Ibunya masuk rumah sakit jiwa
Ayahnya sedari dulu tidak pernah mengakuinya
dan kekasihnya malah berpaling pada Kaka tirinya.
Inilah kisah Naina, gadis sejuta luka tapi tetap tersenyum.
ketika usia Naina berusia 12 tahun, ibunya masuk ke dalam rumah sakit jiwa akibat ulah ayahnya, dia juga dibuang ke panti asuhan.
6 tahun berlalu ayahnya memanggilnya, Dia pikir ayahnya memanggilnya untuk meminta maaf tapi ternyata Naina salah.
ayahnya menyuruh dia datang, meminta dia melepaskan Gerald yang tak lain kekasihnya, yang juga sama-sama berasal dari panti asuhan. ayahnya melakukan ini karena ternyata, Kakak tirinya menyukai kekasihnya. yang paling membuat Naina sesak, ternyata kekasihnya juga menyetujui ucapan ayahnya.
Dan pada akhirnya Naina jatuh di luka paling dalam, tapi tanpa Naina sadari balik luka yang dia derita ada kebaha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan
“Syafira, bawakan cabai di kulkas!” titah Naina, saat ini dia sedang memasak di dapur untuk makan malam mereka berdua. Dan sedari tadi, Safira terus membantu Naina.
”Baik bibi!” Safira pun langsung membuka kulkas kemudian mengambil cabai lalu memberikannya pada Naina. Ketika Naina memasukkan cabai ke dalam wajan, tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Hingga pada akhirnya Naina mematikan kompor, lalu setelah itu berjalan untuk membuka pintu.
“Tuan Gavin." Panggil Naina ketika dia membuka pintu dan ternyata yang mengetuk pintu barusan adalah Gavin. seketika Naina di hinggapi rasa was-was, jika Gavin sudah menghampirinya ke kamar pasti akan ada pembicaraan yang serius dan tentu saja itu mengenai Carlos.
” Tuan Carlos menyuruhmu untuk makan malam bersama.” tiba-tiba tubuh Naina diam mematung ketika mendengar itu, apakah Carlos akan menekannya sama seperti dulu, dan berubah pikiran lagi, serta menyuruhnya untuk kembali menjadi Sandra.
“tenang saja Tuan Carlos tidak akan melakukan hal seperti kemarin lagi.” Gavin dengan cepat berbicara karena dia mengerti pikiran Naina. Hingga Naina tersadar kemudian dia menoleh ke arah Safira, wajah Safira langsung berubah ketika mendengar perintah Gavin barusan. Dan Naina mengerti bahwa Safira sedih jika dia tidak makan bersama sebab mereka sedang memasak makanan kesukaan Safira.
“Aku tidak mau makan malam dengannya, aku akan makan di sini dan akan menemui dia setelah makan malam selesai." Hanya ini yang bisa Naina katakan. Dia tidak tega meninggalkan Shafira dan dia akan menemui Carlos setelah acara makan malam selesai.
“Baiklah aku akan sampaikan!” Gavin pun berbalik kemudian pergi meninggalkan kamar Naina, Gavin sengaja tidak memaksa Naina sebab dia yakin Carlos tidak akan murka.
“Bibi, apa bibi akan menemuinya dan meninggalkanku dengan waktu yang lama?" Tanya Shafira ketika Gavin sudah pergi. Raut wajah gadis itu langsung terlihat sendu, terbayang jika Naina pergi dia akan sendiri lagi di kamarnya.
Naina menggeleng. “Bibi hanya akan menemuinya sebentar, nanti bibi akan kembali lagi ke sini." Walaupun Naina sendiri tidak yakin dengan jawabannya karena dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Carlos, tapi sebisa mungkin dia harus berani menghadapi lelaki itu.
“Ah, syukurlah!”
”Ayo kita teruskan acara memasaknya.”
****
Naina berdiri di depan kamar Carlos, akhirnya setelah makan malam bersama Shafira, Naina pun langsung datang ke kamar Carlos karena barusan Gavin mengatakan bahwa Carlos sudah menunggu di kamar.
Ini sudah 5 menit Naina diam di depan kamar suaminya, tapi dia sama sekali tidak berani mengetuk pintu ataupun masuk. Kemarin dia sangat berani karena sedang terjepit, tapi sekarang dia kembali ketakutan.
Tak lama Naina mengeluarkan sebuah cutter dari sakunya, tentu saja dia akan melakukan seperti kemarin berpura-pura untuk menusukk perutnya. Hingga pada akhirnya Naina pun mengetuk pintu, dan ketika mendengar sahutan dari dalam. Naina pun langsung masuk.
“Duduk!” titah Carlos, lelaki itu menyipitkan matanya ketika melihat Naina memegang sesuatu dan tentu saja Carlos tahu apa yang dipegang oleh wanita itu.
Tanpa ekspresi, Naina pun langsung berjalan ke arah sofa, lalu mendudukan dirinya di sofa yang bersebrangan dengan Carlos.
”Untuk apa kau memanggilku kemari?” tanya Naina, dia bertanya tanpa melihat ke arah Carlos, tentu saja karena dia takut melihat tatapan suaminya.