Naina, seorang gadis muda berbakat, adalah salah satu penghuni panti asuhan. Saat ia bersekolah di sekolah menengah elit, dia pintar dan cantik, dinaksir oleh banyak laki-laki, dan juga iri dari banyak gadis.
Tapi dia tidak peduli dengan semua itu, situasi ekonomi ibu panti semakin memburuk, bahkan dia mendapat kesempatan untuk belajar di luar negeri, dia harus melepaskannya, dia harus lulus secepatnya dan mencari pekerjaan yang stabil untuk membantu saudara-saudaranya di panti asuhan, dan juga untuk meringankan beban ibu panti.
Namun, tidak ada yang tahu, termasuk ibu panti, bahwa Naina adalah seorang hacker dan dikenal sebagai "UZZA", yang merupakan singkatan dari "Yang Terkuat", dan menghasilkan banyak uang dari bisnis lain.
"Naina, mengapa kamu masih bekerja jika kamu begitu kaya?"
"Aku tidak ingin ibu panti mengira aku mencuri uang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih tentang Maya
Kembali pada Naina...
"Ayahmu..." ucapan Naina terhenti, karena ia menarik nafasnya, karena dadanya yang terasa sesak.
"Ayahmu telah menghembuskan nafas terakhirnya 3 bulan setelah kepergianmu." lanjutnya seraya meneteskan air matanya. Naina memang memiliki hati yang sangat lembut, sehingga hal seperti ini bisa membuatnya menangis.
DEG
"Itu itu,, tidak,, mungkin. Itu tidak mungkin, ayahku pasti masih hidup dan bekerja di sawah seperti biasanya." ucap Maya tak terima
"Ayahmu yang seharusnya mendapatkan pengananan lebih lanjut dan juga hidup sehat, karena memiliki satu ginjal. Harus menderita, karena ia harus tetap bekerja. Hanya demi sesuap nasi, dengar May.... jangankan untuk membeli obat, untuk mengisi perutnya pun ia tak mampu. Sehingga kondisinya semakin hari, semakin..."
"CUKUP CUKUP, AYAHKU BAIK-BAIK SAJA!!! Ia tak mungkin meninggalkan aku, ia sangat menyayangiku." teriak Maya , yang semakin lemah suaranya
Naina diam, sedangkan teman lainnya yang perempuan sudah ikut menangis mendengar kenyataan ini. Mereka yang mati-matian bekerja demi membahagiakan keluarga dan juga kedua orangtuanya, tapi Maya dengan mudahnya menyuruh sang ayah menjual ginjal demi kebahagiaannya.
Ken, David dan Sintya terkejut, karena Naina bisa mengetahui semuanya. Darimana?
'Hiks, jahat banget Maya.'
'Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan ayahnya, anak yang di cintai nya tega berbuat sampai sejauh ini.'
'Dan beliau harus pergi, tanpa ada putri yang di cintainya.'
'HIks, Maya jahat'
Sedangkan para pria menengadahkan kepalanya, demi menahan air matanya.
"DIAM DIAM DIAM KALIAN SEMUA, AYAHKU MASIH HIDUP!!" kembali Maya berteriak seraya menutup kedua telinganya, menggunakan telapak tangannya.
Maya menatap tajam Naina, dan melangkah mendekatinya.
"Kamu hanya orang luar dan tidak tau apa-apa tentang keluagaku, bagaimana kamu bisa mendapatkan kabar ayahku yang sudah tiada. Jangan mengarang cerita NAINA" ucapnya dengan suara bergetar
Naina masih menatap Maya dengan dingin dan raut wajah datarnya.
"Handoko Pratama nama alm. ayahmu, Ningsih Setiawati nama almh. ibumu."
BRUGH
Maya jatuh terduduk dengan memegang dadanya yang terasa sesak, dan air mata yang mengalir deras. Maya mengangkat kedua tangannya dan menjambak rambutnya.
" AAAAAAAAAAA..... AYAAAAAAHHHH" teriaknya, dengan suara tangisan pilu.
"MAAFKAN AKU AYAH, MAAFKAN ANAKMU YANG DURHAKA INI." tangisannya semakin tersedu
Naina menghembuskan nafasnya, ia lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Maya. Naina memeluk tubuh Maya, Maya yang memang membutuhkan sandaran menerima dan membalas pelukan Naina.
"Bagaimana ini Nai, aku sudah sangat berdosa pada ayahku. Aku benar-benar sudah durhaka pada ayahku, apa yang harus aku lakukan? Rasanya aku juga ingin menyusul ayah, Nai. HUaaaaaaa. .... Hanya dia satu-satunya keluargaku, tapi aku sudah menelantarkan ayahku sampai ia pergi." ucap Maya dan ia semakin histeris, membuat siapapun yang mendengarnya ikut merasakan apa yang di rasakan oleh Maya.
Naina mengusap punggung Maya, memberikan waktu untuknya mengeluarkan semua emosinya.
David merasa takjub melihat perubahan Maya dan bagaimana cara Naina menanganinya. Ken tersenyum, kini Sintya pun bisa melihat bagaimana cara Naina mengubah lawan menjadi kawan.
'Dia memang istimewa, entah apa yang ia punya. Sehingga dapat merubah orang-orang yang benci menjadi menyesal, lalu berubah jadi menyukainya.' gumam Sintya
"Yang harus kamu lakukan adalah mendo'akan ayahmu, merubah diri menjadi lebih baik. Karena sebesar dan sekeras apapun kamu menyesal juga menangisi ayahmu, beliau tidak akan kembali bangun untuk menemuimu." ucap Naina, Maya semakin mengeratkan pelukannya
"Dan ingat lah, sekeras apapun kamu menginginkan sesuatu, bila Tuhan tidak menghendakinya. Maka apa yang kamu inginkan, takkan pernah tergapai. Belajarlah mensyukuri apa yang sudah kamu dapatkan, maka Allah pun akan memberikan lebih banyak lagi. Aku tau kakak menginginkan hal sudah jelas tidak akan kakak dapatkan,jadi berhentilah mengotori hati kakak. " ucap Naina dengan berbisik di kalimat terakhir, yang membuat Maya semakin tersedu.
"Maaf.. maafkan aku Nai. Aku sudah berbuat jahat padamu, maaf" ucap Maya di tengah isakannya. Ia melerai pelukannya dan menghadap pada rekannya, lalu ia menundukkan tubuhnya 90 derajat
"Maaf, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf pada kalian semua." ucap Maya sembari masih sesenggukan
Mira yang paling sering di tekan oleh Maya, maju terlebih dahulu dan memeluknya.
"Aku memaafkan mu May, semoga kamu berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya." ucap Mira dan di angguki Maya
"Terimakasih" di susul temannya yang lain, ikut memeluk Maya. Memberikan maaf serta menguatkan Maya
"Terimakasih terimakasih" ucap Maya kembali menangis
Naina menanyakan jam pada Sintya.
"Bu, maaf. sekarang jam berapa ya?" tanya Naina pelan, Sintya mengangkat tangan
"Jam set 7...." belum selsai menjawab
"Astaghfirullah, belum shalat maghrib. Terimakasih bu, saya pinjam ruangannya dulu sebentar." Naina kembali masuk ke ruangan, ia tergesa ambil wudhu dan langsung melaksanakan kewajibannya.
Sedangkan Sintya, Ken dan David saling pandang.
"Aku juga akan ke mushola" ucap Ken, di susul David
Sintya hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena ia sendiri non muslim. Akhirnya, Sintya lebih memilih duduk di salah satu meja dan meminta makan juga minum pada Mira.
Karena merasa tanggung, akhirnya Naina memilih berdiam diri sampai Isya di ruangannya. Ia membaca beberapa surat yang ia hapal...
"Sepertinya besok aku harus membeli ponsel baru, yang bisa menyimpan beberapa aplikasi penting. Seperti murotal, di ponsel ini mana bisa." gumamnya pelan
.
.
Setelah semuanya selesai, Naina berpamitan pada Sintya, untuk segera pulang. Karena ini sudah terlalu malam, ibu past
"Bu, saya pamit pulang ya. Maaf hari ini sudah membuat keributan di restoran." ucap Naina tak enak
Sintya membuka kacamatanya dan tersenyum.
"Tidak apa-apa, aku menyukai caramu menyelesaikan masalah. Hati-hati di perjalanan pulang..." jawab Sintya
"Baik bu, selamat malam." Naina pergi setelah Sintya mengangguk
Saat Naina keluar dari restoran, ia di kejutkan dengan keberadaan Maya.
"Astaghfirullah May, maksudku kak Maya. Mengagetkan aku" ucap Naina mengelus dadanya
"Maaf Nai" ucap Maya tersenyum tipis, namun terlihat pandangannya yang kosong.
Naina merasa bersalah, karena ia yang sudah membuatnya seperti ini.
"Ada yang mau kak Maya katakan?" tanya Naina lembut, ia pun menggenggam tangan Maya
Maya melihat tangannya yang di genggam, tak lama ia menengadah melihat wajah Naina. Lagi-lagi Maya kembali meneteskan air matanya, Naina semakin merasa bersalah.
"Kak Maya hendak kemana?" tanya Naina lagi, Maya menggelengkan kepalanya. Bukan ia tak punya tempat tinggal, tentu saja ada kosan untuknya berteduh selama ini dan jaraknya pun tak jauh dari restoran. Hanya saja, ia merasa enggan untuk kembali ke sana.
Ia tak mau sendiri, rasanya semua perlakuan jahat pada ayahnya terus berputar di kepalanya. Entah kenapa, hanya Naina yang ingin ia temui.
"Bagaimana kalau kakak ikut Nai pulang? Kita bicarakan lagi masalah ini dengan bundanya Nai." ajak Naina, Maya mengangguk dengan cepat
Naina menarik tangan Maya, agar Maya mengikutinya.
Saat Naina hendak melangkahkan kakinya ke taxi online yang sudah ia pesan, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depannya. Muncullah seorang pria dari mobil itu dan tersenyum lebar pada Naina, Naina yang melihatnya langsung mencebikan mulutnya.
"Apa sesenggang itu pekerjaanmu, sampai jam segini ada di hadapanku." ucap Naina
"Hai teman, sudah beberapa bulan tidak bertemu. Kamu semakin sombong saja padaku, bukankah kamu bilang kita bisa berteman." ucapnya, membuat Naina akhirnya menyunggingkan senyumannya.
"Ada apa? Taxi online ku sudah menunggu di depan sana." ucap Naina
"Sudah aku batalkan, ayo naik. Biar aku yang mengantarmu...
...****************...
...Happy Reading all💞💞...