Angelo, yang selalu menyangkal kehamilannya, melarikan diri setelah mengetahui bahwa ia mengandung anak Maximilliam, hasil hubungan semalam mereka. Ia mencari tempat persembunyian terpencil, berharap dapat menghilang dan menghindari konsekuensi dari tindakannya. Kehamilan yang tak diinginkan ini menjadi titik balik dalam hidupnya, memaksanya untuk menghadapi kenyataan pahit dan melarikan diri dari masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awkward
Suasana sarapan pagi di meja makan kediaman McKlaine mencekam. Keheningan yang tegang menggantung di udara, diselingi hanya oleh dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring porselen. Tatapan Janet yang tak lepas dari Angelo semakin menambah kebekuan suasana. Angelo, dengan tenang namun tampak risih, akhirnya angkat bicara. "Jangan terus menatapku seperti itu," katanya, suaranya datar namun tegas. Mata tajamnya menusuk Janet.
Janet, wanita yang berambisi menyatukan kakaknya dengan Angelo, kini justru akan menjadi ipar dari wanita yang selama ini ia pandang sebagai calon kakaknya. Ia menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan rasa sesak di dadanya. Seutas helaan napas berat terdengar dari bibirnya.
"Angelo…" Jacob memulai, suaranya lembut namun sedikit gugup. Ia mengira Angelo membenci Janet karena dirinya. Ia salah.
"Apakah kau tak akan risih, saat seseorang terus mengawasi mu saat tengah makan?" Angelo memotong, suaranya santai namun sarat dengan sarkasme. Ia menatap Jacob dengan tatapan yang sulit diartikan.
Jacob terdiam. Ia sangat mengenal Angelo, wanita yang keras kepala dan tak mudah diprovokasi. Maximillian, dengan bijak, memilih diam. Dengan begitu, ia bisa mempertahankan posisinya di sisi Angelo.
Theodore menghela napas panjang, matanya yang sembab dan menghitam menunjukkan ia tak tidur semalaman. Lingkaran hitam di bawah matanya semakin menonjolkan kelelahannya. Angelo hanya menggeleng kecil, kemudian melanjutkan sarapannya, tanpa menghiraukan ketegangan yang masih menyelimuti meja makan. Secangkir kopi hitam pekat di tangannya tampak tak tersentuh.
Setelah sarapan, mereka berpindah ke ruang keluarga yang luas dan elegan. Sebuah set teh lengkap dan secangkir susu dingin sudah terhidang di atas meja kopi antik di tengah ruangan. Ketegangan yang tak terlihat namun terasa mencekam kembali menyelimuti mereka. Theodore, dengan raut wajah serius, memecah keheningan.
"Kalian, segera menikah. Tak perlu memikirkan Arnold, aku sudah mengurusnya," ujarnya, suaranya tegas, mengarahkan pada Janet dan Jacob. Kalimatnya sederhana, namun menyimpan beban yang berat.
Janet menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia memang ingin bebas dari ikatan pertunangannya dengan Arnold, tetapi bukan dengan cara seperti ini. Sementara itu, Maximillian, dengan tenang, fokus mengerjakan sesuatu di tabletnya. Tumpukan pekerjaan yang selama ini ia tunda demi mencari Angelo kini menumpuk dan mendesaknya.
Angelo mengambil gelas susu dinginnya, mengulurkan tangannya dengan gerakan pelan. Ia meneguk susu itu perlahan, lalu meletakkan gelasnya dengan lembut di atas meja. "Berapa banyak yang mereka minta?" tanyanya, suaranya tiba-tiba, menembus keheningan. Pertanyaan itu langsung mengarah ke inti permasalahan.
Maximillian sudah tahu. Keluarga Arnold pasti meminta ganti rugi berupa saham perusahaan keluarga Maximillian. Namun, ia tak berani membahasnya di depan Angelo, takut menambah beban pikiran wanita itu.
Theodore tersenyum, senyum yang tampak dipaksakan. "Tidak, mereka dengan suka rela melepaskan Janet…"
"Tidak perlu berbohong, aku tahu seberapa licik orang-orang seperti mereka. Apalagi kau, pasti mengatakan alasan pembatalan pertunangan. Aku yakin, setidaknya mereka meminta lima puluh persen, atau lebih?" Angelo memotong ucapan Theodore, suaranya tegas dan tajam. Ia telah membaca situasi dengan tepat.
Maximillian menghela napas panjang, takjub dengan ketajaman Angelo. Ia tahu, wanita itu akan semakin terbebani. Ia meraih tangan Angelo, mencoba memberikan sedikit ketenangan. "Tak perlu memikirkan saham itu, lagipula saham itu tak cukup berharga," ujarnya, suaranya lembut namun penuh keyakinan.
Angelo melirik Maximillian sejenak, lalu dengan tenang melepaskan tangannya. Tatapannya beralih ke Jacob, tajam dan menusuk. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan untuk mengganti rugi, bukan?" ujarnya, lalu berlalu pergi, meninggalkan keheningan yang lebih mencekam dari sebelumnya. Hanya suara langkah kakinya yang terdengar, menghilang di balik pintu.
Angelo melangkah ke kamarnya, mengambil tas kesayangannya—tas kulit berwarna merah marun yang selalu menjadi teman perjalanannya. Ia sudah memutuskan untuk mengunjungi keluarga Xavier. Ia membutuhkan ketenangan, pelarian dari hiruk-pikuk masalah yang disebabkan oleh Jacob dan keluarganya. Udara di dalam kamar terasa pengap, mencerminkan kekacauan batinnya.
Namun, ia tak sendiri. Maximillian mengikuti Angelo, langkahnya tenang namun penuh kekhawatiran. Ia melihat Angelo yang sudah siap untuk pergi, tasnya terselempang di bahu. "Mau ke mana?" tanyanya, suaranya sedikit cemas. Ketakutan kembali menghantuinya, ketakutan kehilangan Angelo seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
"Aku akan keluar," jawab Angelo singkat, nada suaranya datar, menunjukkan ia tak ingin berlama-lama.
Maximillian meraih tangan Angelo saat wanita itu hendak melewati dirinya. Sentuhannya lembut namun tegas, menunjukkan kekhawatirannya. "Tidak bisakah, kau mengatakan padaku, kau ingin pergi ke mana?" tanyanya, suaranya terdengar memohon. Ia ingin tahu apa yang akan Angelo lakukan, ke mana ia pergi, dan memastikan keselamatannya.
"Kediaman Cyne, aku akan pergi ke sana," jawab Angelo akhirnya, suaranya sedikit lebih lunak.
"Aku akan ikut," ucap Maximillian, suaranya mantap. Keputusan itu diambilnya secara spontan, didorong oleh rasa khawatir dan keinginan untuk selalu berada di sisi Angelo.
Angelo memutar bola matanya malas, menunjukkan rasa jengkelnya yang terpendam. "Bukankah pekerjaanmu sangat banyak? Maka segera selesaikan, aku tak ingin terus terkurung di dalam kediaman ini karena kau terlalu sibuk dengan pekerjaan," ujarnya, suaranya sedikit meninggi. Ia kemudian berlalu pergi, meninggalkan Maximillian yang terdiam, mencerna ucapan Angelo dan merenungkan pilihannya.
"Apakah itu artinya, dia ingin aku selalu terlibat dalam kegiatannya?" gumam Maximillian, setelah mencerna ucapan Angelo yang tajam namun menyimpan kelembutan terselubung. Sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya. Semangatnya kembali menyala. Ia akan menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin, dan akan menemani Angelo, wanita yang dicintainya dan calon bayi mereka, ke mana pun mereka pergi. Ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk selalu berada di sisi Angelo.
Di sisi lain, Angelo mengendarai mobil Jacob menuju kediaman Xavier. Ia membutuhkan teman curhat, sesuatu yang tak bisa ia dapatkan dari keluarga McKlaine yang sedang dilanda masalah. Namun, sesampainya di sana, sebuah kejutan menunggunya. Nick, sahabatnya, ternyata berada di kediaman Cyne.
Angelo keluar dari mobil setelah memarkirkannya di halaman rumah yang luas. Ia melihat Nick berdiri di dekat pintu masuk, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Nick? Kau ada di sini?" tanyanya, suaranya terdengar terkejut namun juga sedikit lega.
"Angelo… Akhirnya kau kembali," ucap Nick, mendekati Angelo dan memeluknya dengan erat. Pelukan yang hangat dan penuh persahabatan.
Angelo membalas pelukan Nick. Setelah melepaskan pelukan itu, ia bertanya, "Hey, apa kau datang untuk mencari Jacob?"
Nick mengangguk, wajahnya tampak cemas. "Ya, di mana dia? Mengapa dia tak kunjung kembali? Dia dengan sengaja melimpahkan pekerjaannya padaku dan yang lainnya," keluhnya, nada suaranya dipenuhi oleh kekesalan.
Angel menghela napas panjang, menceritakan kekacauan yang disebabkan oleh Jacob. "Dia juga membuat kekacauan di sini," ujarnya, suaranya terdengar lelah.
"Sebentar lagi, dia akan menikah," lanjut Angelo, membuat Nick terbelalak kaget.
"Apa?! Wanita malang mana yang akhirnya akan dinikahi oleh pria itu?" tanya Nick, suaranya dipenuhi rasa tidak percaya.
Angelo terkekeh pelan, lalu memukul bahu Nick dengan lembut. "Putri dari keluarga McKlaine," jawabnya, lalu masuk ke dalam kediaman Cyne, meninggalkan Nick yang masih tercengang.
tmbh lg trauma msa lalu,pst bkin dia mkin down....mga aja max bsa bkin dia lbh smngt.....
lgian,udh ada ank sndri knp mlah adopsi????sukur2 kl ga iri pas udh dwsa,kl iri kn mlah bhya....
jgn blng kl goerge d jbak skretarisnya pke ssuatu,trs dia tau dn nyri istrinya????
tp mmdingn gt sih,drpd jd skandal....
kl angelo nkah sm max,brrti janet jd adik ipar....tp kn janet bkln nkah sm jacob,pdhl jacob pmannya angelo....
🤔🤔🤔
ppet trs smp angelo brsdia buat nkah sm max.....
janet bbo bareng sm jacob...enth bgaimna smp mreka bs brsma,mngkn krna trbwa suasana....
jgn2 janet bno bareng sm jacob?????