"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Tidak akan aku biarkan kamu hidup!" gumam Meira dengan mata yang penuh kebencian, sambil memakai masker di wajahnya dan mengenakan pakaian perawat yang menyembunyikan identitasnya.
Dia mendorong troli yang berisi alat medis dengan gerakan yang tenang namun penuh ancaman, seolah-olah dia sedang menanti momen yang tepat untuk menyerang.
Meira masih terbakar oleh sakit hati dan kemarahan yang tak terpadamkan.
Dia merasa telah dipermainkan oleh Jonathan, pria yang dia pikir miskin dan tidak berarti. Namun, kenyataan yang terungkap kemudian membuatnya merasa seperti telah terjebak dalam permainan yang sangat berbahaya.
Penemuan bahwa Jonathan bukanlah pria miskin, melainkan orang yang memiliki kekuasaan dan kekayaan, membuat Meira merasa semakin terhina.
Kemarahannya memuncak ketika dia menyadari bahwa perselingkuhannya dengan pria lain telah diketahui oleh Jonathan.
Dia merasa telah kehilangan kendali atas situasi dan posisinya sebagai wanita yang diistimewakan oleh Jonathan.
Keputusannya untuk memanfaatkan Jonathan secara finansial kini berbalik menghancurkan dirinya sendiri.
Semenjak itu, hidup Meira berubah drastis. Jonathan memutuskan hubungan mereka dan menarik semua fasilitas yang sebelumnya diberikan padanya.
Meira kini merasa terjebak dalam dendam dan kemarahan yang tak terkendali. Dia berniat untuk membalas Jonathan dengan cara apapun, bahkan jika itu berarti mengancam nyawanya.
Dengan setiap langkah yang dia ambil, Meira semakin dekat dengan targetnya. Penampilan Meira sebagai perawat hanyalah sebuah topeng untuk menyembunyikan niat sebenarnya.
Dia menunggu saat yang tepat untuk menyerang, dan ketika momen itu tiba, tidak ada yang bisa menghentikan Meira untuk melaksanakan rencananya.
Indri yang berjaga di samping anaknya tidak menyadari bahwa suster yang berdiri di hadapannya adalah palsu.
Dengan penuh kepercayaan, dia mengizinkan wanita itu untuk menangani anaknya yang masih terbaring lemah di atas brankar.
Indri terlalu khawatir tentang kondisi anaknya untuk memperhatikan detail tentang suster tersebut, dan dia berpikir bahwa wanita itu adalah bagian dari tim medis yang profesional.
Suster palsu itu, Meira, dengan gerakan yang terampil dan meyakinkan, mulai memeriksa anak Indri.
Indri hanya bisa berharap bahwa suster itu tahu apa yang dia lakukan, dan bahwa anaknya akan segera pulih.
Namun, tanpa disadari oleh Indri, Meira memiliki motif yang sangat berbeda, dan kehadiran anak itu mungkin hanya menjadi bagian dari rencana balas dendam yang telah dirancang.
Meira tersenyum di balik masker, melihat cairan yang keluar dari jarum suntik dengan mata yang berkilau penuh dendam.
Seolah-olah dia telah menantikan momen ini sangat lama, saat dia bisa membalas Jonathan dengan cara yang sangat kejam.
‘Jonathan sudah tidak menginginkan aku, dia memilihmu. Jangan salahkan aku bertindak nekad!’ batin Meira, sementara tangannya bergerak dengan tenang dan terarah, mengarahkan jarum suntik ke botol infus.
Gerakannya sangat hati-hati, sedang melakukan prosedur medis biasa, padahal sebenarnya dia sedang menjalankan rencana pembalasan yang mematikan.
Dengan sekali suntik, Meira memasukkan cairan berbahaya ke dalam botol infus, memastikan bahwa anak itu akan menerima dosis racun yang mematikan.
"Siapa kamu?" Alex datang menarik tangan suster dan memelintirnya, dia sangat curiga pada suster itu. Langsung membuka masker, wajah Meira terlihat dengan jelas.
"Ah, ternyata ..." Alex terkejut melihat wajah Meira, dan rasa curiga serta marahnya semakin memuncak.
"Kamu!" serunya, mengenali wanita yang berdiri di depannya.
Alex merasa bersalah karena pengawasan yang sangat longgar, membiarkan Meira menyusup ke dalam ruangan dengan mudah.
Dia langsung menarik Meira dan memindahkannya dari anak Indri, melindungi anak itu dari potensi bahaya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Alex dengan nada yang keras dan penuh ancaman, menahan amarahnya agar tidak meledak.
Meira tertawa keras, mengakui kegagalannya.
"Ah, kamu kekasihnya Jonathan. Beraninya kamu melukai putriku!" seru Alex penuh dendam.
Indri sontak berdiri, terkejut dan marah mendengar kata-kata Meira.
Plak!
Dengan rasa sakit dan kemarahan yang mendalam, Indri menghampiri Meira dan melayangkan tamparan keras yang mengenai pipi wanita itu.
"Kamu tidak berhak menyentuh anakku!" teriak Indri, amarahnya tidak terbendung melihat Meira yang berusaha mencelakakan putrinya.
Meira terhuyung ke belakang setelah menerima tamparan keras itu, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. Alih-alih, dia semakin marah dan dendam, berniat untuk membalas perbuatan Indri.
"Kamu akan menyesali ini," ancam Meira, matanya menyala dengan kemarahan.
"Bu, aku akan mengurusnya."
Alex menyeret Meira menjauh dari Indri dan putrinya, membawanya ke ruangan yang sama tempat Arneta disekap sebelumnya. Meira berusaha melawan, tapi cengkeramannya terlalu kuat.
"Kamu mau membawaku kemana?" pekik Meira, suaranya penuh ketakutan dan kepanikan.
"Ketempat seharusnya kamu berada," jawab Alex dengan nada yang dingin dan tanpa emosi.
Meira sangat terkejut dan ketakutan ketika suntikan yang ada di tangannya direbut secara paksa oleh Alex.
Dia sudah menduga bahwa pria itu akan menyuntikkannya, dan rasa takutnya semakin memuncak ketika dia menyadari bahwa Alex tidak akan segan-segan untuk melakukan apa saja untuk melindunginya.
Dengan gerakan yang cepat dan tepat, Alex menyuntikkan cairan ke dalam tubuh Meira.
Meira berusaha melawan, tapi dia tidak bisa melawan kekuatan Alex. Dia merasa tubuhnya menjadi lemah dan tidak berdaya, rasa sakit dan ketakutan yang luar biasa memenuhi dirinya.
Setelah selesai, Alex melemparkan Meira ke sudut ruangan, meninggalkan dia untuk merasakan akibat dari perbuatannya.
"Sekarang, tunggu saja," kata Alex dengan nada yang mengancam sebelum meninggalkan ruangan.
Meira terbaring di lantai, tubuhnya lemah dan tidak berdaya, dia menyadari bahwa dia telah membuat kesalahan besar dengan mencoba mencelakakan orang yang dicintai Alex.
Ruangan itu gelap dan sunyi, hanya ada suara nafas Meira yang berat dan tidak teratur.
Dia merasa dirinya terjebak dalam keputusasaan, tidak ada harapan untuk melarikan diri. Meira menyadari bahwa Alex tidak akan pernah memaafkannya, dan dia akan dihukum untuk perbuatan jahatnya.
Dengan pikiran yang penuh ketakutan dan penyesalan, Meira menunggu nasibnya yang tidak pasti.
"Ampun, aku tidak akan melakukannya lagi. Aku berjanji?!" Meira sangat ketakutan saat Alex menyuntikkan sesuatu ke lengannya.
Dia berusaha untuk memohon belas kasihan, tapi Alex tidak terpengaruh.
Alex tersenyum puas, matanya dingin dan tanpa emosi.
"Kamu menuai apa yang kamu tanam, nikmatilah sampai membusuk," katanya dengan nada yang mengejek.
Meira merasa tubuhnya menjadi lemah dan tidak berdaya, rasa sakit dan ketakutan yang luar biasa memenuhi dirinya.
Dengan senyum yang masih terukir di wajahnya, Alex meninggalkan Meira sendirian di ruangan itu.
Meira terbaring di lantai, tubuhnya lemah dan tidak berdaya, dia menyadari bahwa dia telah membuat kesalahan besar dan tidak ada jalan keluar lagi.
Rasa takut dan penyesalan memenuhi dirinya, Meira menunggu nasibnya yang tidak pasti, terjebak dalam keputusasaan.
“Harusnya aku tidak melakukan itu,” ringis Meira yang menangis menyesali perbuatannya.
𝐤𝐥𝐨 𝐝𝐥𝐦 𝐫𝐭 𝐲𝐠 𝐭𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐬𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐨𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐥 𝐤𝐢𝐭𝐚
yg cadel cadel bikin gumussss
ceritanya bagus tapi sepertinya banyak peran
mencurigakan sekali ini
Weh Weh so kita lihat episode selanjutnya apa seperti dugaan ku
dam
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang