NovelToon NovelToon
Dendam Putri Pengganti

Dendam Putri Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Asa terkejut saat membuka matanya semua orang justru memanggilnya dengan nama Zia Anggelina, sosok tokoh jahat dalam sebuah novel best seller yang menjadi trending topik paling di benci seluruh pembaca novel.

Zia kehilangan kasih sayang orang tua serta kekasihnya, semua terjadi setelah adiknya lahir. Zia bukanlah anak kandung, melainkan anak angkat keluarga Leander.

Asa yang menempati raga Zia tidak ingin hal menyedihkan itu terjadi padanya. Dia bertekad untuk melawan alur cerita aslinya, agar bisa mendapat akhir yang bahagia.

Akankah Asa mampu memerankan karakter Zia dan menghindari kematian tragisnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

"Astaga! Papi!" pekik Gaby saat melihat kemunculan ayahnya di depan pintu.

Tak hanya Gaby yang terkejut, Amanda yang sedang menemaninya juga ikut tersentak karena Damian membuka pintu dengan kasar, membuat suara hentakan pintu bergema di seluruh ruangan.

"Ada apa, Mas?" tanya Amanda heran, bangkit dari duduknya dengan wajah kebingungan.

Damian menoleh ke arah Zia dengan sorot mata tajam. "Cepat minta maaf sama Gaby!"

Zia menatap ayahnya tanpa gentar. Bukannya menurut, ia justru menepis tangan Damian hingga cekalan kuat di pergelangan tangannya terlepas. Napasnya tersengal, matanya menatap dingin pada sosok pria yang seharusnya melindunginya bukan menyakitinya.

Zia melirik sekilas ke pergelangan tangannya yang kini memerah, namun cepat-cepat menyembunyikannya di balik punggung. Rasa sakit itu nyata, tapi lebih menyakitkan lagi adalah kenyataan bahwa pria di hadapannya tidak pernah melihat dirinya dengan kasih sayang.

"Zia!" bentak Damian murka, urat di lehernya menegang.

Gadis itu menghela napas kasar, mencoba menahan amarah yang mulai mendidih di dadanya. "Aku udah bilang, aku nggak sengaja! Aku udah minta maaf di sekolah, Pi."

"Bohong!" Damian menatapnya tajam, seolah setiap kata dari Zia adalah dusta yang layak dihukum.

Zia tersenyum miring, getir. "Terserah. Aku nggak peduli mau Papi percaya atau nggak."

Ia berbalik, hendak melangkah keluar dari kamar itu, tapi tiba-tiba tarikan kasar di rambutnya membuat tubuhnya terhuyung ke belakang. Napasnya tertahan, rasa nyeri menjalar dari kulit kepala hingga ke tengkuk.

"Siapa yang mengizinkanmu keluar dari kamar ini, hah?!" suara Damian menggelegar, membakar udara di sekitarnya.

Zia memejamkan mata sejenak, menahan perih yang begitu nyata. Tangannya mengepal kuat, bibirnya bergetar menahan kata-kata yang ingin meluncur.

Ia ingin berteriak, ingin melawan tapi sesuatu di dalam dirinya menahan. Yang ia rasakan saat itu bukan hanya sakit fisik, melainkan juga kehancuran kecil yang terus berulang setiap kali ayahnya memandangnya seperti musuh.

Zia menepis tangan Damian dengan kasar, napasnya memburu, rambutnya berantakan akibat tarikan kuat tadi. Matanya kini menatap ayahnya dengan sorot marah yang tak lagi bisa ia tahan.

"Kenapa, Pi?! Kenapa selalu aku yang salah?!" seru Zia lantang, suaranya bergetar tapi penuh keberanian. "Aku cuma nggak sengaja melempar bola ke arah Gaby, cuma itu! Kenapa selalu aku yang harus minta maaf?!"

Damian terdiam sejenak, matanya membulat karena terkejut Zia berani membentaknya. Namun, amarahnya dengan cepat kembali memuncak.

"Kamu berani membentak Papi, Zia?! Kamu pikir sikap kurang ajar kamu itu bisa dimaafkan?!"

"Aku udah cukup diem selama ini, Pi!" Zia menatap ayahnya tajam. "Papi nggak pernah denger penjelasanku! Selalu nyalahin aku, seolah-olah aku ini anak yang nggak pantas ada di rumah ini!"

"Zia!" bentak Damian lagi, wajahnya memerah. "Kamu jangan lancang! Papi cuma pengen kamu belajar tanggung jawab!"

Zia terkekeh sarkastis sambil mengusap air matanya. "Tanggung jawab? Tanggung jawab buat semua hal yang bahkan bukan salahku aja?! Buat nyenengin Gaby? Buat nyenengin semua orang biar aku kelihatan salah terus di mata Papi?"

Amanda mencoba maju, tapi tatapan Zia yang membara membuatnya berhenti. Gadis itu sudah di ambang batas kesabaran.

"Aku capek, Pi," lanjut Zia dengan suara parau. "Capek disalahin, capek dibandingin, capek pura-pura nggak sakit. Aku bukan boneka yang bisa Papi bentak seenaknya!"

Damian mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras menahan emosi. "Kamu nggak tau diri! Papi udah ngasih segalanya buat kamu! Bahkan membawa kamu dari tempat kumuh itu!"

"Segalanya?" Zia tertawa getir. "Yang Papi kasih cuma dingin dan kemarahan. Aku bahkan nggak ingat kapan terakhir kali Papi bilang sayang ke aku."

Damian terdiam, wajahnya menegang. Tapi Zia tak berhenti sampai di situ.

"Papi pikir aku nggak tau, kan? Gaby selalu dibela, aku selalu disalahin. Cuma karena aku bukan anak kandung Papi!"

"Cukup, Zia!" bentak Damian, suaranya bergemuruh.

"Kalau Papi nggak mau denger, nggak apa-apa," ucap Zia lirih, matanya mulai mengembun menahan air mata yang siap jatuh kapan saja. "Mulai sekarang aku juga nggak akan maksa buat didengerin lagi."

Amanda berdiri dari duduknya melihat suaminya sudah keterlaluan.

"Mas, kamu apa-apaan? Jangan keterlaluan sama Zia, Mas!" perintah wanita itu dengan nada tegas.

Damian tidak menanggapi istrinya, ia justru kembali melemparkan tatapan sengit pada putri angkatnya itu.

"Lihat!" tunjuknya pada Gaby yang tengah terbaring dengan wajah pucat. "Ini semua ulah kamu, Zia! Kamu masih bilang nggak sengaja?! Keterlaluan kamu!"

"Aku memang nggak sengaja! Mana aku tahu bola yang aku lempar malah melenceng ke Gaby," balas Zia berusaha menjaga ketenangannya.

"Papi nggak pernah ngajarin kamu pintar berbohong seperti ini. Akui kesalahan kamu dan minta maaf sama Gaby!" perintah Damian keras.

Zia menarik napas panjang, lalu berkata pelan tapi jelas, "Baik."

Ia melangkah mendekat pada Gaby. "Gaby, aku minta maaf karena nggak sengaja ngelempar bola itu sampai buat kamu pingsan, I'm sorry," ucap Zia lantang namun datar.

Gaby menunduk lemah, mengangguk kecil tanpa suara. Namun permintaan maaf Zia justru semakin membuat Damian murka.

"Papi bilang akui kesalahan kamu, Zia! Kamu malah nyindir dengan cara ngomong begitu!"

Zia benar-benar tidak tahan lagi. Ia bukan gadis yang bisa diam saja diperlakukan semena-mena.

"Apalagi, ha?! Aku udah minta maaf sesuai kemauan Papi!" seru Zia dengan wajah menegang menahan emosi. "Papi mau aku ngaku sengaja ngelempar bola itu buat bikin Gaby celaka, gitu?! Jangan harap! Aku nggak akan pernah mau ngakuin kesalahan yang nggak aku buat secara sengaja!"

"Zia!" bentak Damian dengan suara bergemuruh.

"Apa?!" sahut Zia tak kalah keras. "Sekarang gini aja, atas dasar apa Papi nuduh aku sengaja ngelakuin itu? Apa Papi ada di sana waktu kejadian?! Cuma karena ucapan satu pihak, Papi langsung nuduh aku kayak gini?!"

Amanda menatap cemas ke arah anaknya, tapi Zia belum berhenti.

"Selalu gitu, kan, Pi? Selalu aku yang disalahin, tanpa Papi mau denger dulu apa yang sebenarnya terjadi."

Damian mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Kamu sudah keterlaluan, Zia!"

Zia tertawa miris, air matanya menetes tanpa bisa ditahan. "Nggak, Pi. Aku cuma jujur. Selama ini Papi cuma lihat apa yang pengen Papi lihat, bukan apa yang sebenarnya terjadi."

Hening sejenak menyelimuti ruangan. Napas Damian memburu, sementara Zia berdiri tegak, menatap ayahnya dengan mata yang berkilat penuh luka dan pemberontakan.

Matanya melirik Gaby saat mengucapkan itu. Damian diam, terlihat kehilangan kata-kata.

Gaby mendongak mendengar ucapan Zia, "A-aku minta maaf." Mata gadis itu berkaca-kaca, ia menoleh pada Damian. "Aku yang salah, Pi. Aku yang gak hati-hati. Tolong jangan marah sama Kak Zia, dia gak salah."

Amanda langsung memeluk Gaby dan menenangkan anaknya. "Zia, tolong maafkan kami. Tante tahu kamu masih sulit untuk menerima Tante. Kamu boleh melakukan apa pun terhadap Tante, tapi Tante mohon tolong jangan sakiti Gaby, dia gak tahu apa-apa," ucap Amanda terdengar menyedihkan, ia semakin mendekap Gaby seolah memberi perlindungan.

Zia melihat itu hanya dapat membuka mulutnya tidak percaya, bibir atasnya bergetar menahan isak. Suasana di kamar itu semakin mencemaskan, Damian semakin tersulut emosi. Ia menatap Zia tajam.

"Bagus, Zia. Sekarang kamu malah mengkambinghitamkan Gaby atas kesalahan kamu." Damian mengepalkan tangannya.

Zia tidak menanggapi ucapan Damian, ia mengeluarkan ekspresi datar terkesan acuh. Ketika melihat ekspresi tak acuh Zia, Damian kembali berucap dengan nada penuh penekanan.

"Minta maaf, Zia!" Matanya menukik terlihat menyeramkan karena diliputi amarah. "Papi bilang minta maaf anak kurang ajar!" bentak Damian kencang penuh emosi.

"Kali ini aku benar-benar gak tahan," Zia menggelengkan kepalanya tertawa sumbang. "Aku paling benci dibentak-bentak kayak gini. Tadi Papi bilang apa, aku kurang ajar? Kalau aku kurang ajar, lantas Papi apa? Dan kalian harus aku sebut sebagai apa?"

1
kriwil
jalang maruk🤣 semau laki mau di embat
Rossy Annabelle
no coment 🤧huhu
Heni Mulyani
lanjut author 💪
Murni Dewita
double up thor
Zee✨: bsk² yak hehe
total 1 replies
Murni Dewita
👣👣
Wahyuningsih
kpn thor zia bahagia 🤔🤔kan kasihan q jdi males mau baca soalnya zia d tindas mulu haaaaaaaaaah
Zee✨: sabar belum jg pertengahan kak😄
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
Sribundanya Gifran
lanjut💪💪💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut
Dewiendahsetiowati
part yang bikin nyesek
Wahyuningsih
thor buat mereka yg menyakiti zia menyesal d buat segan matipun tk mau n buat gaby terpuruk n menderita oran g kok manipulatif gedek q sebel banget d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪💪
Heni Mulyani
lanjut
Wahyuningsih
thor perasaan novel author yg lain blm pd tamat trus anda jga jrng up kk udah ada novel bru yg lma gimna d tamti dlu lah thor jgn d gantung syg klau gk d lanjutin 🤔🤔🤔🤔
Zee✨: itu udh tamat kak, sengaja di bikin gantung buat season 2 nanti hehe
total 3 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut up yg bnyak thor💪💪💪💪
Zee✨: Siappp, tungguin yakk
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Zee✨: okeee
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut 💪
Heni Mulyani
lanjut
Heni Mulyani
lanjut 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!