Pernikahan ini adalah permainan sandiwara, siapakah yang pertama akan jatuh cinta?
Noah Frost (28) dengan Arabelle Joseph (24).
Perjodohan keduanya telah diatur sejak mereka kecil, hal itu tidak terlalu disukai oleh Noah, dia seorang pewaris tunggal keluarga Frost, walau Arabelle adalah kandidat yang sangat pantas karena juga berasal dari keluarga kelas atas, akan tetapi pernikahan dua keluarga konglomerat ini akan membebani Noah dan mengekang gaya hidup nya yang penuh dengan wanita.
"Setelah kau menikah denganku, jangan khawatir tentang kesenangan mu, aku tidak akan mencampuri hidupmu, dan kau bisa melakukan apa yang kau mau, kita jangan saling mengganggu urusan pribadi kita masing-masing." Arabelle Joseph
"Menikah denganmu adalah penjara bagiku, jika boleh aku tidak ingin menikah, tetapi jika kau memang tidak akan melarang aku bermain wanita maka aku akan menyetujui pernikahan ini." Noah Frost.
.
.
Ikuti Instagram aku ya : @anak_kost_joy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Kost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 : Apakah aku juga objek bagimu?
Episode 17 : Apakah aku juga objek bagimu?
***
Dengan tenaga yang besar dan nafas yang memburu, Noah menekan tubuh Arabelle, mendekapnya begitu erat dan tak menghiraukan penolakan demi penolakan yang dilayangkan oleh Arabelle.
Noah tidak mengerti mengapa tubuhnya menjadi sangat panas dan gairahnya seolah tak pernah sebesar ini sebelumnya.
Noah memang tengah berada di puncak masa mudanya, gairahnya juga tengah dalam masa kejayaan, dia bisa melakukannya sebanyak yang ia mau sampai puas.
Namun sekarang ini dia merasakan sesuatu yang lain, sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Aku sudah tidak tahan lagi!" geramnya hendak melucuti pakaian Arabelle secepat mungkin walaupun sekarang mereka masih berdiri di depan pintu kamar pengantin.
Ketika tangan Noah melonggar dan meraih bahu Arabelle saat itulah Arabelle memiliki kesempatan untuk melayangkan tamparan dari tangannya menuju wajah mulus Noah yang tak seorangpun pernah menamparnya.
*Plak*
Tamparan itu terdengar begitu jelas walaupun hujan diluar semakin deras.
Mata Noah melebar ketika itu dan dia terkejut mendapati tamparan yang baru pertama kali ia terima.
"KAU BERANI MENAMPAR KU?" geramnya hampir kehilangan kesabarannya dan hampir melakukan sesuatu diluar kendalinya.
Namun ketika ia menatap lurus dan akhirnya bisa menjernihkan pikirannya, dia bisa melihat Arabelle dengan ekspresi yang menyedihkan, bahkan tanpa sadar sebelum ia membuka gaun pengantin itu, gaunnya telah acak-acakan dan lengan Arabelle membiru.
Noah tanpa sadar memberikan tekanan yang begitu kuat karena gairahnya yang besar.
"Mau sejauh mana kau menurunkan harga diriku?"
"Apakah di matamu aku juga adalah sebuah objek? apakah tidak ada sedikitpun hati nurani mu mengasihani ku ketika aku meminta padamu untuk berhenti?"
"Sebenci itukah kau padaku? kau ingin melakukan apapun sesukamu, merasa aku adalah benda milikmu sama seperti mereka semua menganggap aku adalah benda milik mereka!"
Arabelle mencengkeram tangannya, berbicara dengan tekanan yang begitu kuat dan ekspresi kemarahan dan kekecewaannya bisa terlihat dengan jelas.
Dia tidak menangis, namun bisa jelas terlihat bagaimana Arabelle menahan air matanya agar tidak mengalir membasahi pipinya.
Noah menenangkan dirinya, kejutan dari tamparan Arabelle menyadarkan Noah jika baru saja dia telah kelewatan.
"Bel ... aku tidak sengaja, aku juga tidak mengerti mengapa aku bersikap seperti barusan, aku tidak pernah menganggap mu sebagai benda!"
Noah mencoba menjelaskan, bagaimana sebenarnya dia juga bingung dengan dirinya sendiri.
Tanda biru di lengan dan baju Arabelle yang sudah kacau akibat ulahnya sendiri menjadi objek utama di pandangan Noah.
Kilau petir diluar tiba-tiba saja menambah kebisingan malam itu, Arabelle memejamkan matanya dan tubuhnya bergetar, dia mencoba menenangkan dirinya dan mencoba untuk tidak membuat kekacauan malam ini.
"Tuan ... kita memang sudah resmi menjadi suami dan istri, tetapi ada perjanjian diantara Kita berdua sebelum menikah, ialah untuk tidak melakukan hal lebih jauh dan mencampuri urusan masing-masing!"
"Jika Tuan memang tak menilai aku sebagai objek maka tolong Tuan hargai perjanjian kita sampai waktunya tiba, aku berjanji Tuan akan mendapatkan kebebasan Tuan lagi,"
Dengan suara yang lemah dan gemetaran tak terkendali, Arabelle hendak menyingkir dari hadapan Noah.
Arabelle memiliki ketakutan dengan petir dan guntur, hal itu adalah salah satu penyebab mengapa dia gemetaran barusan.
Ketika Arabelle pergi meninggalkan Noah sendiri dengan berbagai rasa kacau di hati, Noah mencengkeram tangannya dengan sangat kuat.
"Ada apa denganku? menyebalkan!"
"Tanpa dia, aku juga bisa melakukan apa saja! memangnya siapa dia berani menolak aku! lihat saja!"
"Aku akan mengabulkan permintaan mu mengenai aku bebas bermain wanita!" geram Noah dengan rasa ego yang terlalu besar.
Dia tidak terima dia ditolak dan secara tidak langsung harga dirinya telah diinjak begitu saja.
.
.
.
.
ga rela kalau uda end
lagiiii thor