NovelToon NovelToon
The Vault : Organisasi Penyeimbang Dunia

The Vault : Organisasi Penyeimbang Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Misteri / Mata-mata/Agen
Popularitas:344
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

The Vault membawa pembaca ke dalam dunia gelap dan penuh rahasia di balik organisasi superhero yang selama ini tersembunyi dari mata publik. Setelah markas besar The Vault hancur dalam konflik besar melawan ancaman luar angkasa di novel Vanguard, para anggota yang tersisa harus bertahan dan melanjutkan perjuangan tanpa kehadiran The Closer dan Vanguard yang tengah menjalankan misi di luar angkasa.

Namun, ancaman baru yang lebih kuno dan tersembunyi muncul: Zwarte Sol, sebuah organisasi rahasia peninggalan VOC yang menggabungkan ilmu gaib dan teknologi metafisik untuk menjajah Indonesia secara spiritual. Dengan pemimpin yang kejam dan strategi yang licik, Zwarte Sol berusaha menguasai energi metafisik dari situs-situs kuno di Nusantara demi menghidupkan kembali kekuasaan kolonial yang pernah mereka miliki.

Para anggota The Vault kini harus mengungkap misteri sejarah yang tersembunyi, menghadapi musuh yang tak hanya berbahaya secara fisik, tapi juga mistis, dan melindungi Indonesia dar

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kostum Pahlawan dan Mimpi Kosmik

Di bawah gelombang laut Arcadia Terra, FX Vault Tank 805 meluncur dengan senyap. Kapal canggih berbentuk paus raksasa itu menembus kegelapan, mengandalkan peta samudra kuno yang ditunjukkan Solara. Di dalam lambungnya yang luas, suasana terasa jauh lebih tenang dibanding kengerian yang mereka alami di istana.

Namun, ketenangan itu tak bisa menutupi deru perut yang keroncongan. Sejak fajar menyingsing, mereka belum makan apa pun.

"Aku bisa bersumpah, perutku sedang memainkan simfoni kelaparan terbesar yang pernah ada," gerutu Rivani, bersandar di dinding koridor. "Kapan kita akan makan?"

Tiba-tiba, aroma harum menyeruak dari area dapur kapal. Mata Bagas, Noval, dan Rendi langsung membelalak. "Apa itu?" Noval bertanya, hidungnya kembang kempis mencium bau lezat.

Mereka bergegas menuju sumber bau, dan di sana, mereka menemukan Intan. Dengan tenang, ia sedang mengaduk sesuatu di panci besar, dibantu Rendi yang tampak kikuk memotong sayuran.

"Intan, kau masak apa?" tanya Bagas, tak percaya.

Intan menoleh dengan ekspresi datar. "Sup dan roti. Persediaan dari istana." Ia melihat ke arah panci, lalu ke arah mereka. "Mungkin tidak seenak masakan istana, tapi setidaknya mengenyangkan."

Rendi terkekeh. "Aku cuma bantu potong-potong saja. Intan yang koki utamanya."

"Enak atau tidaknya itu urusan nanti," Bagas segera menyambar mangkuk yang disodorkan Intan. "Yang penting kenyang!" Ia melahap supnya dengan semangat, diikuti Noval yang tampak sangat gembira.

Mereka semua berkumpul di meja makan kecil di ruang makan, melahap hidangan sederhana itu dengan antusiasme yang luar biasa. Suara sendok beradu dengan mangkuk, diselingi gumaman kepuasan.

"Ini sebenarnya cukup enak, Intan," puji Rivani, sedikit terkejut. "Kau punya bakat tersembunyi."

Intan hanya mengangguk tipis sebagai tanggapan, melanjutkan makannya.

"Tapi, mana Dira?" tanya Yuni, menyadari ada satu bangku kosong. "Dia belum makan sejak tadi."

"Mungkin dia masih sibuk dengan strategi atau semacamnya," jawab Bagas, mengunyah rotinya. "Dira selalu begitu."

Tepat saat itu, pintu ruang pembuatan kostum suit yang berada di dekat mereka terbuka. Dira keluar, wajahnya masih tampak serius, namun ada kilatan kepuasan di matanya. Ia membawa sebuah benda yang tertutup kain tipis.

"Dira, kau tidak makan?" tanya Noval. "Intan masak sup paling enak di dunia! Kecuali masakan ibuku, tentu saja."

Dira menggeleng. "Nanti saja. Ada yang harus kuselesaikan." Ia melangkah menuju Solara, matanya menatap putri itu dengan cermat.

Solara, yang sedang menyesap supnya, mengangkat alis. "Ada apa, Dira?"

Dira membuka kain yang menutupi benda di tangannya. Di sana, terungkaplah sebuah kostum suit yang menakjubkan. Warnanya biru gelap, dengan aksen putih cemerlang yang mengikuti garis-garis lembut tubuh. Desainnya sangat ramping dan aerodinamis, tampak ringan namun kuat. Ada pola seperti guratan cahaya yang membentang di bagian dada, mengingatkan pada batu permata.

Mata Solara langsung membelalak. "Apa ini…?" Ia menatap Dira, lalu ke kostum itu, tidak percaya.

"Ini kostum untukmu, Solara," jawab Dira, suaranya tenang. "Aku dan Arka baru saja menyelesaikannya."

Solara bangkit dari kursinya, mendekati Dira dan kostum itu dengan langkah ragu. Ia menyentuh bahan kostum yang terasa sangat lembut namun kokoh. "Untukku? Tapi… kenapa?"

Dira menghela napas. "Petualangan ini akan sangat berbahaya bagimu, Solara. Aku sudah berjanji kepada ayahmu akan melindungimu. Dan ini adalah cara terbaik untuk melakukannya." Ia menatap mata Solara. "Kostum ini dibuat oleh Robot AI Arka, yang kupasang di kapal ini. Dia merancangnya khusus, menyesuaikan dengan kekuatan kosmikmu. Ini adalah sleek suit yang lembut, nyaman, dan yang paling penting… anti-api. Kekuatanmu masih liar, Solara. Aku tidak mau kau terluka karena energi kosmikmu sendiri, atau karena serangan musuh."

Rivani, yang sudah selesai makan, berjalan mendekat. "Wow, ini benar-benar bagus, Dira. Desainnya… Vanguard pun pasti iri."

"Anti-api? Apa ini semacam piama tempur?" Noval terkekeh, lalu menatap Dira. "Jadi, kita akan melihat Solara menjadi pahlawan super sekarang? Dengan aura biru dan kostum yang bersinar?"

Solara masih terdiam, tatapannya terpaku pada kostum itu. Tangannya bergetar saat menyentuhnya. "Aku… aku tidak menyangka kau akan sejauh ini untukku." Ayahku saja tidak pernah melakukan hal seperti ini. Dia hanya mengurungku. batin Solara, hatinya tersentuh. Mereka orang asing, tapi begitu peduli.

Dira menatapnya dengan tatapan yang dalam. "Solara, kau punya kekuatan. Kekuatan yang luar biasa. Dan kau harus jadi pahlawan." Dira menarik napas. "Di Bumi utama, di luar perbatasan yang kalian ketahui, tidak ada orang yang punya kekuatan kosmik seperti ini. Kau… kau sangat langka. Mungkin jika Vanguard tahu tentangmu, mereka akan merekrutmu. Mereka akan membawamu ke luar angkasa."

Mendengar kata 'luar angkasa', mata Solara langsung berbinar-binar. Seketika, semua keraguan dan kekaguman pada kostum itu lenyap, digantikan oleh ekspresi mimpi yang nyata. "Luar angkasa?" bisiknya, suaranya dipenuhi harapan yang meluap. "Itu… itu impianku sejak kecil. Aku selalu menatap bintang-bintang dari balik kubah, bertanya-tanya seperti apa rasanya berada di antara mereka."

Yuni tersenyum hangat. "Mimpi yang indah, Solara. Mungkin suatu hari nanti akan terwujud."

"Tapi, tunggu," Bagas menatap Dira, "kalau dia seberharga itu, kenapa kita tidak langsung menghubungi Vanguard saja? Kenapa kita harus menyelesaikan ini sendiri?"

Dira menggeleng. "Vanguard sedang di luar angkasa, Bagas. Menghadapi ancaman yang jauh lebih besar. Kita tidak bisa bergantung pada mereka. Dan informasi tentang keberadaan Solara dan Dua Belas Benua Tersembunyi ini… terlalu sensitif. Kita tidak tahu siapa yang bisa dipercaya di luar sana. Kita harus melindunginya sampai kita benar-benar memahami skala ancaman Zwarte Sol dan apa yang bisa dilakukan artefak ini." Kita adalah satu-satunya harapan mereka saat ini, batin Dira. Dan kita harus membuktikan diri.

"Jadi, Solara," kata Rendi, mencoba membuat suasana lebih ringan. "Kau siap menjadi 'Putri Kosmik Biru' selanjutnya? Atau 'Naga Kosmik dari Arcadia'?"

Solara tertawa kecil, untuk pertama kalinya ia tampak benar-benar lepas. "Putri Kosmik Biru? Aku suka itu!" Ia mengambil kostum itu dari tangan Dira, memeluknya erat. Ada campuran rasa takut, kegembiraan, dan harapan yang meluap di hatinya. Ini bukan hanya kostum, ini adalah tiketku menuju kebebasan, menuju kebenaran.

"Tapi," Rivani menyeringai, "kau harus latihan bertarung, Putri. Kelihatannya keren, tapi kalau cuma bisa terbang saja, nanti gampang jadi sasaran tembak."

"Rivani ada benarnya," Dira menyetujui. "Kita akan melatihmu di perjalanan. Ini bukan hanya tentang kekuatan mentah, tapi juga bagaimana mengendalikannya dan menggunakannya secara efektif."

Solara mengangguk serius. "Aku siap belajar. Aku ingin menjadi kuat. Aku ingin membantu."

Bagas tersenyum melihat interaksi mereka. Ada dinamika baru dalam tim, sebuah harapan yang baru muncul. "Kalau begitu, siapkan dirimu, Putri Kosmik Biru. Perjalanan kita baru saja dimulai."

Noval mencondongkan tubuhnya ke arah Yuni. "Kira-kira, kostum superhero itu nyaman nggak ya kalau dipakai tidur?"

Yuni menggelengkan kepala, geli. "Entah. Kau mau coba?"

"Aku sih mau saja," Noval tertawa. "Siapa tahu tiba-tiba aku punya kekuatan super juga setelah memakai baju anti-api."

Di tengah tawa ringan yang menyelimuti ruang makan kapal, FX Vault Tank 805 terus melaju di kedalaman laut, membawa tim itu menuju takdir baru, menuju benua es Hyperborea Zenith, dan menuju impian kosmik seorang putri yang baru saja menemukan sayapnya.

Apa tantangan pertama yang akan mereka hadapi di Hyperborea Zenith, dan bagaimana Solara akan beradaptasi dengan peran barunya sebagai pahlawan dengan kekuatan kosmik? Akankah Van Rijk dan agennya yang jahat sudah menunggu mereka di sana?

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!