bagaimana jika seorang CEO menikah kontrak dengan agen pembunuh bayaran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
amira ke salon
Amira berdiri di depan sebuah salon mewah bertuliskan Exclusive Hair & Beauty Lounge. Dari luar saja sudah tercium wangi parfum mahal yang menusuk hidung.
Kakinya gemetar. Ini bukan karena AC atau takut mahal, tapi karena satu hal yang paling ia takuti dari tempat seperti ini: waria.
Renata, ibu mertuanya, melirik geli. "Tadi kamu nyiksa Heni di rumah kayak monster, kenapa sekarang malah gemetaran?"
"Saya... saya takut ke salon, Bu." Ucap Amira sambil menggaruk lehernya yang mendadak gatal
"Kenapa?" tanya Renata, mendekat.
"Ada orang, Bu. Kalau pagi namanya Andi, kalau malam jadi Andini." Bisik Amira, seperti bisikan film horo
"Waria maksudmu?" Sambil mengulum senyum
"Iya, aku takut bencong!" jawab Amira polos.
"Kenapa takut?" Tanya Renata sambil nyengir
"Ya takut aja... Soalnya mukanya kadang kayak laki, kadang kayak perempuan. Saya bingung harus panggil mas atau mbak."
Amira gelagapan sendiri.
Renata menepuk punggungnya, "Udah, masuk dulu. Nggak ada Andi-Andinian di sini. Ini salon mahal."
Dengan langkah berat, Amira mengikuti Renata masuk.
Begitu melewati pintu, Amira langsung melotot. Matanya sibuk keliling, ngeliatin interior salon.
"Bu, ini wangi amat... Lampu kristal itu berapa harganya kira-kira?"
"Paling tiga ratus juta." Jawab Renata tegas
"Astaghfirullah...Kalau dibeliin sawah di kampung, dapet setengah hektar, Bu! Orang kaya tuh aneh, duit buat beli tanah malah dibuang buat lampu!" Jawab Amira seperti orang mau pingsan mendengar hal pantastis seperti itu
"Udah, ibu pusing dengerin kamu. Pokoknya kamu hari ini harus makeover." Renata menepuk jidatnya melihat tingkah amira
"Over kredit Bu? Saya udah lunas motor saya." Jawab Amira sambil manyun dia merasa ga miskin-miskin amat sehingga harus over kridit.
"Makeover itu artinya wajahmu bakal divermak, diperbaiki, dirapihin, diperbagusin," jelas Renata sabar.
"Astaga! Saya ini bukan celana Levis, Bu, harus di vermak!" Jawab Amira mukanya kesal
"Berisik! Pokoknya nanti kamu jadi cantik!" tegas Renata dia sudah mulai habis kesabaran.
Amira manyun makin kenceng. Tapi nurut, karena kalau melawan, dia takut Renata ngamuk.
Begitu masuk ke ruang salon, mata Amira langsung nyasar ke pemandangan aneh-aneh. Ada ibu-ibu yang rambutnya dibungkus aluminium foil, ada juga yang mukanya diolesi lumpur hitam kayak mau bikin adonan kue.
"Bu, itu orang kenapa mukanya dibungkus? Mau dipanggang ya kayak kue bolu?" Tanya Amira mengerenyitkan dahinya.
"Hahaha Diam aja, nikmatin." Renta akhirnya tertawa dia sudah tidak tahan dengan tingkah amira
Seorang pegawai berseragam hitam mendekat dengan senyum manis.
"Selamat siang, Kakak! Mau treatment apa hari ini?"
Amira langsung polos jawab, "Treatment apaan? Saya mau dipangkas aja, rata kayak biasa."
Pegawai itu tersenyum ramah. "Mungkin Kakak mau sekalian hair spa, trimming, blow permanent, coloring?"
Amira langsung panik, tangannya mengibas. "Eh, eh, eh! Saya cuma mau dipotong. Jangan diblender kepala saya!"
Renata udah mulai cekikikan.
Amira iseng ngelirik ke daftar harga. Begitu baca, matanya langsung copot.
"Astaghfirullah... Cukur doang delapan ratus ribu?!"
Suara Amira cukup keras, sampai semua tamu di salon nengok.
Amira makin sewot. "Mbak, di pangkas deket rumah saya cuma lima belas ribu! Ini motong rambut atau beli motor?"
Pegawai salon senyum kaku.
Renata udah geleng-geleng kepala sambil nahan ketawa.
Amira lanjut ngedumel, "Kalau tahu gini, tadi saya bawa tukang cukur langganan. Di rumah dapet motong, dapet teh botol gratis lagi!"
Renata menepuk pundaknya. "Udah, Mir. Kamu itu sekarang istri CEO. Harus biasa hidup mewah."
Amira menggerutu. "Ini mah bukan mewah, ini pemborosan! Kalau 800 ribu, mending sekalian cukur botak. Biar nggak usah balik-balik ke salon lagi!"
Baru mau dipotong, seorang pegawai datang lagi, bawa bungkusan.
"Ini Kak Amira, silakan ganti outfit dulu. Biar matching sama konsep femininnya."
Begitu melihat rok mini pastel, Amira langsung mundur kayak mau diseruduk banteng.
"Eh, eh, jangan main-main ya! Saya anti rok! Kalau disuruh pake ini, mending saya pulang naik ojek!"
Renata langsung melotot, "Amira!"
Dengan berat hati, Amira melangkah ke ruang ganti. Sepanjang jalan, dia masih ngomel,
"Ya Allah... Pake rok lagi apa kata dunia turun lah harga diri gue jadi tukang ojek, apa kata teman-teman ojol gue kalau gue pake rok" Amira terus saja ngedumel saat diruang ganti
Selama enam jam di salon itu, Amira lebih banyak tidur ketimbang sadar.
Pas lagi hair spa, dia ketiduran. Pas wajahnya dipijet pakai krim aneh, dia mendengkur halus.
Pas rambutnya diwarnai, dia sempat ngigau minta sambal pecel. Pegawai salon cuma saling pandang sambil nahan ketawa.
Renata cuma geleng-geleng sambil ngabisin tiga cangkir kopi saking lamanya nunggu.
Saat akhirnya perawatan selesai, pegawai salon mendorong kursi Amira menghadap ke cermin besar.
Lampu kristal di atas kepala berkilauan, menyoroti wajah barunya.
Amira masih setengah sadar.
"Bu... udah kelar? Saya lapar..."
"Udah. Liat tuh muka kamu!" Renata menunjuk ke cermin.
Amira membuka matanya perlahan. Begitu pandangan fokus, dia langsung melotot sekencang-kencangnya.
"Astagaaaaaa!!!" jeritnya histeris.
Semua pegawai di salon kaget.rl
Amira berdiri kaget sambil nunjukin mukanya sendiri di cermin.
"bu...muka kemana?"
"Ini muka kamu Amira" ucap Renata kesal
"Bukan ini bukan aku bu"
"Ini Cinderella Bu, kenapa aku jadi bertransmigrasi ke tubuh orang lain Bu"
"Pletak" Amira dilempar bolpoin
"Aih sakit Bu"
"Itu artinya kamu ga bertransmigrasi, itu muka kamu asli Mira" ucap Renata kesal sekaligus Lucu
para pegawai salon cekikikan melihat tingkah amira
Amira mendekat ke cermin, matanya berkaca-kaca.
Kulitnya mulus, bersinar kayak pantulan bulan purnama. Rambutnya lurus berkilau, warnanya cokelat karamel dengan highlight halus. Alisnya rapi, bulu matanya lentik kayak kipas Jepang. Bibirnya pink alami, kayak habis minum sirup stroberi.
Pipinya merona, matanya berbinar. Wajah yang dulu penuh "kebandelan" sekarang berubah jadi kayak bidadari turun dari langit ke tujuh.
Amira menutup mulutnya sendiri, shock.
"Ya Allah... ini siapa... Ini Amira apa anak hasil kawin silang antara bidadari sama Cinderella?" katanya dramatis.
"Gilaaa Kakak, before afternya kayak bumi sama langit!"
"Ini perubahan level internasional, Kak!" Ucap pegawai salon
Amira masih panik. Dia jongkok di lantai, kayak baru sadar dapat wahyu.
"Bu, saya takut... Kalau saya pulang kayak gini, jangan-jangan suami saya nggak kenal terus saya diculik buat dijual ke luar negeri!" celotehnya.
Renata bangkit sambil nahan perut. "Udah... Bangun, Mir! Kamu cantik! Cantik banget! Ini salon nggak salah make over kamu. Asli, kayak bidadari ketuker masuk ke salon!"
Amira berdiri pelan-pelan. Matanya masih menatap pantulan dirinya sendiri.
Ia berbisik kecil, serius banget, "Beneran ini aku? Jangan-jangan... jangan-jangan tadi saya pingsan terus dipakein tubuh artis Korea?"
Renata mendekat, menepuk pundaknya.
"Bukan, Mir. Itu emang kamu... cuma beda tiga puluh level."
Amira akhirnya senyum lebar, gigi kelincinya kelihatan.
Sambil gaya ala putri raja, dia angkat tangan, melambai ala beauty queen.
"Rakyat jelata... Sambutlah aku, Cinderella dari salon Exclusive Hair & Beauty Lounge!"
Satu salon pecah ketawa.
Renata udah nggak kuat. Dia jalan duluan keluar sambil ngakak.
Amira ngikutin, jalannya sambil megang rok pastel barunya, ngerasa kayak mau jalan di red carpet.
Sebelum keluar, Amira masih sempat bisik ke pegawai salon, polos banget,
"Mbak, besok kalau saya jelek lagi, tolong dipanggilin ya. Takutnya saya berubah lagi jadi kuli lagi"
tapi kenapa yah oma viona selalu menuduh allesandro setiap ada masalah perusahaan? dan bagaimana nasib andika selanjutnya
seru nih amira hajar terus