NovelToon NovelToon
Syabilla

Syabilla

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: Be___Mei

"Aku memang bukan cinta pertamamu, tapi aku akan menjadi cinta terakhirmu."

Syabilla, nama gadis yang bicara itu. Dan Dhuha, nama pria yang tertegun setelah mendengar apa yang dia katakan.

"Aku seorang duda."

"Iya aku tahu."

"Aku duda dua kali."

"Iya aku juga tahu hal itu."

"Aku sangat jahat, dahulu..."

"Iya, aku tahu semua tentangmu di masa lalu."

"Lantas, kau masih mau menjadi istriku?."

"Iya."

"Kenapa?."

"Karena kata ayah dan ibu kau pria yang baik."

Sejenak Dhuha terdiam, kemudian....

"Baiklah, karena kau sudah tahu siapa aku dan bagaimana masa laluku, mari kita menikah."

Di balik cadar putih itu Syabilla tersenyum. Sementara Dhuha, pria itu kembali diam. Dia tak tahu bagaimana ekspresi para keluarga setelah mendengar kesepakatan mereka, sebab dia buta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Be___Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kediaman Tio

"Katering saja"

"Masak sendiri saja, Tuan"

"Tio...kalau masak sendiri akan merepotkan orang lain."

"Tidak, Tuan. Nanti ibu sama keluarga saya yang masak."

"Justru itu yang aku maksud!" ujar Dhuha lagi penuh penekanan"Sebagai orang tua tak seharusnya ibumu dibuat repot. Juga keluarga kamu, seharusnya mereka tinggal datang dan makan saja!"

Di pelataran kediaman Tio yang telah selesai, majikan dan pelayan ini tengah berdebat. Dhuha yang tak ingin merepotkan keluarga Tio dengan memasak hidangan untuk acara syukuran rumah baru Tio, sedangkan Tio merasa keberatan jika harus memesan makanan jadi dari rumah katering. Sebab, dia yakin Dhuha yang akan membayar semua itu, dia merasa tak enak hati.

"Tanah dan rumah dibuat atas namaku. Dan aku yakin Tuan juga pasti akan membayar pesanan makanan siap saji itu" Bisik hatinya. Akh! punya bos gemar mentraktir makan membuat dia canggung.

"Baiklah, kita pakai katering saja. Tapi saya yang bayar, ya Tuan!"

"Hem" angguk Dhuha tersenyum tipis.

Untuk acara syukuran, Dhuha menyarankan Tio untuk mengundang kelompok sholawatan Kyai Ismail, ayah Wahab. Tentu Tio tidak keberatan, sejatinya semuanya yang ber-atas nama dirinya ini adalah milik Dhuha, dan dia meyakinkan diri Bahwa dia hanya menumpang.

Pada hari yang telah ditentukan, Syabilla ikut mempersiapkan segalanya di kediaman itu. Berkali-kali Tio meminta Syabilla untuk duduk saja bersama Dhuha di halaman depan, dan berkali-kali pula Syabilla menolak.

"Tidak apa-apa. Aku senang acara ini akhirnya diselenggarakan."

"Oh ya?. Nona senangnya kenapa?."

"Sebab para sahabatku akan datang" ujarnya bernada bahagia.

Tio tertawa, sederhana sekali membuat nona muda ini bahagia.

"Oh itu. Tuan sudah membicarakan hal ini sama saya. Akhirnya nona bisa bertemu mereka setelah sekian lama."

"Iya, aku sudah sangat merindukan mereka" nampak jelas kedua matanya menyipit, dia pasti tersenyum.

"Baiklah nona, bantu-bantu yang ringan saja."

"Kamu takut sekali membuatku repot, kenapa? apa bang Dhuha akan memarahimu kalau aku banyak membantu?"

Lekas Tio menggeleng"Tidak nona. Saya yang tak enak hati, majikan saya ikut bekerja mempersiapkan semua ini. Saya...merasa jadi pembantu yang kurang aja" dia menunduk, memang nampak tak enak hati.

"Oh, begitu...." Syabilla baru menyadari. Dan mungkin hal ini akan membuat Tio segan padanya kelak.

"Baiklah, kalau begitu saya duduk menemani bang Dhuha saja."

"Nah!" sontak Tio berseru.

"Heh! ada apa? kenapa meninggikan suara di depan majikan!" ibunda Tio yang berada tak jauh dari mereka lekas menghampiri. Tak lupa, cubitan kecil sebagai peringatan telah sampai di pinggang putranya.

"Aduh! ibu!."

"Tidak apa-apa, bu. Kata suami saya Tio sudah dianggap sebagai keluarga, sama seperti Dito. Jadi santai saja kalau bicara dengan kami."

"Masya Allah, nona memang cocok dengan nak Dhuha, sama-sama rendah hati." kini tangannya berbalik mengusap pucuk kepala Tio"Ya Allah anakku, kebaikan apa yang kamu perbuat di kehidupan lampau, hingga dipertemukan dengan majikan sebaik nak Dhuha dan nona Syabilla ini."

Syabilla merasa terharu, begitu jelas kasih dan sayang ibunda Tio pada putranya.

Terlihat Juga Tio nampak terharu, mungkin karena Syabilla mengatakan dirinya adalah keluarga, seperti yang kerap Dhuha katakan padanya dan Dito.

Di tengah obrolan itu, Wahab datang bersama istinya. Dito datang menghampiri Syabilla menyampaikan pesan Dhuha untuknya bergabung duduk di pekarangan.

Syabilla segera izin undur diri. Dengan berkali-kali kata terimakasih, ibunda Tio mempersilahkan dirinya undur diri. Tak lupa, dia panjatkan doa agar Syabill dan Dhuha lekas diberikan keturunan. Akh! seketika terbit rona merah di kedua pipi Syabilla. Beruntung wajah merona itu tersembunyi di balik cadar.

Bergabunglah Syabilla bersama Dhuha, Wahab dan istrinya, Juwita. Seperti keinginan Wahab, dia memperkenalkan Juwita kepada Syabilla. Dia berharap mereka dapat berteman baik, dan ternyata niat baik itu terwujud. Tak perlu waktu lama Syabilla dan Juwita nampak cocok. Mereka tidak canggung dalam berinteraksi baik dalam hal serius apalagi bercanda.

"Niat hamba baik ya Allah. Bantu hamba mengeluarkan Dhuha dari kungkungan rasa bersalahnya" begitu doa Wahab kala itu.

Hari telah siang, selepas dzuhur acara dimulai. Kyai Ismail beserta rombongan dipersilahkan untuk memulai acara dengan sholawat dan salam kepada Baginda nabi Muhammad Saw. Rawi mulai dibaca diselingi lagu sholawat dengan iringan pukulan hadroh.

"Masya Allah, rasanya seperti kembali ke pondok pesantren" ucap Syabilla.

Saat itu Syabilla sedang menggenggam tangan Dhuha, dapat dia rasakan genggaman itu semakin erat"Banyak sekali orang yang hadir, ya"

"Iya, bang."

Benar, dapat Dhuha rasakan tekanan pada dirinya. Pandangannya yang kabur terasa gelap, ini pasti karena menangkap banyak bayangan orang.

"Bang... kenapa?"

"Tidak" sahutnya.

"Abang seperti tak nyaman di sini?" mereka memang berada di tempat yang membuat Dhuha tak nyaman, yaitu bergabung bersama rombongan kyai Ismail. Tak tanggung-tanggung, Wahab membawa mereka untuk duduk bersama pada barisan terdepan. Meski pada barisan ujung, tetap saja mereka berhadapan dengan para tamu undangan.

Menundukkan wajah, genggaman tangannya semakin erat.

"Pendosa!"

"Pengkhianat!"

"Manusia rendah!"

"Kau bahkan pernah menculik!"

"Tak tahu malu!"

Jantung pria ini berdebar hebat, rasanya seperti genderang yang semakin keras dipukul.

"Wah, Yasmine datang!" berseru kecil, Syabilla langsung kegirangan.

"Bang, boleh aku menghampiri sahabatku, sebentar saja."

"Hem" sahut Dhuha.

Baru saja genggaman tangan mereka terurai, Syabilla kembali berseru kecil"Ka Naira dan bang Agam juga datang!"

Deg!

"Bang, mau ikut aku menyapa mereka. Mereka sahabat-sahabat aku waktu menjadi relawan banjir di kota Mentaya."

"Naira... Agam! Naira...Je-Naira!" batinnya

"Jadi...Syabilla berteman dengan mereka?. Jena dan Agam!" batinnya.

Relawan banjir....masih segar dalam ingatan Dhuha dirinya mengejar Jena ke kota Mentaya kala itu. Waktu itu sempat ada wawancara dengan anggota relawan yang bernama Syabilla, ya!. Dia baru ingat semua itu. Pantas saja nama istrinya seperti tidak asing waktu pertama kali mereka berdua diperkenalkan.

Dhuha menggigit bibir, dia gundah. Dia semakin tenggelam dalam rasa yang sulit di artikan.

Kalut, takut, rasanya ingin melarikan diri lagi. Melarikan diri ke tempat yang tiada seorangpun tau siapa dia.

Tubuhnya melemas, keringat dingin bercucuran.

Menyadari sang suami tak menjawab perkataannya, Syabilla membenahi duduk dan menatap Dhuha. Nampak tegang, kedua alisnya beradu seperti orang menahan sakit.

Syabilla menyentuh keningnya, tindakan ini membuat Dhuha terkejut.

"Abang! abang sakit?"

"Ti...tidak."

"Mana Tio?"

"Di belakang Wahab."

"Tolong panggilkan. Aku merasa harus beristirahat. Kalau kamu mau menemui sahabat-sahabatmu silahkan. Aku izinkan."

"Tapi..."

"Aku baik-baik saja, Syabilla."

"Abang berkeringat, tangan abang dingin"

Melepaskan genggaman tangan mereka yang baru Syabilla lakukan"Abang hanya perlu istirahat." kali ini dia berkata dengan lembut. Sepertinya dia mulai bisa menenangkan diri.

Syabilla diam sejenak. Jemarinya mengusap lagi kening Dhuha, dia tidak demam!

"Cepat temui mereka. Abang mau kembali ke kediaman kita" Tio tengah membantunya berdiri.

"Pulang?. Acaranya baru dimulai, Tuan."

"Abang sepertinya kelelahan. Ini acara syukuran rumahmu, lebih baik aku saja yang membawanya pulang."

"Jangan...!" lembut tapi penuh penekanan di akhir kalimat, Tio sadar Tuannya sedang menahan diri.

"Hanya mengantar, iya kan, Tuan?" mereka bertiga beriringan menuju ruangan lain.

"Ya" sahut Dhuha singkat.

"Lantas, aku di sini dan abang di rumah. Lebih baik aku kembali kerumah bersama abang."

"Abang izinkan kamu keluar rumah tanpa abang. Hanya di sini, bahkan rumah kita pun kelihatan. Syabilla, abang tidak marah, lagipula bukannya kamu merindukan sahabat-sahabatmu. Jumpai mereka mumpung ada kesempatan"

"Terimakasi, abang baik sekali."

Tersenyum Dhuha menanggapi ucapan itu.

Setelah pamit undur diri pada kayi Ismail, Wahab dan istrinya, akhirnya Dhuha pulang ke rumah. Tak lupa dia titip salam pada ibunda Tio, dia meminta maaf karena harus pulang lebih cepat. Dan Syabilla menemui Yasmine, Naira dan Agam, juga ternyata ada Zafirah. Wah...senang sekali rasanya. Tapi dia juga sedih, karena gagal mempertemukan suaminya dengan mereka.

"Mungkin lain waktu" ujar hatinya.

To be continued...

Salam anak Borneo.

1
ZasNov
Ada lagi perempuan yang lebih gila dari Tiara. Semoga Syabilla tidak terprovokasi ya.
ZasNov
Segala sesuatu bisa berubah, jika Allah sudah berkehendak. Termasuk mencairkan hati yang beku.
ZasNov
Syabilla, Dhuha cuma takut kenapa2. Kalau tar mereka muncul, selain harus melindungi diri sendiri, Dhuha juga bakal kerepotan melindungi kamu.
Ningmar
lanjut
Nurlela Nurlela
curang???
Be___Mei: iya kak, rindu yang curang. Walaupun seriap hari ketemu selalu ada bisa ngalahin diri Dhuha buat nggak bisa jauh dari Syabilla ❣️
total 1 replies
Nurlela Nurlela
bukankah Kalo mimpi buruk jgn diceritakan?
Nurlela Nurlela: 🤣🤣🤣🤣🤣
Be___Mei: malah bikin setres* 🤣
total 3 replies
Nurlela Nurlela
sebentar>>>sebesar
Be___Mei: cus revisi, xiexie kak lela ❣️
total 1 replies
ZasNov
Semoga Dhuha segera mengerahkan orang2nya untuk melindungi dirinya dan Syabilla..Juga mencari dan menangkap orang yang mengancam keselamatannya itu..
Be___Mei: Uhuy ...
ZasNov: Asyiiiikkk...😄
total 5 replies
ZasNov
Aduh siapa sih, niatnya apa ya sampai mengawasi dan terkesan meneror Dhuha dan Syabilla begitu..
ZasNov
Ah jadi parno.. Apa mungkin ada hubungannya sama orang2 yang ngawasin Dhuha.. Semoga Syabilla juga Dhuha baik2 aja..
Be___Mei: Aamiin, semoga saja kak 🤲
total 1 replies
Ningmar
mesteri apa ini thorr....lanjut2
Be___Mei: misteri upin dan ipin 🙏😁
total 1 replies
ZasNov
Aduh siapa nih, kok nyari keberadaan Dhuha.. Semoga Dhuha & Syabilla baik2 aja..
ZasNov
Untung masih ada org seperti Tio, yg peduli sama sesama.. Mgkn trlihat ga seberapa, tapi bagi Tole itu berharga banget 🥰
ZasNov
Nah itu alasan utamanya.. Daripada dikejar kucing garong di pasar, lebih baik di rumah aja sama istri tercinta 🥰
ZasNov
Interaksi yang manis diantara Dhuha, Syabilla dan Mamanya bikin seneng..
Tapi agak nyesek kl inget nasib Jena dulu.. 🥺 Untung aja Jena udah bahagia di Ratu-kan Agam dan mertuanya..
ZasNov
Senangnya melihat Mamanya Dhuha bisa sebaik & sedekat itu sama menantunya.. Jangan kumat lagi ya.. ✌😆
ZasNov
Sepertinya Dhuha mengambil keputusan yang tepat. Cukup serahkan sama Dito dan Tio saja. Lebih baik sering2 menemani istri biar ga kesepian.. Diluar bahaya.. 😆
Ningmar
lanjut
mama Al
ehmm ... Dewa itu siapa?
Be___Mei: nama lain Dhuha mam ❣️
total 1 replies
mama Al
saling membatin tidak akan menyelesaikannya masalah, syabilla, Dhuha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!