NovelToon NovelToon
Duda-ku

Duda-ku

Status: tamat
Genre:Duda / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:472.8k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26 kemana hana

Jarum menembus kulit Hana, seketika dingin logam menjalar ke lengannya. Kantong bening di samping ranjang perlahan terisi cairan merah segar. Napasnya teratur, tetapi berat, keringat dingin menetes di pelipis.

“Felix, kamu harus sembuh,” ucap Hana dalam hati.

Ceklek! Pintu ruangan transfusi darah terbuka.

Hana terbelalak. Ternyata perkiraannya benar, Andri adalah saudara Jefri.

Rasa takut dan benci menyelimuti hati Hana. Ia teringat perkataan Nela bahwa Andri adalah seorang mafia penjualan manusia.

“Ternyata orang kaya tidak ada yang benar. Jangan-jangan Jefri juga termasuk dalam komplotan penjualan anak. Aku harus benar-benar kabur setelah menyelesaikan donor darah ini,” tekad Hana dalam hati.

Andri pun terkejut. Wanita yang selama ini ia cari ternyata berada bersama Jefri.

“Kenapa Hana bersama Kak Jefri? Apa orang yang membawa Hana adalah orang-orang Kak Jefri?” pikir Andri.

“Syukurlah kalau diselamatkan sama Kak Jefri,” pikir Andri lagi. Ia kemudian melirik Hana. Gadis itu tampak memalingkan wajah.

“Kenapa Hana masih ngambek sama aku? Apa sebenarnya salahku? Ini harus aku jelaskan,” ucap Andri dalam hati.

Jarum perlahan dicabut dari lengan Hana, meninggalkan bekas merah kecil. Ia menarik napas panjang; tubuhnya terasa ringan sekaligus lemas. Perawat segera menutup luka dengan perban, sementara Hana tersenyum tipis.

Walau badannya lemas, Hana memaksakan diri untuk berdiri. Ia ingin menghindari Andri.

“Hana…” ucap Andri yang masih menjalani transfusi darah.

Hana tidak mengubris. Ia terus berjalan, meninggalkan Andri.

“Mbak, sebaiknya istirahat dulu,” ucap perawat

“Maaf, saya mau keluar sebentar.” Hana bangkit dan meninggalkan ruang transfusi.

Ia melihat Jefri yang tampak gelisah menatap kondisi Felix.

“Semoga kamu baik-baik saja, Felix. Jangan ikuti jalan Papih kamu,” ucap Hana dalam hati.

Dengan tubuh yang masih lemas, Hana berjalan sempoyongan keluar dari rumah sakit. Ia memanggil ojek pangkalan dengan tujuan rumah Reni, sahabatnya.

Sementara itu, lampu ruang operasi menyala terang. Bayangan dokter dan perawat bergerak cepat. Felix terbaring mungil di atas meja operasi, napasnya ditopang alat, detak jantungnya naik-turun tak menentu di monitor.

Di ruang lain, Viona juga berjuang melawan pendarahan hebat. Suara instruksi dokter bersahut-sahutan, sementara gunting dan klem beradu nyaring dengan logam meja.

“Tenanglah, Kak Jefri,” ucap Andri pelan, mencoba menenangkan. Namun, pikirannya sendiri tertuju pada Hana yang tidak terlihat di lokasi.

“Aku tidak akan memaafkan siapa pun yang mencelakai Ibu dan Felix,” ujar Jefri dengan suara bergetar sambil mengepalkan tangannya.

Andri ragu, tetapi akhirnya memberanikan diri bertanya, “Kak, kenal Hana dari mana?”

“Astaga! Hana ke mana?” Jefri justru terperanjat. Ia baru sadar bahwa Hana tidak ada di sekitarnya.

“Tadi Hana lebih dulu selesai transfusi. Lalu dia keluar… kupikir masih di sini,” jawab Andri, sama-sama terkejut karena ternyata ia salah mengira.

Jefri menunduk, wajahnya penuh kebingungan. “Aku benar-benar bingung, Ndri. Felix sangat bergantung pada Hana. Kehadirannya seperti memberi harapan baru bagi anakku. Tapi di sisi lain… aku masih mencintai Melisa, Ndri.”

Andri terdiam. Ia menyadari persoalan Jefri jauh lebih rumit daripada yang ia bayangkan.

“Oh, jadi Hana pengasuhnya Felix, ya?” Andri menyimpulkan.

Jefri langsung berbalik, menatap Andri dengan mata menyipit.

“Dari mana kamu mengenal Hana?” tanya Jefri penasaran.

Andri menarik napas, lalu mulai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Hana.

“Jadi waktu itu… yang bertarung dengan anak buahku itu kamu?” Jefri menatapnya penuh curiga.

“Hana itu diculik, Kak. Aku menyelamatkannya dari penculik. Saat aku dan penculik bertarung, anak buah Kak Jefri datang memukuli aku dan penculik. Setelah itu, mereka kabur,” jelas Andri dengan wajah manyun.

“Hehe… sorry, Brother. Aku tidak tahu. Felix sangat bergantung pada Hana, aku tidak mau dia sedih,” ujar Jefri dengan nada berat.

“Sepertinya kamu mencintai Hana, ya?” tanya Jefri tiba-tiba.

Andri tersenyum getir. “Kalau harus bersaing dengan Kak Jefri… aku pikir dua kali.”

“Hahaha, tenang saja. Felix hanya ingin Hana jadi pengasuhnya,” ujar Jefri, seolah memberi harapan kepada Andri.

“Tapi aku heran, Kak. Sepertinya ada yang salah dengan Hana. Dia seperti benci sama aku… tapi aku tidak tahu kenapa,” ucap Andri, nadanya seperti seorang adik yang sedang curhat pada kakaknya.

“Hmmm… Andri, Andri. Kamu ini masih belum paham, ya? Coba ingat, sudah berapa kali kamu punya pacar lalu putus? Kamu pasti tahu siapa penyebabnya, bukan?” Jefri menatap adiknya penuh makna. Ia memang mengenal Andri sejak kecil, tahu banyak soal kebiasaannya.

Andri terdiam, tampak berpikir. “Apa ini ulah Nela?” gumamnya pelan.

“Cobalah kamu selidiki,” saran Jefri tegas.

“Baiklah, Kak. Terima kasih.”

Suasana mendadak hening. Setiap detik menunggu kabar dari ruang operasi terasa seperti perjalanan menuju tempat berbahaya—penuh ketegangan dan rasa cemas.

“Kak, Melisa kok belum datang?” tanya Andri akhirnya, memecah keheningan.

“Katanya masih di Jepang,” jawab Jefri singkat.

“Hmmm… coba Kakak selidiki. Dari dulu aku memang tidak suka sama dia,” Andri berterus terang.

“Entahlah, aku masih mencintainya. Aku yakin suatu saat dia akan kembali,” ucap Jefri dengan nada sendu.

Suasana kembali hening. Andri melirik ke arah lorong, berharap Hana muncul. Namun, sosok yang ditunggu tak kunjung datang. Pandangannya kemudian beralih ke lampu operasi yang masih padam.

Tiba-tiba, lampu menyala hijau. Seorang dokter keluar dari ruang operasi. Jefri segera menghampiri dengan langkah tergesa.

“Bagaimana kondisi anak saya, Dok?” tanya Jefri gugup. Suaranya bergetar, seolah belum siap kehilangan putra tercintanya.

Dokter tampak menghela napas berat sebelum menjawab.

“Anak Bapak selamat. Hanya saja, ia memerlukan beberapa hari untuk memulihkan kesadarannya.”

Jefri menghela napas lega. Akhirnya ketakutannya hilang seketika.

“Tolong tempatkan di ruang VVIP,” ucap Jefri.

“Kami mengerti, Pak,” jawab perawat.

Tak lama kemudian, seorang dokter perempuan keluar masih mengenakan masker. Jefri segera menghampirinya.

“Bagaimana kondisi Ibu saya, Dok?” tanyanya cemas.

“Ibu Anda sudah melewati masa kritis. Sekarang beliau sudah sadar,” jawab dokter tenang.

“Syukurlah…” gumam Jefri lega.

“Boleh saya lihat, Dok?”

“Silakan, Pak,” sahut dokter.

Jefri masuk ke ruangan tempat Viona dirawat. Kepala ibunya masih diperban, selang infus menempel di tangannya. Wajahnya tampak pucat, namun matanya sudah kembali terbuka.

“Jefri, bagaimana kondisi Felix?” tanya Viona dengan suara lirih.

“Felix sudah melewati masa kritis, Mah,” jawab Jefri dengan lega.

Viona melirik ke arah lain, lalu tersenyum tipis. “Andri, kamu juga datang rupanya.”

“Mah, Andri ini yang mendonorkan darah untuk Mama,” ucap Jefri sambil menatap sepupunya.

Viona menatap Andri penuh rasa haru. “Terima kasih, Nak. Tante benar-benar berhutang nyawa padamu.”

Andri menunduk rendah hati. “Aku keponakan Tante. Sudah seharusnya aku menolong.”

“Bagaimana kabar ibumu?” tanya Viona kemudian.

Andri tampak muram. “Ya… begitulah, Tante. Masih terobsesi mencari anaknya yang hilang.”

“Nanti Tante akan main ke rumah ibumu. Sudah lama sekali Tante tidak menjenguk,” ucap Viona pelan, lalu menghela napas panjang.

Mendadak ia teringat sesuatu. “Jefri, Hana ke mana?” tanyanya.

Jantung Jefri langsung berdegup kencang. Ia terdiam. Sejenak ia sadar, sejak tadi ia tidak mencari Hana. Padahal Hana pernah berkata akan pergi setelah mendonorkan darah. Awalnya Jefri mengira itu ancaman kosong. Nyatanya, Hana benar-benar menghilang.

1
sisri nurdayanti
seruuuu thorr
sisri nurdayanti
sebaik km bersifat tegas hana, buk ky org bodoh kok thor cerita nggk asik lo jd kyk gini
Martha Parhusip
jujut sampai eps ini aku udh muak bgt sama sinta dan mutusin ga lanjutin baca. karakter hana dan ayah terlalu lemah dan mudah ditindas, permasalahan yg berulang dan tidak ada habisnya selalu menindas hana. hana ga ada tegass tegas nya. jadi udh ga mau baca lagi. semangat thor buat karya berikutnya
Ananda Muthaharoh
wah ada udang dibalik kemunafikan ini si vina, roman2nya dia secara langsung mau menghncurkan hubungan yg baru terjalin, dengan dalil penyakit siReni berbahaya, mngkin aja Reni ini cm sakit perut biasa aja, tapi siVina pelakor ini secara langsung ngebohongi si Reni dengan penyakit mematikan, semoga ini ga akan lama kelakuan sivina kebongkar, ayo reni cerita sam temen kamu hana atau suami kamu biar mereka ngasih solusi terbaik versi temen km hana juga versi suami km andri, semoga km cepet sadar dri tingkah si vina ini.
Ananda Muthaharoh
dokter abal2 ini kayanya cuma bisa nakutin pasen ga ada kata serius atau kata menenangkan atau apa kek malah nakutin pasen gitu aja, jangan2 dokternya suka sama suaminya cinta ditolak dendam sama istrinya 🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭
Ananda Muthaharoh
apa hana kakak beradik sama andri iya, gara2 pelakor hana dibawa bapaknya trus tinggal sama siruba tua mirna itu.
Ananda Muthaharoh
apa hana bukan anaknya, masa hana diperlakukan ga adil sama keluarganya, pergi aja hana yg jauh agar semua keluarga km ngerasa gimana susahnya cari uang juga beberes rumah. biar sinta ruba itu ngerasain apa yg km rasain dicampakan jga dipermalukan
𝙸𝚗𝚍𝚊𝚑 𝙵𝚊𝚝𝚒𝚖𝚊𝚑
kyanya Hana adik andri
Amariksa
sinta mirna dan terakhir handoko pemain drama ikan terbang wkwk
Amariksa
handoko dungu
ay Susie
kenapa tokoh dlm cerita ini oon semua . 🙏 ktnya klrg kaya tp kok gak gercep lelet semua
ay Susie
heran , muka dah tau mirip . tp kenapa masih pd diam . betul" menguras emosi
ay Susie
bikin hati sakit aja , nguras emosi . knp juga si hana gak ada greget udah dr kecil kena siksa
Ranny
ya Dia peduli kepadamu lah kan Dia memang anak kandungmu tidak seperti si Sinta anak wanita jalang
Ranny
seharusnya Andri dan mama Maharani harusnya melakukan tes DNA itu yang lebih klop dan akurat
Ranny
dan juga kakakmu tapi lain ayah Hana
Ranny
ya lakukanlah tes DNA supaya lebih konkret mana yang benar anaknya mamamu Sinta atau Hana tapi menurutku sih yang benar-benar anaknya mamamu itu adalah Hana
Ranny
jangan-jangan ibunya Andri adalah orang tuamu Hana
Ranny
Sinta sarjana tapi otak nya kosong melompong 😄😄😄
Ranny
akh ternyata anak dan ibunya sama saja wanita murahan seperti wc umum
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!