NovelToon NovelToon
Teperdaya Maharani Merindu

Teperdaya Maharani Merindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Misteri / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:248
Nilai: 5
Nama Author: OMIUS

Di tengah masalah pelik yang menimpa usaha kulinernya, yang terancam mengalami pengusiran oleh pemilik bangunan, Nitara berkenalan dengan Eros, lelaki pemilik toko es krim yang dulu pernah berjaya, namun kini bangkrut. Eros juga memiliki lidah istimewa yang dapat membongkar resep makanan apa pun.
Di sisi lain, Dani teman sedari kecil Nitara tiba-tiba saja dianugerahi kemampuan melukis luar biasa. Padahal selama ini dia sama sekali tak pernah belajar melukis. Paling gila, Dani tahu-tahu jatuh cinta pada Tante Liswara, ibunda Nitara.
Banyak kejanggalan di antara Dani dan Eros membuat Nitara berpikir, keduanya sepertinya tengah masuk dalam keterkaitan supernatural yang sulit dijelaskan. Keterkaitan itu bermula dari transfusi darah di antara keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OMIUS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang Kesembilan Belas

Dua bulan seusai dirawat di rumah sakit, rasa-rasanya kondisiku tubuhku telah semakin mendekati pulih seperti sedia kala. Kedua kakiku kini telah dapat kugerakan untuk berjalan, juga kedua tanganku yang dapat kugunakan beraktivitas. Tiada lagi aku merasakan sakit, atau pun linu saat sendi-sendi di tubuhku bergerak. Paling menggembirakan, aku tak lagi memimpikan kecelakaan yang menimpaku tiga bulan lalu.

Kelihatannya aku telah sembuh dari trauma. Hasrat mengemudiku tiba-tiba mencuat lagi. Kalau bukan larangan keras dari Nitara, sepertinya aku sudah kembali meluncur di jalan tol.

Mengisi waktuku selama berada di rumah, sepenuhnya aku hanya fokus mengembalikan kebugaran tubuhku. Tiada aktivitas lain, sedangkan aku yang jenuh sudah sangat ingin beraktivitas lagi. Tak heran bila aku berhasrat untuk segera melanjutkan rencana yang tertunda, menghidupkan kembali Teman Segar. Begitu percaya diri aku. Bermodal es krim Mirasa selanjutnya Teman Segar akan mampu bersaing dengan Samudera Es.

Selama masa pemulihan di rumah nyaris saban hari Nitara menjenguknya. Rutinnya dia menjengukku di pagi hari, waktu di mana rumah makannya belum dibuka. Langsung saja kuutarakan rencanaku begitu pagi ini dia datang menjengukku.

“Waktunya kurang tepat, Mas Eros. Jangan mikirin hal lain dulu, fokuskan saja pada pemulihan tubuhmu!”

Aku mengerti, ketidaksetujuannya akan rencanaku lebih dikarenakan faktor dia yang terlalu memberi perhatian padaku. Tapi, Nitara mesti tahu juga kalau calon suaminya tengah tersiksa jenuh sekali.

“Biar pulihnya bisa dipercepat sebaiknya Tara mesti kasih tahu segera, kapan hari aku boleh resmi melamarmu?”

“Begitu Sambal Kejora pindah kemari, Mas Eros boleh lamar Tara.”

“Berarti tinggal delapan hari lagi!” sahutku girang. Gara-gara mengalami kecelakaan, acara lamaranku terpaksa harus ditunda dulu. Padahal aku sudah sangat berhasrat menikahinya.

“Haaah ... Mas Eros kok jadi merokok?” Bukannya menimpali kegiranganku, Nitara malah keheranan mendapati bungkusan rokok mencuat di saku kemejaku. Padahal dia tahu kalau aku tidak merokok.

Sama halnya Nitara, aku sendiri sebenarnya juga tak habis pikir. Usai pulang dari rumah sakit tahu-tahu mulutku terasa serba tidak enak. Tadinya aku mengira mulutku tengah sariawan. Namun, aku tak merasakan perih, pun tidak menemukan radang di sana. Kala seorang teman datang menjengukku di rumah, lalu merokok di depanku, tiba-tiba saja aku kepincut untuk mencicipi nikmatnya menghisap rokok.

Kontan aku menyangkal hasratku ini. Sejak kapan aku merokok? Sedari tumbuh remaja tak sekali-kalinya mulutku tergoda asap rokok. Aku tetap enggan tergiur meski teman-temaanku semuanya perokok. Bahkan Ayah semasa hidup juga seorang perokok berat, namun lucunya keras melarangku merokok.

Agak membingungkan, hasrat merokokku malah semakin menjadi-jadi begitu ditekanku. Tak ubahnya seperti ketika aku dulu tak kuasa menahan hasrat cinta pada Nitara, pada akhirnya kuputuskan untuk menghisap sebatang rokok kretek. Bukannya terbatuk-batuk akibat asap rokok, ternyata aku malah sangat menikmatnya. Saking nikmatnya aku kemudian keterusan menghisap batang rokok, berlanjut ketagihan. Dalam sehari paling sedikit sebungkus rokok bisa kuhabiskan.

“Dari kapan Mas Eros jadi suka merokok?” desaknya sembari merengut, memprotes hobi merokok dadakanku. Dia juga memintaku supaya segera menghentikannya, mumpung belum ketagihan berat katanya. Sepertinya dia tahu kalau aku belum lama ketagihan merokok.

“Sebenarnya sedari dulu aku sudah merokok. Cuma diam-diam saja karena tahu Tara enggak suka aku merokok.” Terpaksa aku harus berbohong padanya.

“Jadi aslinya Mas Eros perokok?” Sembari sedikit menyungut, Nitara mendesakku lagi. Rona mukanya memperlihatkan tidak suka, mungkin karena merasa aku tidak jujur padanya.

Aku cuma mesem.

“Padahal Mas Eros pernah bilang bukan perokok, tahunya itu cuma pengakuan bohong Mas Eros.”

“Sebenarnya, sejak tahu Tara enggak suka asap rokok, aku sudah berusaha menguranginya. Tentunya tak bisa drastis begitu saja, butuh tahapan-tahapan.” Terpaksa aku harus merangkai cerita. Situasi dan kondisiku saat ini memang mengharuskanku berdalih. Ironi, aku yang nyana bukan seorang perokok harus mencari-cari alasan untuk membenarkan hobi merokok dadakanku.

“Moga saja tahapannya tidak berlangsung seumur hidup, jadi Mas Eros enggak punya dalih buat merokok terus waktu dipergokiku.”

“Tara mesti percaya janjiku, satu saat nanti aku akan benar-benar berhenti merokok,” ucapku sambil mengangkat tangan kananku ke atas, berupaya meyakinkan Nitara.

Beruntung aku. Kelihatannya Nitara bisa diyakinkan olehku. Memang rona mukanya tampak merengut. Meski begitu dia enggan terus mempermasalahkan gaya hidup merokokku. Dia hanya mengingatkanku saja.

“Tara hargai usaha Mas Eros. Malah kalau satu waktu Mas Eros susah menahan hasrat merokok, Tara persilakan Mas Eros merokok. Tapi, dengan satu syarat.”

“Apa syaratnya?”

“Mas Eros mesti menyingkir dulu dari Tara.”

“Sudah pasti kalau itu. Tara, kan alergi sama asap rokok?”

Syarat yang barusan diajukan Nitara semakin menunjukkan, dia sudah berhasil diyakinkanku. Aku boleh merasa lega sekarang. Sayangnya pagi ini dia tidak terlalu lama menyambangiku. Kurang dari satu jam mengobrol Nitara sudah pamit pulang. Namun, sebelumnya dia hendak ke kamar kecil dulu.

Tiba-tiba saja aku mendengar gedebuk suara orang terjatuh di kamar kecil, sedangkan Nitara tengah berada di sana. Diikuti kemudian dengan suara erangan kesakitan.

“Tara, kamu kenapa?!” teriakku.”

Tak ada jawaban dari kamar kecil. Namun, telingaku mendengar suara merintih meski sayup.

Dengan setengah berlari lekas aku pergi menuju kamar kecil. Pintu kamar kecilnya ternyata sudah membuka lebar. Dan aku menemukan Nitara yang duduk selonjoran di lantai kamar mandi. Sementara tangan kanannya tengah memegangi pergelangan tangan kirinya. Kelihatannya Nitara baru saja terpeleset di kamar mandi.

o19o

1
Asnisa Amallia
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
Yusuf Muman
Menyentuh hati.
Mich2351
Aku suka banget sama karakter-karakternya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!