Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.
Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.
Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 #OBSESI TERSEMBUNYI
Kantor ATEEA, Pagi Hari
Keesokan harinya, suasana di kantor ATEEA terasa semakin mendesak. Acara besar peluncuran mode baru perusahaan tinggal tiga minggu lagi. Deadline pekerjaan semakin serius. Semua staf bergerak cepat, dan suasana di studio penuh dengan energi tinggi.
Alex Mahendra sudah berada di kantornya sejak pagi. Meskipun ia mencoba membenamkan diri dalam tumpukan laporan, pikirannya terus melayang pada malam sebelumnya di restoran 'Elitaire'. Ia mengingat tawa renyah Sekar bersama pria lain, designer muda yang jelas-jelas tertarik pada Ice Maiden itu.
Aku tidak rela jika Skye dimiliki orang lain saat ini.
Pengakuan itu menghantam Alex dengan kekuatan yang brutal. Itu bukan lagi soal dendam masa lalu, atau sekadar menjaga aset perusahaan. Itu adalah rasa posesif yang ia benci karena telah kembali. Ia telah menolak Miranda, wanita yang stabil dan aman, hanya untuk merasa terganggu oleh Sekar, wanita yang membuatnya paling tidak stabil. Tentu saja, ia terlalu gengsi untuk mengakui perasaan cemburu dan posesif ini, bahkan pada dirinya sendiri.
Alex bangkit dari kursinya, berjalan mondar-mandir di ruangan kantornya yang luas. Ia harus melakukan sesuatu. Ia harus membatasi Sekar agar tidak menjalin hubungan dengan pria lain, setidaknya sampai kontrak ini selesai. Tapi bagaimana caranya?
Seperti biasa, ia akan bersembunyi di balik nama besar ATEEA.
Alex segera memanggil Dandi. "Panggil Skye ke ruanganku, sekarang."
Lima menit kemudian, Sekar berdiri di depan meja Alex. Ia mengenakan pakaian profesional, siap untuk menghadapi kritik apa pun setelah performa sempurna kemarin. Ia merasakan kejanggalan dalam panggilan mendadak ini.
"Selamat pagi, Tuan Alex. Apakah ada hal yang salah dengan set foto kemarin?" tanya Sekar, nadanya profesional dan dingin.
Alex menatapnya lurus. Ia melihat jejak senyum yang ia lihat di restoran semalam, senyum bahagia yang bukan ditujukan untuknya. Itu memberinya dorongan untuk segera memulai rencananya.
"Duduk, Skye. Ini bukan tentang foto. Ini tentang kontrak," ujar Alex, gesturnya resmi.
Sekar duduk, rasa waspada memenuhi dirinya.
"Skye, tiga minggu ke depan adalah masa paling krusial bagi 'Ascension'. Kau adalah wajah utama, dan seluruh citra ATEEA bergantung padamu. Reputasi proyek ini harus steril," Alex memulai, suaranya tenang, tetapi penuh otoritas.
"Saya selalu menjaga reputasi saya, Tuan Alex. Saya tidak pernah terlibat skandal," potong Sekar.
"Aku tahu. Tapi aku ingin mencegahnya," lanjut Alex, mengabaikan Sekar. "Mulai hari ini, aku menambahkan klausul non-dating sementara dalam perjanjian kita. Kau ataupun Sekar Kenanga, tidak boleh berkencan, berpacaran, atau terlihat dekat dengan siapa pun yang berpotensi menimbulkan spekulasi media."
Sekar tertegun. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Apa? Tuan Alex, Anda tidak bisa melakukan itu! Itu melanggar hak pribadi saya!"
"Aku bisa," balas Alex datar, menunjuk ke dokumen di mejanya. "Lihat Pasal 8, poin C. ATEEA berhak memberlakukan ketentuan tambahan untuk menjaga integritas dan citra produk selama masa kritis kampanye. Aku memiliki hak penuh untuk melindungi investasi ATEEA yang sangat besar ini."
Alex melanjutkan, suaranya menjadi lebih dingin, tetapi isinya sangat jelas mengacu pada kejadian malam sebelumnya.
"Aku melihatmu semalam di 'Elitaire', Skye. Kau bersama seorang designer yang cukup dikenal media. Kedekatan seperti itu bisa memicu rumor. Skandal sekecil apa pun bisa mempengaruhi project ini karena kau adalah wajah utama ATEEA. Aku tidak mau spekulasi tentang hubungan pribadimu mengalihkan perhatian dari produk ATEEA."
Sekar menahan amarahnya. Ia tahu Alex tidak peduli dengan skandal. Alex hanya cemburu dan menggunakan perusahaan sebagai alat untuk mengontrolnya.
"Anda menggunakan ATEEA untuk mengendalikan kehidupan pribadi saya," tuduh Sekar, matanya menembus Alex. "Ini adalah obsedi pribadi Anda, Alex. Bukan profesionalisme."
Alex tidak gentar. Ia menyandarkan punggungnya di kursi, senyum tipis kemenangan terukir di bibirnya.
"Anggap saja ini sebagai asuransi, Sekar. Jika kau melanggar klausul ini, akan ada penalti. Kami bisa membatalkan sisanya dari pembayaran kontrakmu," ancam Alex. "Aku tidak memberimu pilihan. Ini adalah keputusan ATEEA. Kau boleh marah. Tapi kau harus mematuhinya."
Sekar berdiri, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia sangat ingin menampar wajah sombong itu, tetapi ia tidak bisa. Kontrak itu terlalu besar, dan ia tidak mau memberikan Alex kemenangan finansial untuk membatalkan kontraknya.
"Baik, Tuan Alex," ucap Sekar, suaranya sedingin es. "Saya akan menuruti aturan konyol ini. Saya tidak akan berkencan. Tapi ingat, ketika kontrak ini selesai, saya akan melakukan apa pun yang saya mau, dan Anda tidak akan bisa menghentikan saya."
Sekar berbalik dan berjalan keluar ruangan tanpa menunggu izin, membanting pintu di belakangnya (meskipun pintu kantor Alex terlalu berat untuk menghasilkan suara keras).
Alex bersandar di kursinya. Keheningan kembali melanda ruangan. Ia telah menang. Sekar kini terikat, terisolasi, dan hanya bisa fokus padanya.
Alex Mahendra telah berhasil membatasi Sekar dari pria lain, tetapi ia tahu, ia baru saja menarik Sekar lebih dalam ke dalam pusaran emosionalnya, di mana ia sendiri adalah satu-satunya yang berada dalam bahaya nyata.
Sekar masih berdiri tepat di luar ruangan Alex. Ia bersandar di dinding koridor, berusaha mengatur napas. Jantungnya masih berdebar kencang karena amarah. Kontrak itu terlalu besar. Alex tahu itu. Pria itu memanfaatkan celah dalam kontrak hanya untuk memuaskan obsesi pribadinya yang bersembunyi di balik nama ATEEA.
"Dasar CEO gila, arogan, posesif!" desis Sekar, mengepalkan tangan di samping tubuhnya. Ia merasakan panas di wajahnya; ia telah ditantang secara terbuka.
Saat ia sedang bergelut dengan kekesalannya, ponselnya bergetar di genggaman. Sebuah pesan masuk. Sekar melihatnya. Itu dari Rino, designer yang semalam makan malam dengannya.
Pesan itu bukan tentang pekerjaan. Rino mengirimkan foto candid Sekar yang sedang tertawa semalam, disertai teks pendek yang sangat jelas menunjukkan bahwa Rino tertarik padanya.
Semoga harimu secerah tawamu semalam, Skye. Aku menantikan kopi kita berikutnya.
Sekar terdiam membaca pesan itu. Rasa kesal dan marah yang menyelimutinya tadi perlahan mulai menghilang, digantikan oleh rasa geli dan sedikit kemenangan. Ia tersenyum menatap ponselnya, menggeser foto yang dikirim Rino, lalu membalas pesan itu dengan emoticon sederhana.
Ia tersenyum, wajahnya kembali berseri-seri, dan ia mulai berjalan pelan. Dalam beberapa detik, mood-nya berubah drastis dari kemarahan menjadi kesenangan.
Saat Sekar berjalan menyusuri koridor, Dandi baru saja keluar dari ruangan lain dan lewat di sebelahnya. Dandi melihat perubahan drastis pada wajah supermodel itu. Lima menit lalu Sekar keluar dengan aura badai, dan sekarang ia tersenyum manis sambil menatap ponselnya.
Hal itu langsung membuat Dandi penasaran. Apa yang barusan terjadi di dalam ruangan Alex yang membuat Sekar semarah itu, dan apa yang membuatnya kembali senang secepat kilat?
Dandi bergegas masuk kembali ke ruangan Alex.
Alex masih duduk tegak di kursinya, memasang wajah penuh perhitungan.
"Mas Alex," sapa Dandi.
"Ada apa, Dandi?" tanya Alex, nadanya waspada.
"Aku melihat nona Skye barusan keluar. Dia tampak sangat marah, tapi lima detik kemudian, dia tersenyum ke ponselnya, seolah dia baru saja menerima kabar gembira yang luar biasa," Dandi melaporkan, matanya menyipit penuh keingintahuan.
Mendengar pernyataan Dandi, justru Alex yang kini menjadi lebih penasaran. Ia yang tadinya puas karena berhasil membuat Sekar kesal dan terikat, kini malah merasa terganggu.
"Senyum?" tanya Alex, tidak percaya. "Baru saja dia hampir meneriakiku karena klausul non-dating itu."
"Ya. Senyum yang sangat manis, Mas. Senyum yang bukan ditujukan untuk ATEEA," tegas Dandi. "Dia penuh kekesalan saat berjalan keluar, tetapi berubah seketika. Aku curiga dia sedang membalas pesan dari seseorang yang spesial."
Jantung Alex berdentum. Ia segera menghubungkan ini dengan Rino, designer yang ia lihat semalam. Bagaimana bisa dalam beberapa detik, wanita itu berubah mood? Sekar seharusnya masih kesal, terperangkap oleh aturannya, tetapi malah terlihat bahagia.
Ini artinya, aturan non-dating yang ia buat belum cukup untuk membatasinya secara emosional. Ini menunjukkan Sekar tidak menganggap serius ancamannya, atau yang lebih buruk, Sekar sudah menemukan cara untuk menggodanya tanpa melanggar kontrak.
Obsesi Alex langsung meningkat tajam. Ia merasa rencananya terancam.
"Mulai sekarang, Dandi, aku ingin kau memantau semua interaksi non-profesional Skye," perintah Alex, suaranya rendah dan serius. "Termasuk media sosialnya. Aku perlu tahu persis siapa yang mengiriminya pesan, siapa yang dia temui, dan apa yang dia lakukan di luar jam kerja. Kita tidak bisa mengambil risiko dengan project ini."
Dandi menatap Alex. Ia tahu ini bukan lagi tentang proyek atau ATEEA. Ini adalah obsesi pribadi Alex.
"Siap, Mas Alex. Tapi sebagai asistenmu, aku harus bertanya. Apakah ini masih 'logistik ATEEA'?" tanya Dandi halus, menusuk ego Alex.
Alex menatap Dandi dengan tatapan tajam dan dingin. "Ya, Dandi. Ini adalah logistik pencegahan skandal. Lakukan saja."
Dandi mengangguk. Ia tahu perburuan baru saja dimulai.