Mengubah Cinta Masa Lalu

Dinda, loly dan Sita begitu sibuk mengumpulkan informasi dari semua sumber terpercaya, sedangkan Leo hanya duduk memperhatikan mereka. Loly yang awalnya diam, kini berkomentar karena ia merasa kesal dengan kelakuan Leo yang hanya menonton mereka mengerjakan tugas tanpa ikut membantu.

"Kamu sebenarnya ke sini mau ngapain sih Leo? Kami sudah capek-capek ngumpulin informasi dan mencatat, kamunya enak-enakan duduk. Mending kamu pulang saja sana, kehadiran kamu cuma jadi pengganggu tahu nggak."

"Udah Ly, biarkan saja." Dinda berusaha menenangkan Loly. Tapi seperti nya omongan Loly hanyalah sebuah angin lalu bagi Leo.

"Emangnya apa tugasku, kalian dari tadi asik sendiri tanpa menjelaskan apapun padaku."

Dinda akhirnya menyadari kalau dari awal Leo datang mereka tidak menjelaskan apapun padanya. Mereka begitu sibuk mencari informasi dan melupakan Leo. Leo belum tentu dengar pembahasan mereka tadi siang karena ia hanya tidur di kelas disaat mereka bertiga sedang bermusyawarah.

Tapi itu salah dia sendiri tidak memperhatikan di saat kami sedang bermusyawarah.

"Ya maaf, kami lupa. Kami begitu serius tadi. Tapi kan kamu bisa bertanya pada kami, bukannya duduk diam seperti itu." Ujar Loly ketus.

"Ya sudah, karena kami juga sudah selesai mencarinya gimana nanti kamu yang bertugas mempresentasikan di depan kelas." Usul Dinda.

"Baiklah." Kata Leo dengan santai nya.

"Ingat jangan sampai salah. Pokoknya presentasi mu harus bagus. Bila perlu kamu menghafal saja. Tapi jika kamu memang tidak bisa menghafal baca pun tak masalah. Asalkan suaramu itu lantang. Awas saja kalau nilai kelompok kita sampai jelek." Tekan Dinda.

"Ingat waktu kita hanya tinggal dua hari lagi. Kamu bawa saja copyannya sedangkan yang satunya akan kita kumpulkan."

Dinda memberikan Leo lembaran yang satunya yang merupakan copyan. Ini adalah ide dari Sita yang mengusulkan untuk disiapkan dua rangkuman.

"Dinda kamu yakin percaya sama dia?" Sita bertanya dengan nada yang berbisik karena merasa sedikit ragu begitupun dengan Loly.

"Ya harus percaya lah, aku yakin Leo pasti mempertanggungjawabkan tugasnya." Bisik Dinda balik kepada Loly dan Sita.

Karena pekerjaan mereka sudah selesai, mereka memutuskan untuk pamit pulang. Dinda mengantar mereka ke depan. Saat menuruni anak tangga, Dinda melihat mas Dino sedang duduk di ruang tamu dan begitu fokus dengan laptopnya.

"Mas Dino baru datang ya?" Tanya Dinda berjalan mendekati Mas Dino. Kebetulan tadi setelah menjemputnya mas Dino keluar lagi.

"Mas pulang nya dari tadi, hanya saja mas tidak ke atas, karena mas tidak ingin menganggu kalian. Apa tugas kalian sudah selesai?"

"Iya mas, sudah selesai. Aku mau ngantar mereka ke depan nyari angkot. Oh iya, kenalin mas Dino ini teman-teman aku Loly dan Sita."

"Salam kenal mas." Kata Loly dan Sita serempak.

"Iya salam kenal. Kalian yang tadi siang memberitahu mas kalau Dinda masih ada di kelas kan." Loly dan Sita mengangguk. Perhatian mas Dino kini teralihkan ke belakang mereka. Ia melihat Leo dengan tatapan tajam seperti mengintimidasi.

"Oh ini juga teman aku mas, namanya Leo. kebetulan kami sekelompok." Dinda yang menyadarinya segera memperkenalkan Leo pada mas Dino. Karena kakaknya itu pasti berpikir yang macam-macam. Tapi dari wajah Leo menunjukkan kalau dia tidak peduli sama sekali.

"Aku pulang." Leo berjalan ke luar dan bayangannya menghilang dari balik pintu.

Dasar. Umpat Dinda kesal. Dinda melihat kedua sahabatnya itu yang sepertinya juga sangat kesal pada tingkah Leo barusan.

"Teman mu kenapa Dinda?"

"Nggak usah dipeduliin mas, dia memang rada-rada aneh." Mas Dino mengangguk faham.

"Mama belum pulang ya mas?"

"Iya belum, mungkin pulangnya barengan sama papa."

Mama Bella meskipun ibu rumah tangga, tetapi ia juga punya kesibukan sendiri di luar. Mama Bella dan teman-temannya melakukan arisan yang tujuan nya sangat mulia yaitu menggalang dana untuk membantu kaum miskin yang berada dalam kesulitan. Arisan tersebut sudah berjalan selama 5 tahun.

"Kamu suruh pak Jodi saja buat mengantar mereka." Usul mas Dino.

"Emangnya pak Jodi sudah balik dari kampung?"

Pak Jodi adalah supir pribadi papa Ferdi. Dia juga yang selalu mengantar dan menjemput Dinda di sekolah. Kebetulan seminggu ini pak Jodi tidak kelihatan karena harus pulang kampung untuk mengurus anaknya yang sakit. Jadi selama beberapa hari saat pak Jodi cuti, papa Ferdi menyetir sendiri mobilnya.

"Ya sudah kalian diantar pak Jodi saja ya."

"Nggak usah deh Dinda kami naik angkot saja," kata Sita yang merasa tidak enak.

"Nggak apa-apa, lagian angkot jarang sekali melewati komplek perumahan di sini karena orang-orang di sini selalu bawa mobil sendiri."

Sita melirik Loly menanti keputusan nya.

"Ya sudah kalau kamu maksa, tapi terimakasih ya sebelumnya."

Dinda mengantar Sita dan Loly ke teras depan menunggu pak Jodi mengeluarkan mobil BMW putih dari garasi. Sita dan Loly naik dan mobil itu meninggalkan perkarangan rumah. Ia masih menunggu sampai jejak mobil itu benar-benar lenyap dari pandangannya. Dinda masuk ke dalam rumah dan bersiap untuk mandi.