu harus bereaksi bagaimana sekarang. Tenggara sudah terlanjur ada di sana, berdiri kaku dengan wajah kusut dan lingkaran hitam kentara di bawah mata. Kalau dia bilang tidak mau bicara, abangnya pasti akan langsung mengusir Tenggara tanpa kompromi, dan dia tidak mungkin tega melihat lelaki itu diusir seperti gelandangan yang coba meminta belas kasihan.

Akhirnya, dengan berat hati, Ganesha mempersilakan Tenggara masuk. Meski di kepalanya sekarang ada begitu banyak pertanyaan, termasuk tentang bagaimana caranya Tenggara bisa datang ke sini bersama abangnya, Ganesha memutuskan untuk menyimpan dulu pertanyaan itu. Akan dia tanyakan langsung ke abangnya nanti.

Ganesha menggiring Tenggara ke ruang tamu. Di sana, ada satu sofa abu-abu tua panjang yang lembut dan empuk. Dia duduk di ujung kiri, dan mempersilakan Tenggara duduk di ujung yang lainnya. Abangnya sudah pergi, pamit ke kamar setelah berbisik ke telinganya bahwa mereka hanya diberi waktu lima belas menit untuk bicara.

"Mau minum apa?" tanyanya basa-basi. Tidak ada yang mengajarinya cara menjamu tamu dengan baik, Ganesha hanya mengimitasi apa yang dia saksikan di rumah teman-temannya dulu.

Tenggara masih kelihatan kaku, kedua tangannya saling bertaut cemas, dan Ganesha bisa melihat ketakutan dari sorot matanya yang layu. Pertanyaannya tak dijawab, lelaki itu malah terus menatapnya dan menimbulkan sensasi tidak nyaman.

"Since lo nggak minum soda, gue ambilin air putih aja ya." Ganesha sudah mengangkat bokong dari sofa, tapi suara Tenggara menahan langkahnya untuk nggak terayun.

Ganesha berbalik, menunduk sedikit sampai tatapan mereka bertemu. Dua detik kemudian, Tenggara mengulang ucapannya. "Maafin gue, Sha." Suaranya mengecil, tapi justru terdengar lebih berani.

Oh, Demi Neptunus! Rasanya Ganesha seperti baru saja menemukan harta karun di tempat pembuangan sampah. Kata maaf yang sederhana itu hampir tidak pernah dia dengar sebelumnya. Di pertengkaran yang sudah-sudah, selalu dia yang meminta maaf duluan. Selalu dia yang menekan ego dan mengajak bertemu. Selalu dia yang merendahkan diri sendiri supaya hubungan mereka tetap langgeng dan pekerjaan mereka lancar. Itu juga alasan kenapa selama ini Ganesha diperlakukan dengan semena-mena, dan dia tidak pernah berani protes.

Dan malam ini, Tenggara meminta maaf duluan, setelah sekian lama.

Tapi anehnya, permintaan maaf itu sama sekali tidak berhasil menyentuh hati Ganesha meski ada perasaan asing di awal. Dia tetap tidak tergerak untuk memaafkan Tenggara semudah itu, jadi respons pertama yang dia tunjukkan justru adalah tertawa sumbang.

"Kalau lo datang jauh-jauh ke sini cuma buat minta maaf karena takut Zaloria kenapa-kenapa, maka gue harus bilang nggak perlu repot-repot," kata Ganesha. Tadinya dia ingin kembali duduk, tapi badannya seolah kaku dan dia berakhir tetap berdiri. "Gue udah janji buat tetap profesional, jadi lo nggak perlu khawatirin apa pun. Gue blok semua akses komunikasi juga bukan karena gue kekanakan, itu cuma salah satu bentuk upaya gue biar nggak terlibat perasaan pribadi makin dalam. Next, untuk semua hal terkait pekerjaan, lo bisa hubungi Selena. Gue udah hire dia jadi manajer sementara."

Tenggara tidak merespons. Tapi setelah beberapa lama, lelaki itu mengembuskan napas berat dan ikutan bangkit dari sofa. Dia menatap Ganesha lagi, kali ini semakin intens.

"I don't give a fuck about Zaloria anymore. What matters the most to me now is you, Sha."

Mendengar itu, Ganesha mendadak beku. Otaknya blank, susah untuk diajak kerja sama menyusun respons yang sesuai. Dia seharusnya bisa mengatakan sesuatu, atau setidaknya tertawa sumbang seperti sebelumnya. Tapi tidak, dia tidak berhasil melakukan apa pun. Bahkan saat Tenggara mulai berjalan maju, Ganesha masih membeku di tempat.

"Gue minta maaf buat semua kesalahan yang udah gue perbuat, baik itu sengaja ataupun enggak, yang udah bikin lo terluka." Lelaki itu berhenti tiga langkah di depannya. Kelihatan gugup dan tidak percaya diri, tapi masih cukup menawan untuk membuat Ganesha menelan ludah susah payah dan merasakan detak jantung yang perlahan meningkat. "Beberapa hari ini gue sibuk merenung, Sha. Gue inget-inget lagi semua hal yang udah kita lalui, dan gue sadar bahwa gue nggak bisa tanpa lo. Gue nggak mau kehilangan lo, Sha. Gue nggak mau kehilangan Esha yang gue sayang."

Esha yang apa katanya? Yang dia sayang?

"Kak..."

"Gue sayang sama lo, Sha. Please maafin gue, dan kita bisa mulai semuanya dari awal."

Sampai di titik ini, Ganesha sudah tidak mengerti lagi, apakah ini mimpi atau dia sedang berhalusinasi saking susahnya move on dari Tenggara.

"Please..."

Dan ketika Ganesha membiarkan Tenggara menyentuh tangannya, dia tahu, dia akan jadi si bucin tolol sekali lagi.

...****************...

Barang bukti terpampang nyata di sana. Persis di hadapan Ganesha dan Jeremy. Selembar foto kelulusan SMA dengan coretan tangan berbunyi, Echa love Abang disertai dua gambar hati. Foto itu selalu ada di dompet Jeremy. Akan dia bawa ke mana-mana dan dipandangi sering-sering, terutama di masa-masa sulit. Semua orang di sekitar Jeremy tahu keberadaan foto itu, juga hubungannya dengan Ganesha, kecuali Tenggara. Semuanya atas permintaan Ganesha. Entah apa penyebab pastinya, Jeremy hanya menurut ketika adik kesayangannya itu meminta agar status mereka sebagai saudara disembunyikan dari Tenggara.

"Jadi gara-gara foto ini, kita ketahuan?" tanya Ganesha, masih memandang lekat foto dengan tulisan tangannya yang jelek itu.

Jeremy menarik napas panjang, "Iya, gara-gara keteledoran Abang."

Mendengar suara abangnya yang lesu, Ganesha jadi ikutan menarik napas berat. Konon katanya memang tidak ada rahasia yang abadi selamanya. Mungkin memang sudah waktunya semuanya terbongkar. Hanya saja, kenapa harus pas momennya ketika dia dan Tenggara bertengkar?

Oh, atau ini memang cara Tuhan untuk menjembatani perdamaian?

"Gue sayang sama lo, Sha."

"Alah, cicing sia," Ganesha tanpa sadar nyeletuk begitu. Niatnya untuk mengusir suara Tenggara yang gentayangan seperti hantu, tapi malah Jeremy yang merasa dan seketika cemberut.

Dia memprotes, "Kamu nyuruh Abang diem?"

Sambil tertawa canggung, Ganesha menjawab, "Enggak, nggak gitu. Echa lagi ngomong sendiri." Lalu garuk-garuk leher karena situasinya mendadak awkward.

Tapi gerakan itu adalah ide buruk. Karena dia malah menyentuh kalung pemberian Tenggara dan membuat perasaannya semakin tidak keruan.

Nggak tahu, deh, Ganesha pusing sekali sekarang. Lebih baik segera tidur dan memikirkan semuanya besok.

Jadi, dia menyuruh Jeremy kembali ke kamarnya. Walaupun sambil cemberut, lelaki itu menurut. Dia keluar dari kamar Ganesha membawa dompet kesayangannya. Itu hadiah ulang tahun dari Ganesha, by the way, dibeli menggunakan uang gaji pertama hasil manggung bersama Zaloria.

Setelah Jeremy pergi, Ganesha berbaring, memasukkan tubuhnya ke dalam selimut dan berusaha untuk tidur. Walaupun berakhir sia-sia karena setiap kali memejamkan mata, malah wajah Tenggara yang terpampang jelas di sana.

Bersambung....

1
Dewi Payang
Kafka...
Dewi Payang
😅😅/Joyful/
Dewi Payang
Lah si Mathias malah diterusin omongnya....😁
Zenun
akan ku tunggu cerita kakak nyeng baru🥳
nowitsrain: Yuhuuu.
total 1 replies
Zenun
aku pun tak menduga
Zenun
walaaah aku kena prank rupanya😄
nowitsrain: Aku bingung, kamu bingung, netijen bingung, semua bingung
total 1 replies
Zenun
Biarlah nanti Tenggara yang digantung ama Rene
Zenun
mending lebih baik happy aja, daripada nunggu2 Tenggara. Jangan bantuin dia, please jangan bantuin. Dia lagi ora danta😄
Zenun
iya percuma, buang-buang tenaga buat orang kaya Aga tuh
Burman Hadi
/Good/
Zenun
mamam tuh masa lalu datang
Zenun: Bagaimana biar seru kalau diterima lagi aja, biar kau ditonjok Kafka
nowitsrain: Aga: aku kudu piye everybody??
total 2 replies
Zenun
bagi dong
Zenun: nih ******
nowitsrain: Mane nomernya sini, bos Kafka syap mengirimi
total 2 replies
Zenun
Lah, nikahnya barengan ini😁
Zenun: eheump, belom gajian ini kondangan ampe dua
nowitsrain: Biar kondangannya sekalian
total 2 replies
Zenun
mungkin itu mantan yang menghubungi
Zenun
hemmm, cincin pengikat berarti
Zenun
Lalu cincin apa?
Zenun
Nesh... mending tetep jaga jarak aja deh ama dia
Zenun
Kan yang laki yang disayang kamu, Kafka
Zenun
yah gagal move on
Zenun
Jangan percaya kata sayang dari Tenggara 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!