Beby menjual keperawanan nya kepada pria asing, bernama Agil. Demi untuk mempertahankan status sosial dan menyambung hidup, jauh dari orang tuanya yang bercerai. Ia tidak mau orang memandangnya rendah!
Tapi, Beby begitu bodoh. Dia tidak sadar selama ini telah di khianati, oleh sahabat dan kekasihnya sendiri.
Suatu hari Beby mendapati sahabatnya Melanie tidur dengan pria yang sangat ia cintai, Dewa.
“Pengorbananku selama ini sia-sia, kalian berdua binatang! Tidak pantas disebut manusia.”
Merasa lelah dan tidak kuat lagi, Beby hampir berpikiran untuk mengakhiri hidupnya. Akan tetapi saat itu, datanglah sosok penyelamat, Agil.
“Tinggalkan dia dan pergi bersamaku, Beby! Aku berjanji akan membuatmu bahagia.”
Janji yang terucap dari mulut Agil. Benar-benar merubah segalanya di dalam hidup Beby. Apakah dia dan Agil dapat bersatu, dan hidup bahagia selamanya?
Yuk, ikutin kisah mereka🌺
Warning❗❗
Mohon bijak dalam memilih bacaan, dan berkomentar. Cerita ini hanya imajinasi Author, yang author tuliskan untuk menghibur para pembaca. Buruknya di buang dan baik nya di ambil. So please don't judge.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mayraa Ibnurafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selling My Virginity Ch 15.
Prang!
Sebuah gelas pecah saat jatuh ke lantai. Aku tersentak kaget ketika dia berbalik badan setelah menatap ku dengan tajam. Tangannya tak sengaja menyenggol gelas kaca yang ada diatas meja mini bar.
Entah kenapa aku langsung refleks menghampiri dirinya dan berkata, "ada apa? Apa kamu sakit?"
Seketika dia menoleh dan menghempas kan tanganku yang sedang memegangi lengannya.
"Jangan sentuh aku," ucapnya datar.
Aku melangkah mundur menjauhinya. Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran lelaki satu ini. Mengapa dia berubah begitu cepat. Apakah karena perbincangan kami barusan. Tidak, bukannya berbincang tapi kami berdebat.
"Pergi bersihkan dirimu dan ganti pakaian basah mu itu, disana." Tangannya menunjuk kearah pintu yang dimaksud sebuah kamar mandi.
"Aku tidak membawa pakaian ganti," ucapku.
"Ada pakaian didalam lemari pakai saja yang kamu rasa cocok," sahutnya seraya duduk di sebuah kursi mini bar dan menuangkan sebotol bir kedalam gelas baru.
Tak mau menunggu lama aku pun segera masuk kedalam kamar mandi yang dia tunjuk. Di dalamnya terdapat sebuah bak mandi yang besar mungkin muat untuk dua orang, wastafel mewah yang diatas nya terdapat beberapa jenis shampo dan sabun mandi, bahkan sangat lengkap di bandingkan dengan kamar mandi milikku. Sedangkan dipinggiran pojok kanan ada sebuah pintu yang menghubungkan ke ruangan ganti atau lemari pakaian.
Lama aku berendam di dalam bak mandi, dengan sabun aroma therapy rasa jeruk. Aku sengaja memilih jeruk karena wanginya yang menyegarkan. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kesegaran berendam didalam bak mandi seperti ini. Semenjak tidak tinggal dirumah ayah lagi. Tubuhku sangat merindukan perawatan kulit yang biasa aku lakukan sdiruangan itu. Tidak ada satu pun pakaian yang cocok untuk ku. Yah jelas lah, mengingat dia adalah seorang lelaki. Tidak mungkin kan ada pakaian wanita di dalam lemari ini. Lama berpikir, akhirnya aku memilih kemeja putih dan celana training warna abu-abu. Tapi aku bingung bagaimana dengan bra dan ****** ***** ku? Semuanya basah, aku harus memakai apa. Mau tidak mau aku tidak mengenakan apa-apa dibalik pakaian yang aku pilih tadi.
Dengan sangat berat dan ragu-ragu aku keluar dari dalam kamar mandi. Aku lihat dia sedang berada dibalik pantry dapur. Tangannya bergerak seperti sedang membuat sesuatu di atas kompor.
"Hei," panggil ku sekali dengan nada pelan.
Dia diam tak menjawab membuatku menghela nafas.
"Hei, hello permisi, pak, tuan, kakak, atau terserahlah. Apa kamu benar-benar tidak dengar atau pura-pura?" ucapku dengan nada tinggi, karena kesal aku tahu dia sedang berpura-pura tidak mendengar.
"Namaku bukan hei, hello, atau apapun itu yang kamu sebutkan. Jadi untuk apa aku menyahuti dirimu?" Dia menoleh sekilas.
"Huft, baiklah. Maksudku Agil, apakah ada pengering pakaian instan disini?" Aku menghela nafas dan berbicara pelan dan lembut.
"Ada, lewat sana." Dia menunjuk sebuah pintu. Aku pun segera berlarian kecil sambil membawa pakaian ku yang basah ke pintu tersebut. Saat kubuka, mataku menyipit karena pencahayaan yang minim.
"Kau yakin ini tempatnya? Kenapa gelap sekali?" tanyaku.
Dia tidak menjawab namun terdengar suara langkah kaki mendekatiku. "Nyalakan saja lampunya, ruang laundry ada di basement," ucapnya seraya melewati ku dan menekan tombol lampu.
Seketika lampu menyala menerangi kegelapan di dalam ruangan itu. Tapi ternyata itu bukan ruangan tapi tangga menuju basement. Dimana ruangan laundry berada.
Dia pun menarik lenganku dan mengajak ku menuruni tangga. Sampailah kami di ruangan laundry. Terdapat mesin cuci, pengering instan, dan juga perlengkapan setrika pakaian. Dengan cekatan aku melihat dia menyalakan mesin pengering itu, lalu menekan tombol-tombol nya.
"Masukan cepat," ucapnya menoleh padaku.
Aku pun segera memasukan semua pakaian basahku kedalam mesin itu. Namun entah kenapa pakaian dalam dan bra ku muncul di bagian atas tumpukan. Aku yakin dia pasti melihatnya. Memalukan sekali pikirku.
Dia menoleh kearah ku dengan wajah datar. Menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki berkali-kali. Seketika aku tersadar, apa dia sedang menerawang bagian dalam tubuhku. Pasti dia tahu jika saat ini aku tidak mengenakan apapun didalam pakaian yang aku kenakan. Sontak aku pun langsung menutupi bagian dada yang sedikit menerawang.
"Kamu sedang lihat apa?" ucapku ketus.
"Apa kamu tidak mengenakan apapun didalam itu?"
"Memangnya kenapa? Apa kamu tidak lihat semua pakaian ku basah, jangan berani macam-macam yah padaku!"
Aku menyilang kan tangan didepan dada. Sangat risih dengan tatapan nya padaku.
...🌹Slow update🌹...