CEO dingin Ardan Hidayat harus bertunangan dalam tiga bulan demi warisan. Ia memilih Risa Dewi, gadis keras kepala yang baru saja menghancurkan kuenya, untuk kontrak pertunangan palsu tanpa cinta. Tapi saat mereka hidup bersama, rahasia keluarga Risa sebagai Pewaris Tersembunyi keluarga rival mulai terkuak. Bisakah kepura-puraan mereka menjadi kenyataan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ᴛʜᴇ ꜱᴀᴅɪᴇ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisikan Rahasia di Rumah Sakit
Risa tidak bisa tidur malam itu. Gaun safirnya yang mewah tergantung rapi di lemari baru, dan ranjang empuknya terasa dingin dan asing. Ciuman Ardan, meskipun palsu, terus mengganggu pikirannya. Namun, yang lebih mendesak adalah amplop dari Bima. Teman lama nenekmu. Siapa yang dimaksud Bima?
Pagi-pagi sekali, sebelum Ardan bangun dan sebelum jadwal etiketnya dimulai, Risa diam-diam meminta sopir untuk membawanya ke rumah sakit. Ia harus berbicara dengan Nenek Wulan.
Di kamar perawatan mewah, Nenek Wulan tampak jauh lebih baik, berkat perawatan yang dibayar Ardan. Nenek Wulan tersenyum cerah saat melihat Risa.
"Ya Tuhan, Nak. Kau terlihat seperti ratu," puji Nenek, tangannya membelai pipi Risa. "Apakah semuanya berjalan baik dengan Tuan Ardan? Kau harus patuh padanya, Nak."
Risa duduk di tepi ranjang. Ia mencoba terdengar santai, tetapi hatinya cemas. "Semuanya baik, Nek. Tuan Ardan baik sekali. Tapi, saya harus tanya sesuatu. Ini penting."
Risa mengeluarkan amplop yang kini kusut dari Bima. "Seorang pria bernama Bima datang. Dia bilang dia membawakan hadiah dari 'teman lama Nenek'. Siapa yang dia maksud, Nek?"
Wajah Nenek Wulan yang tadinya damai tiba-tiba pucat pasi. Ia meraih tangan Risa, genggamannya erat dan gemetar.
"Bima? Ardan punya sepupu bernama Bima?" tanya Nenek Wulan, matanya melebar karena ketakutan yang mendalam. "Kau tidak boleh dekat-dekat dengan dia, Risa! Dia ular!"
"Nenek, tenang. Apa yang Nenek sembunyikan?" desak Risa lembut. "Siapa 'teman lama' itu? Apakah itu ada hubungannya dengan Ayah atau Ibu?"
Nenek Wulan berpaling, tidak sanggup menatap mata Risa. "Jangan sebut nama-nama itu. Mereka adalah masa lalu yang harus dikubur, Nak. Janji pada Nenek, lupakan tentang pria itu!"
"Saya tidak bisa, Nek! Bima menggunakan ini untuk mengancam Ardan. Katakan padaku, Nenek!"
Setelah tarikan napas panjang dan berat, Nenek Wulan mulai berbicara, suaranya pelan dan penuh penyesalan. "Kau ingat Ibu kandungmu, Risa. Ia adalah anak perempuan Nenek. Ia jatuh cinta pada pria yang salah. Pria itu sudah menikah, dan ia berasal dari... kalangan yang sangat tinggi."
Risa terdiam, hatinya berdenyut sakit. Ini bukan cerita baru; Nenek Wulan selalu mengatakan bahwa ayahnya meninggalkan ibunya karena sudah menikah.
"Tapi ada satu hal yang tidak pernah Nenek ceritakan," lanjut Nenek Wulan, air mata menetes di pipinya. "Ayah kandungmu... dia bukan pria biasa, Risa. Dia adalah Pak Jaya, pemimpin Konglomerat Jaya Sakti."
Risa merasa seluruh dunianya berhenti. Konglomerat Jaya Sakti? Itu adalah pesaing terbesar dan paling sengit dari Hidayat Group. Itu adalah kerajaan yang sebanding dengan yang dimiliki Ardan.
"Pak Jaya?" Risa hampir tidak bisa mengeluarkan suara itu. "Itu tidak mungkin, Nek. Dia..."
"Dia adalah kakekmu, Nak," Nenek Wulan memotong, suaranya serak. "Ayahmu, putra Pak Jaya, menolakmu dan ibumu. Tapi Pak Jaya tahu Nenek memiliki cucu. Dia mencoba mengambilmu saat kau masih kecil, tetapi Nenek membawamu pergi, ke tempat yang jauh, untuk melindungimu dari dunia mereka yang kejam. Dia tidak pernah berhasil menemukan kita. Hingga sekarang, sepertinya."
Risa terhuyung mundur. Dia bukan hanya Risa Dewi si gadis pengantar kue. Dia adalah Pewaris Tersembunyi dari musuh bebuyutan tunangan palsunya.
"Jika Bima tahu, dia akan menggunakan ini untuk menghancurkan Ardan," bisik Risa, kengerian memenuhi dirinya. "Dan juga untuk menghancurkan saya."
Nenek Wulan memohon, "Jangan pernah beritahu Tuan Ardan. Jangan biarkan dia tahu siapa kakek kandungmu. Dia akan mengira kau mata-mata, Nak!"
Risa mengangguk, hatinya tenggelam dalam keputusasaan. Kontrak yang ia tandatangani kini terasa seperti jebakan maut. Ia harus menyembunyikan rahasia sebesar ini dari pria yang harus ia cium di depan umum.
Ketika Risa kembali ke mansion Hidayat, Ardan sudah menunggunya di ruang tamu, tampak marah.
"Ke mana saja kau? Kau melanggar salah satu aturan dasar," Ardan menuntut, berdiri dengan tangan terlipat di dada. "Aku tidak suka kejutan, Risa."
Risa menatapnya, pandangannya sekarang bukan lagi karena ketakutan, tetapi karena rasa bersalah dan tekad.
"Saya pergi melihat nenek saya," jawab Risa, suaranya mantap. "Dan saya harus memberi tahu Anda sesuatu tentang Bima."
Ardan maju, tertarik. "Apa yang dia lakukan?"
Risa memutuskan untuk berbohong, menyembunyikan separuh kebenaran. "Dia mencoba menakut-nakuti saya dengan mengatakan dia tahu tentang pekerjaan lama saya di Toko Roti Bulan. Dia hanya ingin melihat apakah saya takut, dan apakah saya akan membocorkan rahasia kontrak kita. Tapi saya tidak akan melakukannya."
Ardan menatapnya lekat-lekat, mencoba membaca kebohongan di matanya. "Aku tidak peduli apa pun rahasia kecil yang kau miliki di masa lalu, Risa. Kau adalah tunanganku sekarang. Fokuslah. Kita akan makan malam di rumah Tuan Dirgantara malam ini. Itu adalah pertemuan penting dengan semua anggota dewan. Mereka akan mengamati setiap gerakanmu. Jangan membuat kesalahan, Risa. Jangan pernah mengkhianati pertunangan palsu kita."
Risa hanya bisa mengangguk, rasa bersalah karena menyembunyikan rahasia tentang Pak Jaya terasa memberatkan di bahunya. Ia tahu, jika Ardan pernah mengetahui kebenaran, kontrak palsu ini tidak akan menjadi satu-satunya yang hancur, tetapi juga hidupnya.