Queensa tak menyukai pernikahannya dengan Anjasmara. Meskipun pria itu dipilih sendiri oleh sang ayah.
Dijodohkan dengan pria yang dibencinya dengan sifat dingin, pendiam dan tegas bukanlah keinginannya. Sayang ia tak diberi pilihan.
Menikah dengan Anjasmara adalah permintaan terakhir sang ayah sebelum tutup usia.
Anjasmara yang protektif, perhatian, diam, dan selalu berusaha melindunginya tak membuat hati Queensa terbuka untuk suaminya.
Queensa terus mencari cara agar Anjasmara mau menceraikannya. Hingga suatu hari ia mengetahui satu rahasia tentang masa lalu mereka yang Anjasmara simpan rapat selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Di hati setiap orang, mungkin ada satu sosok yang sangat dicintai, tetapi, nggak pernah bisa dimiliki.
Ketika dunia hanyut dalam gelombang cinta yang nyaris tak masuk akal, Queensa dan Anjasmara bertemu, tak sengaja, di tengah kota yang menjadi tempat pria itu merantau mengikuti kedua orang tuanya. Semua terjadi tanpa aba-aba. Tanpa rencana.
Anjasmara nggak pernah nyangka bakal jatuh cinta sama perempuan yang memiliki satu ginjalnya, gadis yang pernah ditolongnya di saat harapan orang tuanya lenyap.
Soal cinta pandangan pertama, tentu tidak. Dulu niatnya hanya ingin menolong, memberi harapan pada sepasang suami istri yang berada di titik ketidakberdayaan.
Anjasmara tumbuh jadi pemuda pekerja keras dan tegas, pengorbanannya tak pernah diingat, hingga suatu hari takdir kembali mempertemukannya dengan Agung Triawan yang merupakan ayah gadis yang pernah ia berikan sebagian ginjalnya.
Anjasmara bertemu dengan Queensa setelah Agung mengangkatnya sebagai tangan kanannya, bukan kemauan Anjasmara secara mutlak, namun atas permohonan Agung yang saat itu mulai sakit-sakittan, akan tetapi Queensa hanya tahu jika Anjasmara adalah sopir ayahnya.
Di hari dimana Agung memintanya untuk menikahi Queensa, di hari yang sama Anjasmara langsung menyetujuinya.
Anjasmara memiliki penilaian sendiri tentang Queensa, meskipun perempuan itu manja tapi dia berhasil menjadi guru favorit di tempatnya mengajar. Bukan sekolah biasa, tetapi sekolah yang isinya anak-anak istimewa yang Tuhan titipkan pada orang tua-orang tua luar biasa.
Dibalik sikap kerasnya, hati perempuan itu lembut. Kemarahan perempuan itu tak pernah Anjasmara ambil hati, hanya saja ke terbukaan Queensa tentang pria yang dicintai melukai harga dirinya sebagai seorang suami.
Sore itu, setelah cek lokasi dari beberapa blok, Anjasmara duduk di ruang tamu bersama Agung. Lalu Queensa datang dari tempat mengajar.
Baju batik biru yang di padukan dengan rok span panjang dengan warna senada, rambut hitam panjang yang diikat seadanya. Bukan jenis perempuan yang suka basa basi ingin diperhatikan, tapi justru karena itulah berhasil mencuri hati Anjasmara. Matanya tenang tapi tak pasrah. Ada sesuatu dalam cara Queensa berjalan perpaduan antara kelembutan dan ketegasan. Dan entah bagaimana, pandangan Anjasmara terpaku lebih lama dari seharusnya.
Anjasmara tahu itu berbahaya. Tapi tetap saja, ada gemetar kecil di dalam dadanya. Halus tapi nyata.
Tanpa pria itu ketahui, ada mata yang juga terus memperhatikannya secara diam-diam, melihat binar mata pria yang selalu membantunya, Agung sangat bahagia.
******
Entah sejak kapan wajah dingin Anjasmara mulai membayangi pikiran Queensa.
Anjasmara tidak mengusik, tapi perempuan itu justru merasa tak tenang.
Dititik ini, seluruh pertahanan yang Queensa bangun runtuh. Perasaan bisa menyergap, tapi tak bisa menghapus rasa hangat yang ada di dada. Queensa tahu mereka belum cukup dekat untuk bersama. Tapi mereka terikat dalam ikatan pernikahan yang sah.
Queensa memilih bangkit, dia tidak akan membiarkan Anjasmara terus berpikir soal perceraian. Cinta laki-laki itu terlalu rumit membuat Queensa tak bisa memahaminya.
Cinta bukan soal siapa yang datang lebih dulu. Tapi siapa yang datang saat kita paling butuh diselamatkan. Dan Anjasmara, dengan segala kemudahannya, datang tepat ketika perempuan itu mulai tenggelam dalam kehidupan yang tak memihaknya.
Queensa keluar dari kamarnya. Rumah yang selama ini terasa aman, tiba-tiba jadi seperti medan ranjau. Ada sesuatu yang akan meledak, dan Queensa tahun dialah pemicunya.
"Kenapa tidak tidur?" tanya Anjasmara saat Queensa berjalan mendekatinya.
Queensa menarik napas panjang. Ini saatnya. Tidak ada lagi ruang untuk menunda.
"Mas... aku mau bicara."
Anjasmara menatapnya, lalu duduk perlahan. Wajahnya berubah. Ada ketegangan di sana. Tapi tetap, dia menunggu. Selalu menunggu.
"Aku nggak mau muter-muter, " kata Queensa mengambil jeda. "Aku nggak mau terus berpura-pura." mata perempuan itu mulai memerah. Tapi dia tidak menangis.
"Kamu ingin saya pergi dari hidupmu?" tanya Anjasmara lirih. Tapi jelas menusuk.
Saat Queensa memilih diam. Anjasmara menganggap tidak ada jalan lagi, istrinya akan keukeuh ingin bercerai, tapi itu lebih baik, dari pada perempuan itu terus berpura-pura baik karena tahu dialah orang yang mendonorkan ginjal untuknya.
"Saya sudah duga sejak awal," kata Anjasmara lirih. "Tapi saya berpikir, kalau saya cukup sabar, kamu akan tetap tinggal."
Queensa ingin mendekat, memegang bahu lebar itu. Tapi tidak mampu, merasa tak punya hak lagi untuk menghibur luka yang disebabkan olehnya.
"Saya nggak mau kamu tinggal karena rasa balas budi, untuk itu saya setuju untuk pergi."
Anjasmara tidak membentak. Tapi kata-katanya seperti palu yang menghancurkan pondasi yang Queensa pikir kokoh.
Sunyi menguasai ruangan.
Memerangi rasa malu Queensa mendekat, menegang tangan Anjasmara yang seketika mendongak karena kaget.
"Maaf. Harusnya aku nggak membiarkan mas terlalu kecewa."
"Kamu butuh ruang, saya berikan."
Kadang yang orang butuhkan bukan pelarian, tapi keberanian untuk menghadap apa yang sudah lama mereka hindari.
Dan kali ini, Queensa memilih bersuara.
"Aku bilang ingin tinggal, bukan karena rasa balas budi atau apakah itu! Aku ingin tinggal karena benar-benar ingin belajar mencintaimu."
Anjasmara menatap istrinya. Lama. Dan untuk kali pertama, ia tak melihat istri yang menghancurkan hatinya. Tapi perempuan yang juga sedang mencoba menambal dirinya sendiri.
Tanpa Anjasmara ketahui, Queensa menghapus chat dan nomor pria yang menjadi pemicu retaknya hubungannya dengan Anjasmara. Ia memilih melepaskan mantan. Benar-benar melepaskan.
"Ajari aku mencintaimu, tolong.... jangan pergi atau memintaku menjauh." mohon perempuan itu dengan mata berkaca-kaca.
makanya gak usah sooook...
untung gak dicere
semoga Anjas menemukan perempuan yang tepat dalam hidupnya...
queensa ini gak kapok kapok lho ya ...
haddeuh 🤦♀️