NovelToon NovelToon
Cewek Intern Dan Duda Keren

Cewek Intern Dan Duda Keren

Status: tamat
Genre:Romantis / Perjodohan / Nikahmuda / Cintamanis / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Tamat
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Hermosa

Dinda Lestari baru saja diterima di sebuah Perusahaan Multinasional sebagai Intern. Di hari pertamanya bekerja, seorang pria dewasa menarik perhatiannya. Dia adalah Arya Pradana, Kepala Divisi Business and Partners yang kabarnya sudah pernah menikah dan bercerai. Dia cerdas, berwibawa, dan tegas.
Baru beberapa minggu bekerja, Bunda Dinda menjodohkannya dengan putera temannya, penyelamat keluarga mereka saat diambang kehancuran dulu. Siapa sangka putera yang dimaksud adalah Arya Pradana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hermosa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Dingin

Sudah hampir seminggu sejak pernikahan Dinda dan Arya. Saat ini, Dinda masih mengambil cuti beberapa hari karena ibunda Arya, Inggit memintanya. Alasannya, agar Dinda bisa lebih akrab di rumah bersama dengan beberapa kerabat yang masih ada disana untuk beberapa hari ke depan sejak pernikahan mereka berlangsung.

Selain itu, Inggit juga memanfaatkan waktu ini untuk mengajarkan Dinda tentang semua informasi rumah, termasuk apa yang disukai dan tidak disukai oleh anggota keluarga di rumah. Alasannya sederhana, agar Dinda lebih cepat beradaptasi dan akrab dengan yang lain. Apalagi, Dinda sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga mereka.

Inggit juga mengajarkan tentang apa yang disukai oleh Arya, mulai dari makanan, kebiasaan, hingga bagaimana kehidupan dan rutinitas Arya selama ini. Namun, Inggit tidak menceritakan secara spesifik mengenai kehidupan rumah tangga Arya sebelumnya. Iya hanya memberitahu kulitnya saja. Dia pernah menikah dan bercerai. Hanya sebatas itu saja.

Lalu kemana perginya waktu bulan madu? Tidak seperti kebanyakan pasangan lain, Dinda dan Arya tidak langsung berbulan madu karena Arya sudah harus berangkat ke luar negeri untuk menemui klien. Intinya mengenai urusan pekerjaan. Arya akan berada disana selama lebih kurang 2 minggu.

Hari ini adalah hari terakhir Dinda cuti. Besok dia sudah harus masuk ke kantor. Dinda merasa sedikit aman dan nyaman setelah Arya berangkat dua hari yang lalu. Pengalaman mendebarkan sekaligus tidak menyenangkan beberapa hari yang lalu masih jelas di ingatan Dinda.

“Duh..aku harus tidur dimana? Mana udah jam 2 pagi dan rasanya ngantuk sekali.”, Dinda masih saja mematung duduk di sofa kamar. Pandangannya beberapa kali melihat ke arah kasur yang saat ini sudah ditempati oleh pemilik asli kamar ini, Pak Arya. 

Dia sudah menjatuhkan tubuhnya lebih dulu di tempat tidur sekitar 1 jam yang lalu. Tidak ada sedikitpun kata - kata yang disampaikan pada Dinda. Perlahan dan lamat - lamat, Dinda memberanikan diri untuk mendekati area tempat tidur. Dia sudah membulatkan hatinya untuk tidur disitu, disamping Arya. 

‘Din, kamu sudah jadi istri pak Arya. Suka atau tidak, kamu harus tidur disana.’, bathin Dinda. 

‘Tapi, kenapa dia dari tadi cuma bisa diam aja sih? Pas nikah aja, tangannya kemana - mana. Apa salahnya buka obrolan sebentar. Perkenalan kamar, persilahkan tidur, apa kek.’, Dinda kesal sendiri di dalam hati. 

Baru Dinda akan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, ponsel pria itu berdering. Bunyinya tidak hanya mengejutkan Dinda yang sudah berdiri di pinggir kasur, tetapi juga Arya yang baru tertidur sejam yang lalu. Arya perlahan menggosok matanya, menggaruk kuat rambutnya frustasi, dan berusaha keras membuka matanya. 

“Aduh.. siapa sih? Gak tahu orang lagi tidur apa? Ini jam 2!”, bentak Arya kuat kepada si penelepon yang bahkan belum ia cek siapa. 

Dia menghidupkan kembali lampu nakas yang tadinya sudah ia padamkan. Matanya langsung tertuju pada Dinda yang saat ini berada di depannya. 

Dinda tadinya ingin menghidupkan lampu nakas sebelum merebahkan badannya di sisi kiri kasur. Tetapi ponsel itu berbunyi dan membuatnya dalam posisi yang aneh di mata Arya. 

“Ngapain kamu?”, tanya Arya. Tidak ada sedikitpun nada lembut dalam kata - katanya. Saat ini Dinda persis sedang melihat Pak Arya, bosnya di kantor. Bukan suaminya. Bedanya hanya saat ini mereka sedang ada di kamar. 

“Emmm.. enggak pak. Tadi saya mau hidupin lampu sebelum…”, Dinda belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Ponsel yang tadi kembali berdering. 

Ponsel itu sempat mati karena sudah lama tidak diangkat. Sepertinya penelpon benar - benar ingin Arya mengangkatnya. Jadi, dia menelepon lagi. 

Tertulis nama ‘Sarah’ di ponsel Arya. Dinda bisa melihat tulisannya dengan jelas karena ponsel itu berada tepat di bawah lampu nakas. Saat itu Dinda masih belum sadar bahwa yang menelpon Arya mungkin saja Sarah, mantan istrinya. 

Begitu melihat siapa nama yang tertera di telpon genggamnya, Arya langsung mengambil ponselnya dan bergerak cepat memasuki ruang kerja. Ruangan yang tadi malam Dinda melihatnya keluar dari tempat itu. 

Lagi. Pria itu meninggalkan Dinda terdiam begitu saja tanpa ada kata - kata berarti. Seolah dia tidak ingat kalau dia sudah menikah dan ada orang lain yang tinggal bersamanya di kamar itu. 

Dinda masih belum berani tidur di kasur. Entah apa yang dia tunggu. Menunggu pemilik kasur kembali? 

5 menit berlalu. 10 menit berlalu. Tak terasa 30 menit sudah lewat sejak Arya masuk ke ruangan itu. 

Arya akhirnya keluar ruangan. Ponsel tak tampak berada di tangannya. Dia melihat ke arah Dinda yang masih terduduk di pinggir kasur bagian depan.

Dinda yang sadar Arya sudah keluar ruangan dan berjalan ke arahnya merasa terkejut dan sedikit terintimidasi. Tatapannya tajam ke arahnya. 

Tiba - tiba nafas Dinda tercekat saat Arya menciumnya. Masih dengan posisi berdiri di hadapan Dinda. Arya mengangkat sedikit wajah mungil yang masih kebingungan itu dan mencium bibirnya. Ada yang berbeda dari yang pria itu lakukan saat difoto oleh Dito pada resepsi dan akad nikah mereka tadi pagi.

Untuk beberapa saat pikiran Dinda terhempas hingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria ini padanya. 

“Lepaskan.”, kata Dinda pada akhirnya berusaha lepas dengan membuang wajahnya ke arah kanan dan melepaskan kedua tangan pria itu dari dagu dan lehernya. Arya, pria itu tidak melawan. Lengannya langsung terlepas seketika diiringi dengan decihannya yang terdengar menghina. 

“Heh.. saya sudah memberikan banyak kesempatan untuk kamu lepas dari pernikahan ini. Jangan salahkan saya jika kamu tidak suka.”, kata Arya tegas meski tidak meninggikan suaranya. 

“Tapi bukan berarti Pak Arya bisa seenaknya seperti itu. Tadi, saya tidak melakukan apa - apa karena ada banyak orang. Saya tidak mau tante Inggit, papa Pak Arya, dan juga Ibu saya kecewa.”, kata Dinda masih dengan menahan tangis. 

Ia masih bingung dan canggung dengan semua ini. Dia berharap Pak Arya membuka ruang bicara padanya, membuatnya nyaman, dan mengarahkannya. Tapi sebaliknya, laki - laki ini malah melampiaskan ketidaksetujuannya, Tindakannya tidak bisa diprediksi. Entah dia benci atau marah. Semua tidak jelas. 

Rasa itu semakin menekan dada Dinda sehingga ia akhirnya berani mengungkapkan kekhawatirannya. 

“Sejak saksi mengatakan ‘sah’, kamu itu istri saya. Tubuh kamu punya saya. Terserah saya mau apain. Mau saya cium, bahkan jika saya meniduri kamu sekalian, itu sudah hal lumrah bagi saya.”, Arya kembali berbicara tegas dengan melontarkan kata - kata yang tidak bisa Dinda bantah. 

“Kamu tidak memikirkan semua ini sebelum mengambil keputusan?”, pungkas Arya. 

Dinda hanya bisa terdiam. Dia tidak menangis, tetapi nafasnya sedikit berderu dan tersengal. Entah karena perlakukan Arya padanya atau perasaannya yang tertekan. 

“Semua keputusan yang diambil punya konsekuensi. Saya sudah kasih tahu sejak awal. Kamu sudah mengambil keputusan, jadi bersiap untuk segala konsekuensinya.”, Arya berjalan kembali ke tempat ia tidur tadi. Dia mengambil bantal yang hampir jatuh ke lantai dan merebahkan badannya di kasur. 

“Pikirkan perkataan saya malam ini baik - baik. Sebaiknya kamu tidur sekarang. Sebelum saya berubah pikiran.”, kata Arya sambil mengambil remote AC dan mengecilkan suhu hingga 16 derajat. Ia mematikan lampu nakas sebelum akhirnya membenamkan seluruh wajahnya ke bantal. 

Di sisi lain Dinda masih tercekat. Tapi dia berusaha untuk tenang dan bergerak menuju sisi tempat tidur yang satunya. Beruntung, tempat tidur mereka sangat luas (Queen Size) sehingga Dinda tidak perlu kesulitan untuk mengatur jarak dengan Arya. 

Malam itu Dinda lewatkan dengan perasaan gundah. Waktu berjalan lama. Rasa kantuk mendera tetapi mata sulit sekali untuk terpejam. Semua kata - kata pak Arya tidak ada yang salah. Tetapi kenapa dia harus sedingin itu.

1
Fatma Wati
Buruk
Fatma Wati
Lumayan
Santi Seminar
kak mosa sudah kangen pak Arya loh ini
Lia Kiftia Usman
suka dgn harmoni keluarga pak kuswan
Lia Kiftia Usman
suka... ucapanmu dan sikapmu dinda...👍
Lia Kiftia Usman
🤣🤣🤣🤣🤭
naura nahwa
selalu di tunggu
Lia Kiftia Usman
biasanya sekretaris se level sisca punya ob yg mendampingi u urusan copy meng copy dan urusan2 distribusi surat2 internal
Rini Fajarwati
Semoga ada kelanjutannya...
Rini Fajarwati
sampai 2 kali baca suka ceritanya...
Lia Kiftia Usman: ada...saya 5x juga
dite: 😂🤣🤣 ane ampe baca 5x ada
total 2 replies
HeNda Arfiani
Suka banget sama cerita ini. ❤️
Jenny Mongi
Lanjutkan thor.
Kristin Prakerja
di tunggu kanjutannya
Uchy Suci
blaster? mungkin blazer 🤭
Nani Widia
bagus cerita ya ringan tapi kenapa like ya sedih ya semangat author
Nadia Mgl
bagusss banget ceritanya semoga segera lanjut season ke 2 nya Dinda&Pak Arya😍🤟
Nadia Mgl
ayoo thor lanjut lagi season 2 nya gak sabar nih😔😇
Nadia Mgl
semangat othor😍
dite
Kak Mosa, kapan Pak Arya Dinda comeback?
dite: hehehe udah ditinggal stahun, gak ada jg ya kak
Hermosa: Ditunggu yaaa ❤️
total 2 replies
Fellicia Naura Azzahra
bagus banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!