NovelToon NovelToon
Man Jadda Wajada

Man Jadda Wajada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:37k
Nilai: 5
Nama Author: Rahma AR

Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.

Spin of sweet revenge

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MJW 16

"Loh, kok, papi yang mau nyetir?" Luna benar benar panik, apalagi Hasan menurut saja dan memberikan kunci mobilnya pada Emra.

"Ngga apa apa, om? Saya jadi ngga enak." Hasan sebenarnya rikuh, ditambah sikap Luna yang seperti ketakutan.

"Ngga apa apa. Om malah senang." Emra tersenyum lebar kemudian menatap putrinya yang tampak cemas.

"Papi cuma ngantar Hasan pulang aja, Luna. Kamu seharusnya senang, dong, karena papi yang memastikan Hasan sampai di rumah."

Istrinya tertawa pelan mendengarnya.

"Ngga bakalan diapa apain sama papi," canda Kiara membuat Luna manyun

"Lagian kenapa kamu khawatir banget, sih." Tatapan maminya terlihat jahil saat melihat Luna tidak bisa menyembunyikan salah tingkahnya.

"Papi pergi dulu, ya." Papinya melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam mobil Hasan.

Hasan mengangguk sopan pada Kiara, kemudian tersenyum tipis pada Luna yang terus menatapnya dengan tatapan cemas.

"Sudah, kamu tenang aja," hibur Kiara ketika mobil yang membawa Emra dan Hasan pergi meninggalkan rumah mereka.

"Paling papi nanya nanya dikit. Namanya juga calon mantu," hibur maminya lagi

"Bukan, mam. Cuma teman," sangkal Luna cepat.

Kiara melipat kedua tangannya di atas dadanya dan menatap putrinya jahil.

"Baru kali ini kamu diantar laki laki, sayang. Bagaimana papi ngga seantusias itu. Begitu juga mami."

Luna terdiam. Dia mengira mami dan papinya belum pulang.

"Sekarang cerita sama mami. Siapa Hasan itu?"

Luna memijat kepalanya bingung harus mulai dari mana saat menjawabnya.

*

*

*

"Ooh, jadi kamu teman SMA, Luna." Emra manggut manggut sambil menyetir.

"Kita dulu pernah ketemu, om " Hasan mengatur nafas untuk mengakui kesalahan yang pernah dia buat dulu pada Luna.

"Kapan?" Emra benar benar lupa.

"Saya yang ngga sengaja melempar bola basket ke arah Luna. Maaf, ya, om."

Sedetik.

Dua detik.

Tiga detik.

Senyum Emra terkembang lebar. Dia akhirnya ingat dengan laki laki muda di sampingnya.

"Ya, ya, om ingat. Ternyata pepatah dunia tidak selebar daun kelor memang benar, ya." Emra tertawa pelan.

"Waktu itu saya tidak sengaja, om."

"Iya, om tau. Namanya juga lagi maen basket."

Hasan merasa lega dengan sikap santai papinya Luna.

"Luna bahkan sampai geger otak, dan tulang tangannya retak. Saya sangat menyesal."

"Sudah lama sembuh, kok."

Hasan tersenyum kikuk.

Hening.

"Om, saya serius dengan Luna," ucap Hasan setelah mengumpulkan keberaniannya.

Emra tersenyum, dalam hati da merasa senang.

Mobil semakin mendekati rumah Hasan.

"Ya, om tau."

Hasan terdiam sejenak. Tidak menyangka jawaban papi Luna sesantai itu.

"Tapi.... saya tidak sekaya keluarga, om. Tapi saya janji, Luna tidak akan hidup susah dengan saya."

Emra mengangguk dengan wajah tersenyum. Dia senang mendengar kata kata pemuda ini.

"Om percaya. Oh ya, rumah kamu yang mana?"

"Saya tinggal di pesantren, om."

Emra menatap papan nama pesantren di depan mereka.

"Kamu santri?" Emra agak terkejut.

Hasan tersenyum teduh.

"Iya, om. Abi saya Kyai Ali Wahab."

Emra mulai memasuki halaman pesantren.

"Yang punya pesantren?" tanya Emra masih agak kaget.

Luna, calon suami kamu boleh juga, batin Emra geli. Dia mengerti kini kenapa Luna seperti belum siap dirinya mengenal Hasan padanya.

"Abi saya yang punya, om." Hasan tersenyum.

Emra mengangguk dan mobil kini sudah berhenti. Demikian juga mobil yang disupiri Tanto. Beberapa orang santri mendekat.

"Orang tua kamu sudah tau tentang Luna?"

"Secara garis besar mereka sudah tau, om. Saya hanya perlu meyakinkan Luna sebelum membawanya ke rumah saya," ucap Hasan terus terang.

Emra semakin paham.

"Luna belum yakin, ya." Emra melihat beberapa santri perempuan. Ada yang mengenakan cadar.

"Begitulah, om."

"Pasti banyak santri yang menyukaimu," kekeh Emra. Mereka masih berada di dalam mobil.

"Tapi yang saya ingin jadikan istri, Luna, om."

Emra menepuk pundak Hasan. Ada rasa bangga menyeruak dalam hatinya.

"Kalo begitu, yakinkan Luna, ya."

"Iya, om."

Keduanya keluar dari dalam mobil. Tanto juga sudah menunggu di belakang mobilnya. Beberapa santri mendekat dan mengagumi mobil yang ada di belakang mobil anak kyai mereka.

Hasan memberi isyarat pada para santri agar mereka membawakan plastik plastik berisi makanan yang ada di bagasi mobilnya.

"Bagikan ke yang lain, ya. Langsung dimakan saja." Hasan sudah memisahkan tiga plastik untuk keluarganya.

"Terimakasih, Gus Hasan."

"Sama sama."

Hasan tersenyum, juga Emra.

Setelah plastik plastik itu habis dibawa para santri, Hasan menawarkan Emra untuk mampir ke rumah.

Emra melihat jam di pergelangan tangannya karena malam sudah cukup larut.

Tapi belum sempat dijawab Emra, terdengar teguran ramah menyapa.

"Tamunya diajak ke rumah, Hasan."

"Abi." Hasan menyalim abinya yang sudah ada di hadapannya

Ali Wahab yang baru kembali dari masjid merasa heran melihat banyaknya santri yang membawa makanan ke masjid. Juga kasak kusuk santri santri itu.

"Siapa yang memberikan ini?"

"Gus Hasan, pak kyai."

Oooh.... Memang sudah biasa putranya membawa makanan sebanyak ini untuk para santri.

"Gus Hasan sekarang di mana?"

"Masih di halaman parkir, pak kyai. Ada tamunya juga, pak kyai," jawab santri itu lagi.

"Mobilnya bagus banget, pak kyai. Seperti punyanya orang luar negeri," kepo santri yang lain.

"Iya, seperti punya pemain sepakbola Portugal yang terkenal itu," timbrung santri lainnya lagi.

Karena penasaran siapa tamu putranya, Ali Wahab berjalan ke arah parkiran.

Dia melihat laki laki gagah seusia dengannya tapi penampilannya sangat berkelas dan Ali Wahab yakin, tamu Hasan saat ini bukan orang biasa. Dia juga bisa menaksir mobil yang dibawa tamunya jauh lebih mahal dari mobil milik putranya.

"Abi, kenalkan. Ini papinya Luna Airlangga Wisesa. Om Emra, ini abi saya, Ali Wahab."

Ali Wahab sempat tertegun mendengar nama yqng disebutkan putranya, sebelum tersadar dan membalas uluran tangan Emra.

"Putra anda kurang sehat, jadi putri saya meminta supir saya mengantarkan Hasan karena khawatir. Tapi saya berinisiatif sendiri untuk menyupirinya," jelas Emra santai.

Ali Wahab juga tersenyum lebar dengan hati yang menghangat.

Konglomerat ini membumi sekali, pujinya dalam hati.

"Terimakasih, Pak Emra. Anak saya malah jadinya merepotkan."

"Anak saya yang lebih dulu merepotkan anak pak kyai," kelakar Emra dalam tawa perlahannya.

Ali Wahab juga tertawa, dia melirk Hasan.

Sudah kamu yakin, kan, putrinya, ya? batinnya.

"Panggil.saja saya Ali. Mampir ke rumah dulu, Pak Emra."

"Oooh.... Pak Ali. Maunya begitu, tapi maaf, sudah terlalu larut. Saya pamit pulang dulu."

"Ooh, iya, ya. Kapan kapan, ya, Pak Emra, kalo begitu."

"Iya, Pak Ali, kapan kapan."

"Hati hati, om."

"Ya. Kamu cepat sembuh, ya."

Hasan mengangguk dengan bibir terus tersenyum.

Pak Tanto membukakan pintu mobil untuk bosnya.

Ali Wahab dan Hasan terus menatap kepergian mobil Emra sampai meninggalkan pintu gerbang pesantren.

1
Lailatunnasihah Nasihah
maaf ya umi.Harusnya umi bisa merasakan ketulusan hasan trhadap seorang wanita.jangan malah mencari kesalahan di diri luna.stop jangan macam2 ya umi.Jangan sampai nyenggol keluarga luna ya. kalo udh berani nnti kasian hasannya yg jadi korban🤭
Zea Rahmat
harusnya umi liat dr sisi hasan dan luna sm Laila dong... bijak dalam bersikap
maret
gregetan bgtttt.... kakek nenek Monggo Dateng... di selesaikannn.. q pusing ikut mikirin... 😅🫰
🟡 ◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Semangat Hasan Memperjuangkan Luna
Tri Handayani
next thorrr'semoga ada triple up'semangat thorrr
Tri Handayani
umi siti seharusnya udah bisa menilai laila seperti apa dr obsesinya mendapatkan hasan.
Tri Handayani
tak kenal maka tak sayang fariz'mungkin kalau kamu udah kenal luna dan keluarganya'kamu jg akan mengerti kenapa kakakmu bertahan mencintai luna dr dulu sampe sekarang.
Tri Handayani
umi siti azizah bilang sama laila'hasan g mau menikahi gadis manapun selain luna'biar laila tau.
Tri Handayani
pede banget kamu laila'mau mendepak luna'yang ada kamu itu yg d depak k luar angkasa...
Tri Handayani
bukan karena luna hasan jadi keras kepala dan membangkang umi,dulu hasan g punya modal dan keberanian untuk mendapatkan luna'selain cinta.sekarang dia punya semua dan g mau kehilsngan luna.
Ray Aza
ga usah cari kambing hitam deh umi. km bs liat hasan keras kepala utk luna tp tdk bisa melihat obsesi laila terhadap hasan. dr segi kejiwaan laila itu sdh bermasalah umi. anda lupa hasan sdh pernah menolak laila dan menutupi hal tersebut dr semua? ga takut pny menantu sakit jiwa? gejala npd akut loh mi
Yana Phung
Jgn2 ummi hasan malah berpikiran negatif dg luna
jujur aku penasaran kenapa hasan menolak laila??
ataukah dulu kasus luna dilabrak laila,, hasan tau??
Yana Phung
aku bingung dg pemikiran orang tua laila
udah ditolak hasan kok malahan mendukung tindakan laila??
dwi ka
Uminya hasan jg aneh, sehrsnya wkt ukhti munafik nelp & blg rela di poligami, umi hrsnya bs menilai wanita spti apa laila itu.. Wanita yg cm luarnya aja tertutup tp dalamnya luar biasa busuk.. Mana ga ada harga dirinya lg, udh kyk j4l4ng aja
Bunda Keisha
cinta yg di pendam selama 8 tahun abi Ali.. plisss ngertiin Gus Hasan yg sudah menahan cinta selama 8 tahun dgn belajar dan bekerja keras demi mendapatkan cinta Ning Luna 😍
Laila nya aja yg gak tahu diri, 2x ditolak msh aja ngejar²😡
Ray Aza
defini beragama tapi tidak berakhlak, berotak tapi tidak berpikir, berilmu tp tdk berhati. benar kamu beragama tapi kamu sama sekali tidak berTuhan jd nafsu yg lbh menguasaimu. katanya kl blm berhijab belum dpt hidayah, belum naik haji krn belum dipilih sbg tamu Allah, kalo macam laila gini disebutnya apa ya? kebaikan apalg yg belum diksh kedia?
Tri Handayani
laila...hasan jg mikir seribu kali kalau mau poligami,d samping dia cintanya sama luna'mana dia berani macem"sama luna pingin habis sama keluarga airlangga wisesa.
Tri Handayani
bisa-bisa nanti ada ratna kedua nich yg berakhir d rumah sakit jiwa
Tri Handayani
ya ampun...kok ada y cwe begitu'g punya malu atau memang obsesimu yg terlalu besar'laila
Lusi Hariyani
emang org2 kolot sich para ortu y hasan&laila g spt kluarga besar y luna yg welcome sm siapa aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!