NovelToon NovelToon
HUTAN LARANGAN

HUTAN LARANGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Dunia Lain
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: elaacy

Galuh yang difitnah oleh penduduk kampung dan dibuang dihutan larangan, hutan yang menyimpang segudang misteri.
Dapatkah galuh membalaskan dendam dan menemukan dalang dari orang yang menghasut penduduk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Galuh, anakku

Galuh hanya terdiam, ia memandangi damar dengan kening yang menyerit, ia merasa tak asing dengan wajah damar.

"Galuh, kemarilah." Panggil nek sumi.

"Iya nek" Sahut galuh, ia segera mendekat ke arah nek sumi dan duduk disampingnya.

"Galuh, kamu tau dia siapa?." Tunjuk nek sumi kearah damar yang sedang menatapnya dengan sendu.

"Iya, dia ayah." Sahut galuh dengan dingin, damar merasakan ada pembatas diantara mereka berdua.

"Kemarilah nak, peluk ayah." Ucap damar sembari merentang kan tangannya. Galuh hanya bergeming, ia sama sekali tak mau memeluk damar.

"Peluklah ayahmu, galuh." Ucap renggo kepada galuh.

"Tapi paman, ayah telah meninggalkan kami, bahkan saat aku kecil, aku sama sekali tak pernah bertemu ayah, dulu aku sering diejek oleh warga kampung karena aku nggak punya ayah, aku bertanya kepada ibu kemana sebenarnya ayah, tetapi ibu tak pernah menjawab." Sahut galuh dengan mata berkaca-kaca, ia teringat kenangan buruk saat masa kecil, yang sering di ejek oleh teman sebayanya dan warga desa. Perkataan galuh membuat hati damar sakit, ia merasa sangat bersalah.

"Kamu dan saras, kakak beradik." Ucap damar yang membuat galuh membelelakan matanya. Ia merasa dunia seakan berputar.

"Gak, gak mungkin." Ucap saras yang ternyata sudah sadar, nek sumi dan yang lainnya segera menoleh ke arah saras.

Mereka segera mendekati saras. "Ini gak mungkin kan, nek ini gak mungkin kan?." Tanya saras dengan suara gemeter.

Nek sumi yang ditanya hanya diam dan tidak berbicara.

"Ini benar saras, kamu dan galuh adalah kakak beradik." Jawab damar dengan suara lirih.

"Galuh, dia adikku." Desis saras dengan suara lirih.

"Kemarilah, galuh." Panggil renggo, galuh segera mendekat ke arah mereka dan duduk disamping nek sumi. Ia hanya diam dan memandangi saras dengan lekat.

"Maksudnya apa? Bagaimana bisa aku dan galuh menjadi saudara kandung." Tanya saras yang memandangi wajah mereka satu persatu.

"Huftt banyak masalah yang terjadi di masalalu nak." Jawab damar.

"Masalah apa? Kenapa aku gak pernah mengetahuinya?." Pertanyaan saras membuat mereka pusing.

"Saras, ini damar ayahmu dan ini galuh adalah adikmu." Tunjuk nek sumi kepada damar dan galuh, ia mengalihkan pembicaraan.

"Ayah?." Gumam saras yang memandangi damar, ia seolah lupa dengan pertanyaanya tadi.

"Iya, ini ayah nak." Jawab damar dengan suara gemetar.

"Ayahh." Damar segera mendekat dan memeluk saras, mereka sama-sama menangis. Galuh hanya diam dan tidak berbicara.

Nek sumi segera memegang pundak galuh. "Peluk lah ayah dan kakakmu." Ucap nek sumi. Galuh segera mendekat dan memeluk mereka berdua, tangisan haru tak dapat ditahan. Setelah cukup lama menangis, saras akhirnya bertanya.

" Kemana ayah selama ini?." Tanya saras kepada damar.

"Maaf kan ayah, nak, ayah harus mengurus suatu hal.." Jawab damar dengan lirih

"Dimana ibumu?." Tanya damar kepada saras, ia tak melihat ke beradaan minah.

"Ibu, aku gak tau dimana keberadaannya, ibu bilang ia mau mencari ayah, tapi sampai saat ini ibu gk pernah kembali." Jawab saras dengan mata berkaca-kaca.

Galuh hanya diam, ayahnya-damar hanya menanyakan keberadaan bu minah-ibunya saras. Tak menanyakan ibunya. Damar sama sekali tak ada membahas siti-istri keduanya. Renggo pun hanya diam begitu juga kakel darmo.

"Aku pamir tidur dulu ayah, semuanya.," Pamit galuh seraya masuk ke dalam kamar, ia sama sekali tak menoleh ke arah damar.

"Ada apa dengan galuh?." Gumam damar.

Sementara itu, galuh sedang duduk di atas kasur lapuknya, ia terdiam memikirkan perkataan ayahnya tadi, ia hanya menanyakan ibu saras saja.

"Apa mungkin ayah mengira aku ini anaknya bu minah?." Gumam nya yang bertanya pada diri sendiri.

"Huftt, sudah lama aku gak ke desa, aku harus pergi besok pagi untuk memulai mencari keberadaan ibu." Ucap galuh, ia bertekad untuk mencari ibunya.

***

Pagi harinya..

Sekitaran jam 5 subuh, galuh sudah keluar dari kamarnya dan berjalan kearah belakang untuk mencuci wajah, saat ia kembali ke depan, ia melihat nek sumi dan yang lainnya masih tertidur pulas, galuh cepat-cepat pergi melewati jendela kamarnya.

Saat sudah jauh dari gubuk saras, ia segera cepat-cepat mengambil arah kiri untuk pergi menuju sungai yang ada di dekat rumahnya. Ia akan masuk ke rumah itu melewati pintu belakang.

Tak lama galuh sudah sampai disungai tersebut. Ia pun segera berjalan mengendap-endap agar tak terlihat oleh ibu-ibu yang sedang menyuci di sungai.

Sayup-sayup galuh mendengar obrolan ibu-ibu itu yang membahas tentang rumahnya. Ia segera menghentikan langkah kakinya dan bersembunyi dibalik batu besar.

"Heh ibu-ibu, tau gak sih saya kemarin malem melihat bayangan di rumahnya bu siti." Ucap ibu-ibu itu, galuh yang mendengarkan hanya diam dan terus menyimak.

"Hah, bayangan apa yang kamu maksud bu juminem?." Tanya salah satu dari mereka.

"Hihh, pokoknya bayangan, aku sih gak melihat terlalu jelas, tapi ku rasa itu penghuni rumah itu deh." Jawab bu juminem seraya bergidik ngeri.

"Sudah-sudah jangan dibahas, kalian ini menggosip saja kerjaannya." Ucap ibu-ibu yang lainnya. Juminem hanya diam dan terus melanjutkan cuciannya.

Sedangkan galuh yang mendengar perkataan ibu-ibu tadi, dibuat penasaran oleh bayangan itu, ia pun segera meninggalkan tempat itu dan berjalan ke arah rumahnya. Setelah sampai ia melihat pintu belakang dalam keadaan baik-baik saja, tak ada kerusakan apa pun.

Galuh segera masuk kedalam rumah, ia secepat mungkin menutup hidung nya dengan tangan, dan mulai berjalan mengitari ruangan itu. Mata nya tertuju pada kertas yang tertimpa asbak di atas meja. Ia segera mengambil surat itu.

"Surat apa ini, perasaan waktu itu aku kesini gak menemukan surat ini." Ucap galuh dengan heran. Ia segera membuka surat itu dan membaca isinya.

"Galuh, ini surat dari ibu, jika kamu kembali lagi kerumah ini dan menemukan surat ini, segera pergilah ke desa alas pati nak, dan temui seseorang yang bernama surya, disana kamu akan mengetahui semuanya." Setelah membaca surat tersebut galuh langsung terdiam, ia memikirkan dimana keberadaan desa alas pati, galuh baru pertama kali mendengar nama desa itu.

Galuh segera pergi meninggalkan rumah itu dan berjalan ke arah sungai untuk kembali ke hutan larangan, ia merasa secarik harapan untuk mengetahui keberadaan sang ibu. Ia berpikir, jika ibunya berada di sana.

Tak lama galuh sudah sampai dihutan itu dan tiba-tiba suara seseorang mengejutkannya. " Galuh, tunggu." Teriak seseorang yang sangat dikenali galuh, ia segera berhenti dan membalikan badannya. Disana renggo sudah berdiri tegak dan berjalan ke arah galuh.

"Paman renggo? Kenapa paman ada disini?." Tanya galuh.

Renggo hanya tersenyum. "Paman mengikutimu, ternyata kamu pergi kerumah ibumu ya." Jawab renggo yang membuat galuh terkejut, ternyata ia di ikuti oleh renggo.

"Apa yang kamu temukan dirumah ibumu?." Tanya renggo dengan serius.

"Aku menemukan secarik kertas, yang menyuruhku untuk datang ke desa alas pati, tapi aku gak tau dimana keberadaan desa itu." Jawab galuh seraya menghela napas panjang.

"Duduk dulu galuh." Ajak renggo, galuh segera duduk disebelah renggo.

"Desa itu sangat jauh dari sini, mau ke sana memerlukan waktu 3 hari perjalanan, jika tak ada gangguan di jalan." Lanjut renggo, hal itu membuat galuh terkejut, ia tak menyangka jika keberadaan desa itu sangat jauh.

"Ada perlu apa kamu ke desa itu?." Tanya renggo.

"Menemui seseorang yang bernama surya." Jawab galuh, sontak saja renggo membulatkan matanya.

"Surya, kamu mau menemui surya?." Tanya renggo, memastikan.

"Iya paman." Jawab galuh.

"Surya bukan orang yang mudah kamu temui." Ucap renggo.

"Maksudnya paman?." Tanya galuh yang merasa heran.

"Dia sesepuh disana, kamu pasti tau kalo untuk menemui sesepuh itu gak mudah." Jawab renggo. Galuh hanya diam.

"Ayo pulang." Ajak renggo yang sudah lama terdiam. mereka segera berdiri dan melangkahkan kaki untuk pulang kerumah gubuk itu. Disela sela perjalanan perkataan renggo mengejutkan galuh.

"Jangan kasi tau apapun tentang isi surat itu dan kemana sebenarnya kamu pergi." Ucap renggo dengan serius.

"Kenapa begitu paman?." Tanya galuh dengan penasaran.

"Suatu saat nanti kamu akan mengerti galuh, jadi paman mohon jangan beritahu soal surat itu kepada mereka, cukup paman saja yang tau." Jawab renggo yang mendahuli galuh. Tak lama mereka sudah sampai, galuh segera masuk kedalam kamar setelah membersihkan diri, ia masih memikirkan perkataan dari renggo.

"Apa maksud paman renggo tadi ya." Gumamnya dalam hati.

Malam sudah datang, galuh segera keluar dari kamar dan berkumpul dengan yang lainnya untuk makan malam. Ia tak melihat keberadaan kakek darmo disana.

"Kemana kakek darmo?." Tanyanya pada mereka.

"Dia sudah pulang." Jawab nek sumi dengan datar, galuh hanya diam dan segera duduk disamping damar, damar hanya melirik galuh, ia merasa wajah itu tidak asing seperti mirip seseorang yang sangat dikenalinya.

"Apa galuh ini anaknya siti ya, tap gak mungkin." Gumam damar didalam hati, tetapi pria itu segera menepis pikirannya. Dan segera menyantap makan malam.

Saras pun sudah mulai sehat kembali. Saat sudah selesai makan mereka semua berkumpul diruang tengah, galuh sama sekali tak ada niatan untuk menyapa sang ayah.

"Galuh, duduk sini disamping ayah." Ucap damar kepada galuh.

"Ya." Sahut galuh dengan singkat, ia segera beralih duduk disamping damar.

Setelah hampir larut malam,.mereka segera pergi untuk tidur, renggo dan galuh, mereka berdua tidur bersama, sedangkan damar ia memutuskan untuk tidur dilantai saja.

Sementara itu, galuh dan renggo saat ini sedang membicarakan hal serius.

"Galuh, besok pagi ikutlah bersama ku, kita akan menuju desa alas pati itu." Ucap renggo.

"Bagaimana aku meminta izin kepada ayah dan nek sumi serta saras?." Tanya galuh, ia bingung bagaimana caranya untuk meminta izin.

"Bilang saja ingin ikut aku kehutan timur, pasti mereka mengizinkan." Jawab renggo.

"Humm, baiklah paman." Sahut galuh.

"Tidur lah galuh, besok kita harus pergi pagi-pagi sekali." Ucap renggo, ia segera memejamkan matanya, begitu juga dengan galuh, mereka segera tertidur.

1
Das ril
lanjut thor
elaacy: Okeiii
total 1 replies
Rizitos Bonitos
Bikin klepek-klepek!
Edana
Aku suka banget sama twist yang ada di cerita, semoga semakin menarik aja nanti!
elaacy: terimakasi ka, ini cerita pertama saya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!