NovelToon NovelToon
Kosmos: Odise Dimensi

Kosmos: Odise Dimensi

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Sci-Fi / Penyeberangan Dunia Lain / Hari Kiamat / Peradaban Antar Bintang
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: D. Septian D

Memasuki pertengahan era millenium, dunia berada didalam huru-hara kontradiksi kepentingan para ilmuwan antara memilih demi planet bumi atau antariksa?

Alexey, seorang ilmuwan muda, mendalami sebuah penelitian setelah kasus ayahnya yang hilang secara misterius yang mengarahkan dirinya menuju dimensi kosmos dan akibatnya pada fisika modern.

Bersama dalam satu tekad demi jawaban ilmu pengetahuan astrofisika, namun segelintir ilmuwan mengakhiri ambisinya. Hingga mereka berada dalam puncak konflik, yang mengakhiri segala-galanya.

Apa jawaban untuk mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D. Septian D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17: Kepulangan yang Tak Diharapkan

Veliky-Novgorod, Federasi Rusia...

Setelah tiba di kampung halamannya di Kota Veliky-Novgorod, Dr. Sofia melangkah keluar dari taksi, menatap rumah tua yang sudah lama Ia tinggalkan. Udara dingin musim semi Rusia menyelimuti tubuhnya, membawa kenangan masa kecil yang perlahan terkuak kembali. Rumah itu tampak sama seperti yang Ia ingat, namun ada perasaan asing yang menyelinap di dalam hatinya.

Ia pun mengetuk pintunya, nampak sekitar rumahnya benar-benar sepi. Berpikir apakah ada penghuni didalamnya atau tidak.

Di depan pintu, ibunya menyambut dengan wajah penuh haru. "Sofia, kau benar-benar kembali… Bagaimana keadaanmu di London?"

Sofia menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya. "Mama, semuanya berantakan. Aku gagal, penelitianku disita, dan sekarang aku di sini, tanpa tahu harus bagaimana selanjutnya."

Ibunya memeluk Sofia erat-erat. "Kita bisa mulai dari awal lagi, Nak. Kegagalan itu langkah awal menuju kesempurnaan."

Memasuki dalam rumah, Sofia duduk di sofanya, menatap laptop dan berkas-berkas penelitian yang tersisa. Namun, suasana ruangan mengingatkan memori lama ketika Ia masih kecil bermain-main bersama ayah dan ibunya.

Karena pikirannya masih meninggalkan bekas kegagalan diwaktu yang lalu, dengan berat hari mengubah penelitian bioteknologinya ke program nuklir. Berharap di negara ini Ia mendapatkan dukungan.

“Aku harus menemukan cara untuk melanjutkan penelitianku. Program jangka panjang fisika nuklir sepertinya lebih baik daripada bioteknologi. Lagipula, nuklir telah lama dikembangkan daripada biologi. Jika tidak di sini, mungkin ada tempat lain di Rusia yang bisa membantuku,” pikir Dr. Sofia.

Waktu terus berlalu, hari kembali memasuki malam. Daripada terus menghabiskan waktunya hanya untuk penelitian ini, sesekali baginya menikmati luang bersama keluarganya.

Di ruang keluarga, Ia bersama keluarganya menikmati makan malam. Suasana yang awalnya hangat berubah menjadi tegang. Sofia berhadapan dengan saudara laki-lakinya, Lev. Wajah Lev menunjukkan kekesalan yang mendalam.

"Hey Sofia! Kau hanya datang saat butuh sesuatu. Selama ini, kau dimana? Apa yang membuatmu berpikir kami akan menerimamu kembali begitu saja?" tanya Lev dengan suara tegang.

Sofia mendengarnya tiba-tiba tersedak. "Aku tahu aku salah. Tapi aku butuh dukungan kalian sekarang. Penelitianku bisa menyelamatkan banyak nyawa."

"Wow! Tak kusangka kau memanfaatkan kami hanya untuk penelitianmu saja. Setelah kami mendengar kabar kau berbuat keji disana, kau berlindung dibelakang kami?"

"Tentu tidak. Kau tidak mengerti apa-apa!" geram Sofia.

"Heey! Sudahlah, Lev pergilah ke kamarmu sekarang!..." tegas ibunya.

Lev berdiri dengan marah, melangkah keluar dari ruangan dengan wajah yang masih penuh kekesalan. Ibu Sofia menatap putrinya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sofia, kau harus mengerti bahwa Lev merasa terluka. Dia merasa kau meninggalkan kami demi ambisimu sendiri," kata ibu dengan lembut.

Sofia menunduk, air mata mulai mengalir di pipinya. "Maafkan aku mah, Aku hanya ingin membuat kalian bangga. Aku tak pernah bermaksud melukai siapa pun."

"Iya nak, Ibu paham. Kau adalah anak yang berbeda. Teruslah meraih apa yang kau perjuangkan."

Sofia merasa bersalah atas masa lalunya yang meninggalkan keluarganya hanya demi kepentingannya sendiri. Meskipun begitu, ibunya sendiri, tetap merestuinya.

...****************...

Kabar kepulangan Dr. Sofia dan penelitian kontroversialnya di Inggris ternyata menarik perhatian instansi di Rusia sendiri, tak lain ialah RSA. RSA mengendus isu penelitian berbau nuklirnya yang katanya adalah inovasi terbaru. RSA mencoba mendekati Dr. Sofia melalui agen rahasianya.

Di perpustakaan lokal, Dr. Sofia sedang mencari referensi ketika seorang pria misterius duduk di meja sebelah, berpura-pura membaca buku.

Awalnya tidak ada yang aneh baginya, hingga akhirnya Ia merasa risih ketika terus diikuti dari belakang. Setiap apa yang dilakukan Dr. Sofia, maka orang itupun mengikutinya. Mulai dari berbelanja, membaca, bahkan kemanapun Dr. Sofia berada orang misterius itu seperti mempunyai kesibukan yang sama seperti Dr. Sofia.

Dr. Sofia tiba-tiba memergoki pria itu. "Hentikan langkahmu! Siapa kamu?"

Pria misterius itu tak dikenalnya. Dengan mengenakan jubah tebal dengan penutup kepala, pakaian setelan kemeja serba hitam dan rapih serta wajah yang ditutup masker gelap.

"Saya bukan siapa-siapa." kata pria tersebut.

"Katakanlah apa yang kamu inginkan?... Kenapa terus mengikutiku?" desak Dr. Sofia.

"Saya mengikutimu... karena alasan penjagaan." jawab pria itu dengan tenang.

Dr. Sofia mulai curiga dengan maksud pria misterius ini. "Apa maksudmu?"

"Kamu dari Inggris bukan?" tanya pria misterius itu.

"Darimana kamu tahu? Kamu pasti mata-mata!" Dr. Sofia menuduh sambil mengeluarkan sebilah pisau kecil dari sakunya.

"Bisa dibilang.... Tidak. Tapi... Mungkin sedikit menarik. Ya, doktor dari Eropa Barat terkadang jenius. Meski begitu, saya jadi yakin sekarang." kata orang tersebut sambil diam-diam mengeluarkan pistolnya.

"Siapa kamu? Jawab!" teriak Dr. Sofia perlahan-lahan melangkah mundur.

"NA." jawab pria itu singkat.

"NA? Apa itu NA?" tanya Dr. Sofia dengan bingung.

"N...." pria itu mulai menjawab.

Krek... Dooorrrr....

Dr. Sofia tiba-tiba ditembak dan tersungkur jatuh ditanah. Dr. Sofia pun langsung dibawa oleh pria misterius itu ke suatu tempat.

Ia terbangun di sebuah ruangan yang asing dan kosong. Kepalanya terasa berat dan pandangannya masih kabur. Namun tangan dan kakinya terikat kuat. Di sekelilingnya, tidak ada apapun kecuali tubuhnya terikat diatas meja besi dan sepasang kursi dan meja. Dinding logam yang dingin dan gelap, membuatnya khawatir. Ia mencoba berontak, namun tubuhnya masih lemah.

Seorang pria misterius itupun mendekatinya. Dibawah lampu yang menyilaukan matanya, Ia diinterogasi dengan paksa.

Pria itu berdiri disamping Dr. Sofia yang terbaring. "Akhirnya kamu bangun juga, Dr. Sofia. Tenanglah, ini bukan alam kubur. Kami membawamu ke sini untuk perawatan."

"Dimana ini? Siapa kamu?" tanya Sofia dengan suara serak.

"Kamu berada di ruangan rahasia. Kami mendengar tentang penelitianmu dan untuk itu, kami perlu memastikan banyak hal darimu. Kami bukan agen dari Inggris dan tidak ada kaitannya dengan mereka," jawab pria itu dengan tenang.

Sofia mencoba mengingat kejadian sebelumnya. "Pria itu... kau yang menembakku."

"Sudah kubilang kamu baik-baik saja. Berterimakasih pada kami yang menyelamatkan nyawamu. Kamu kutembak bukan dibagian vital." kata pria itu.

"Kalau begitu lepaskan saya!" teriak Dr. Sofia sambil mencoba memberontak.

"Tidak... perlu kamu tahu, sebenarnya penelitianmu itu..." kata pria itu.

Dr. Sofia merasa kesal dan mencemooh pada pria itu. "Hey!... Dasar bodoh... lepaskan saja saya. Itu tidak berguna, kamu sama saja dengan mereka. Otak dangkal...!"

Pria itu dengan tatapan dingin tidak memperdulikan cemohan Dr. Sofia.

"Kami akan melepasmu, dengan syarat... merelakan seluruh penelitianmu pada kami. Kamu juga harus bekerja dengan kami, semuanya akan disediakan apapun kebutuhannya. Bekerja dengan kami, jaminan ditanggung negara. Jika kamu menolak... nyawa taruhannya." jelas pria itu.

Dr. Sofia setengah hati menyambut itu namun nyawa menjadi taruhan jika Ia menolaknya. Meskipun demikian, Ia terpaksa menerimanya pikirnya lebih baik seperti itu daripada hidup sebagai ilmuwan sia-sia.

Dr. Sofia berbalik meminta tanggungan pada pria itu. "Baiklah... saya siap. Segalanya bukan? Kalau begitu segalanya akan kuminta!"

Pria itu membalasnya dengan tatapan sinis. Dr. Sofia pun dibebaskan. Ia juga mendapatkan perawatan berhari-hari didalam ruangan itu. Seperti tahanan narapidana, namun Dr. Sofia diperlakukan baik layaknya seorang ratu.

Beberapa hari berlalu, Sofia mulai pulih. Namun, Ia tidak sepenuhnya bebas. Setiap langkahnya diawasi, dan ia sering kali dipanggil untuk diinterogasi.

Keamanan begitu ketat untuknya. Mencegah informasi bocor sekaligus sebagai pertahanan agar tidak membelot dari perintah. Ia juga dipaksa tanda tangan surat perjanjian, namun surat itu tidak bisa dimilikinya.

Suatu hari, pria itupun datang kembali. "Kami butuh semua data penelitianmu. Ini untuk kepentingan nasional."

"Apa yang kalian inginkan dari penelitianku?" tanya Dr. Sofia.

"Rancanganmu begitu brilian, kami ingin memberikan kontinuitas pada hasilnya. Dengan dukungan kami, kamu bisa mencapai lebih banyak. Tapi semua data harus diserahkan kepada kami," jawab pria itu.

Sofia merasa curiga. Tapi mau tidak mau Ia harus menurutinya. "Baiklah, tapi aku ingin memastikan bahwa penelitianku digunakan untuk perkembangan teknologi dan juga prinsip etika."

"Hahaha... sepertinya Anda telah dibuat keseleo oleh media Inggris yang banyak palsunya itu,..."

"Tenanglah... semua dijamin." lanjutnya.

Suatu malam, Ia didatangi oleh beberapa orang berpakaian ala dinas militer dan bersenjata lengkap yang merupakan perwira militer. "Ikuti kami. Kami akan membawamu ke ruangan lain"

Ia pun langsung diselimuti rasa takut dan cemas. Ia berpikir apakah Ia melakukan kesalahan dan berakhir dieksekusi mati. Tanpa bertanya-tanya, dengan terpaksa mengikuti perintah mereka.

Dr. Sofia dengan hati-hati mengikutinya. Tak hanya Ia sendiri, ternyata sejumlah ilmuwan lain pun dipaksa mengikutinya. Mereka melewati koridor panjang dan akhirnya tiba di sebuah gedung besar dengan logo RSA.

Dr. Sofia dan ilmuwan lainnya dipersilahkan duduk di ruangan itu. Suasana tegang dan suhu ruangan dingin menambah kesan menyeramkan baginya.

Sosok pria botak dan kekar itu berdiri dihadapan mereka.

"Ini adalah ruang presentasi yang akan digelar tiap minggunya. Selain itu berbagai temuan sebelumnya juga harus disampaikan dengan penuh kejujuran dan data yang asli." kata pria botak itu.

Ia langsung merasa tertekan, namun Ia tahu ini adalah satu-satunya cara untuk melanjutkan penelitiannya.

Salah seorang ilmuwan mempresentasikan hasil temuannya. Namun, setelah Ia mempresentasikannya, ilmuwan itupun dipaksa keluar ruangan. Seolah-olah terjadi sesuatu. Akan tetapi tidak semua ilmuwan bernasib seperti itu.

Akhirnya tiba giliran untuk Dr. Sofia. Dengan keyakinan hati yang kuat dan berani, Ia mempresentasikan temuan sebelumnya. Fungsi nuklir untuk uji teknis pengembangan kendaraan luar angkasa.

Dengan lantang Ia membicarakan bahwa pengembangan ini dilakukan demi mengefisienkan penerbangan antariksa dan mampu bekerja selama ratusan tahun.

Setelah Dr. Sofia mempresentasikannya, Ia mendapat gemuruh tepuk tangan. Terlihat sosok pria berjubah itu ikut tepuk tangan meskipun Ia penasaran sosok dibaliknya jubah itu.

Tetapi, salah seorang perwira memberi isyarat untuk membawanya. Akhirnya seorang anggota militer itu menyeret Dr. Sofia keluar ruangan. Sepanjang koridor Dr. Sofia memberontak.

Dengan berani ia menginjak kaki anggota militer dan meninju perut dan wajahnya. Beruntung Dr. Sofia dibawa oleh anggota militer yang tak membawa senjata, yang membuatnya berhasil kabur.

Tidak lama kemudian alarm berbunyi. "Tangkap!" teriak salah satu penjaga.

Dengan cepat, ia menuju pintu keluar yang ia lihat sebelumnya. Ia berlari secepat yang Ia bisa, kemanapun arahnya. Tak peduli didepannya jurang sekalipun.

Ia terus berlari, tidak berani berhenti, hingga ia mencapai hutan lebat. Tubuh Dr. Sofia telah mencapai batasnya. Ia merasakan lelah dan perut yang teramat sakit. Memutuskan untuk beristirahat dibawah pohon besar di pinggir hutan.

Tiba-tiba pria misterius itu datang dihadapannya. Sontak membuatnya kaget. Bagaimana mungkin pria itu dapat tahu posisinya.

Pria itu menatapnya dengan senyum tipis. Sementara dirinya terpojok tak bisa bergerak lagi. Pertanda buruk untuk Dr. Sofia dimulai.

1
anggita
like👍+☝tonton iklan. semoga novelnya lancar banyak pembaca.
NautamaDaiku
mampir juga ka
Leekay_Clowpd
keren kak ^^, apa kakak ada rencana buat ikut space explorer nanti?
Leekay_Clowpd: tentu, kebetulan juga aku punya cerita space explorer, sekalian nyari inspirasi ^^
D. Septian: Kemungkinan, bantu support ya/Plusone//Good/
total 2 replies
D. Septian
terjadinya*
Scar
Mantap banget! 🙌
D. Septian: Bakal update kok😉
total 1 replies
kappa-UwU
Ga sabar jilid berikutnya
D. Septian: Sip, saran dan dukungannya ya👍
total 1 replies
Muhamad Ali
Maknyus! 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!